يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Tampilkan postingan dengan label banjir. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label banjir. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 20 November 2021

Perubahan Tupoksi Hujan

Dikutip dari www.kompas.com (12/11/2021) wilayah terendam banjir periode tanggal 1-11 November 2021 lebih dari 20 Kabupaten. Diantarnya meliputi Kecamatan Setu Tangerang Selatan, Kabupaten Pidie Aceh, Kabupaten Ketapang Kalbar, Kabupaten Lebak Banten, Kabupaten Dharmasraya Sumbar, Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumsel, Kota Batu Jatim, Kabupaten Alor NTT, Kota Semarang Jateng, Kabupaten  Kapuas Hulu Kalbar, Kabupaten Bone Bolango Gorontalo, dan lain-lain.

Ada beberapa faktor yang disebut sebagai penyebab banjir. Diantarnya; curah hujan tinggi sehingga debit air sungai naik dan meluap ke daratan. Akibat gelombang pasang air laut disertai hujan angin. Dan beralih fungsinya hutan menjadi lahan pertanian, pemukiman, industri dan lainnya.

Tupoksi Hujan

Hujan turun pasti ada tujuan dan fungsinya. Ada tugas yang harus dilaksanakan hujan. Apa tugas dan fungsinya hujan adalah sebagaimana diterangkan oleh Dzat yang menurunkan dan mengatur turunnya hujan, Dialah Allah subhanahu wa ta'ala.

Telah diterangkan dalam banyak ayat terkait tujuan hujan diturunkan dan apa tupoksi dari air hujan ini. Berikut diantaranya.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman;

"Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuhan, padanya kamu menggembalakan ternakmu. Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan untuk kamu tanam-tanaman, zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir." (QS. An-Nahl: Ayat 10-11).

Allah subhanahu wa ta'ala juga berfirman;

"Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 57)

Dari tiga ayat di atas, Allah subhanahu wa ta'ala menerangkan tupoksi dari hujan. 

Pertama, hujan diturunkan untuk menjadi sumber air minum bagi makhluk hidup (manusia, tumbuhan dan hewan). Ditumbuhkan tanaman yang awalnya kering. Disuburkan tanah yang tandus. Dan dicukupkan kebutuhan makanan binatang ternak. 

Kedua, hujan sebagai rahmat. Sebagai rahmat maksudnya hujan diturunkan sebagai bentuk kasih sayang Allah subhanahu wa ta'ala kepada makhluk ciptaanNya. Untuk mencukupi kebutuhan makhluknya. Maka seharusnya manusia bergembira dan bersyukur dengan turunnya hujan.

Hujan Turun Sesuai Kadarnya

Curah hujan yang turun sesuai ukuran yang telah Allah subhanahu wa ta'ala tetapkan. Intensitas yang tinggi dalam pandangan manusia, dalam pandangan Allah subhanahu wa ta'ala bisa jadi itu cukup. Allah subhanahu wa ta'ala mengetahui kebutuhan manusia akan air. Hal ini sebagaimana Allah subhanahu wa ta'ala terangkan dalam firmannya berikut; 

"Dan Kami turunkan air dari langit dengan suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di Bumi, dan pasti Kami berkuasa melenyapkannya." (QS. Al-Mu'minun 23: Ayat 18) 

Mengapa Menjadi Banjir?

Jika Allah subhanahu wa ta'ala telah menetapkan ukuran hujan disuatu daerah dan juga tidak disebutkan dalam firmanNya bahwa tujuan diturunkannya hujan untuk banjir, maka apabila sampai banjir, kemungkinannya ada dua.

Pertama, Allah subhanahu wa ta'ala cukupkan kadar air itu untuk meresap ke bumi. Sehingga tercukupi semua kebutuhan makhluk ciptaanNya. Akan tetapi, kadar yang sebenarnya cukup itu menjadi berlebih hingga menjadi banjir karena ulah manusia yang mengubah keseimbangan alam. Seperti adanya alih fungsi hutan, resapan air yang terbatas,  saluran air dangkal dan mancet, dan kesalahan manusia lainnya yang berpijak pada asas sekuler kapitalis dalam mengelola alam. Banjir ini sebagai pelajaran atas perbuatan manusia sebagaimana Allah subhanahu wa ta'ala firmankan.

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)" (QS. Ar-Rum: Ayat 41)

Kedua, Allah subhanahu wa ta'ala sengaja lebihkan kadar air diwilayah tersebut sebagai bencana/musibah/ujian bagi hambanya. Bukankah daerah terkena banjir tidak selalu karena rusaknya alam? Atau kurangnya saluran air? Inilah hujan berlebih yang dijadikan Allah subhanahu wa ta'ala sebagai ujian bagi manusia. Mengingatkan manusia dengan segala kecanggihannya, manusia tetap tidak bisa menahan air hujan, tidak bisa menyangga langit untuk menunda hujan.

Khatimah

Allah subhanahu wa ta'ala Dzat yang memberikan hikmah kepada hambaNya . Dan hanya orang-orang yang berakal yang mau mengambil pelajaran dari banjir. Bila tupoksi hujan selalu beralih di tiap musim penghujan,  inilah ayat kauniyah sebagai peringatan atas kerusakan yang dibuat oleh manusia.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

"Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal sehat. (Qs. Al Baqarah: 268). Wallahua'lam bis showwab.

Dipun Waos Piantun Kathah