يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Tampilkan postingan dengan label Dakwah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dakwah. Tampilkan semua postingan

Rabu, 15 Mei 2024

Amal Makin Baik dan Diampuni Dosa, Resepnya?

Kadang kita merasa dan mengatakan, "Saya belum baik, amalnya masih sedikit, sholat juga belum khusyuk, perkataan juga belum baik, dosa banyak dan kekurangan-kekurangan lainnya".

Bila kita merasa dan menyadari dalam diri kita memang demikian, maka itu feeling yang baik. Itu perasaan yang dihadirkan Allah subhaanahu wa ta'ala agar kita segera ambil tindakan untuk bergerak keluar dari kondisi itu. Jadi itu perasaan harus disambut dengan keinginan memperbaiki. 

Dan ternyata untuk memperbaiki amal-amal, biar lebih meningkat, lebih baik, lebih taat dan dihapus dosa-dosa atas kekurangan ataupun kesalahan dari masa lalu, telah Allah subhaanahu informasikan resepnya. Hal itu Allah subhaanahu wa ta'ala terangkan dalam firmanNya berikut ini:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلًا سَدِيدًا

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar,"

يُصۡلِحۡ لَكُمۡ أَعۡمَٰلَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡ ۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِيمًا

"Niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang agung." (QS. Al-Ahzab 33: Ayat 70-71)

Ayat 70 dari QS. Al Ahzab menyeru orang-orang beriman untuk melakukan 2 hal, yaitu bertakwa dan berkata dengan perkataan yang benar. 

Bertakwa kepada Allah subhaanahu wa ta'ala disini tentunya takwa dengan sebenar-benar takwa kepadaNya. Dalam tafsir Ibnu Katsir takwa yang demikian bermakna taat kepada Allah subhaanahu wa ta'ala, tidak berbuat maksiat, selalu mengingatNya dan tidak melupakanNya, selalu bersyukur kepadaNya dan tidak ingkar terhadap nikmatNya. 

Adapun perkataan yang benar adalah perkataan yang tidak mengandung dosa, permusuhan dan durhaka kepada Allah subhaanahu wa ta'ala dan RasulNya. 

Jika 2 resep ini dilakukan oleh orang beriman, maka Allah subhaanahu wa ta'ala menjanjikan kepada hambaNya tersebut sebagaimana tercantum pada ayat 71 QS. Al Ahzab. Pertama, Allah subhaanahu wa ta'ala akan memperbaiki amal-amal mereka. Kedua, Allah subhaanahu wa ta'ala akan mengampuni dosa-dosa mereka.

Jadi, bila kita bertakwa dan berkata dengan perkataan yang benar, Allah subhaanahu wa ta'ala langsung yang akan menuntun kita pada perbaikan amal. Baik itu amal lisan, hati, pikiran dan badan. Dari yang masih ada kelirunya akan dituntun pada yang benar. Dari yang masih minimalis akan dituntun pada peningkatan. Dan Allah subhaanahu wa ta'ala akan mengampuni dosa-dosa atas kesalahan dan lupa dimasa-masa sebelumnya. 

Dengan demikian, sambut dengan sambutan positif jika Allah subhaanahu wa ta'ala memberi petunjuk ke dalam hati kita dengan hadirnya perasaan akan kekurangan-kekurangan dalam diri kita. 

Dan jangan sebaliknya, diambil sisi negatifnya, terus menjadi pembenar untuk tidak naik level ke yang lebih baik. Yang akhirnya mencukupkan dengan amal yang kurang itu dan tidak mau ambil yang membutuhkan pengorbanan lebih lagi.

Khatimah

Allah subhaanahu wa ta'ala menutup ayat 71 QS al Ahzab dengan firmanNya "...barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang agung."

Dan semoga kita termasuk hamba yang bisa menaati Allah dan RasulNya, disepanjang usia kita di bumi ini. Aamiin aamiin yaa mujiibassaailiin.

Wallahua'lam bis shawaab.

Senin, 29 April 2024

Syirik yang Luntur Disadari, Apakah Itu?

Syirik adalah perbuatan menyekutukan Allah subhaanahu wa ta'ala dengan makhlukNya. Orang yang melakukan perbuatan syirik disebut dengan musyrik. 

Dalam sebuah hadistnya, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Hak Allah atas hamba adalah hendaknya mereka beribadah kepadaNya dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun" (HR. Bukhari dan Muslim).

Agama Mencegah Potensi Manusia Melakukan Syirik

Allah subhaanahu wa ta'ala adalah al khaliq (pencipta) alam semesta beserta isinya. Diantara makhluk ciptakan Allah subhaanahu wa ta'ala yang dikarunia akal dan nafsu adalah manusia. Maka Allah subhaanahu wa ta'ala mengutus nabi dan rasul untuk menyampaikan risalah (ajaran) agama sekaligus memberi peringatan kepada manusia. (Qs. Al Baqarah: 119).

Dengan diutusnya nabi dan rasul yang membawa risalah agama maka potensi manusia untuk berbuat syirik atau menyekutukan Allah subhaanahu wa ta'ala baik dalam pelaksanaan penyembahan (beribadah) kepada Allah subhaanahu wa ta'ala ataupun dalam aturan/hukum dalam berkehidupan dapat dicegah. Karena risalah agama akan menuntun akal dan nafsu manusia dijalan yang Allah subhaanahu wa ta'ala ridai.

Syirik yang Tidak Disadari

Berdasarkan uraian di atas, berarti larangan menyekutukan Allah subhaanahu wa ta'ala bukan hanya dalam hal mentauhidkan Allah subhaanahu wa ta'ala dan dalam beribadah kepadaNya, tapi juga dalam hal ketentuan hukum (syariah) yang telah Allah subhaanahu wa ta'ala tetapkan.

Misalnya, dalam Al Quran surah Al Baqarah ayat 275 disebutkan bahwa riba adalah haram. Kemudian seorang muslim dengan penuh kesadaran mengatakan, "Itukan hukum dalam Al Quran yang menyebut riba haram, kalau saya membolehkan riba sebagaimana hukum ekonomi saat ini ". Pernyataan seperti ini adalah syirik yaitu menyekutukan hukum Allah subhaanahu wa ta'ala dengan hukum ekonomi buatan manusia.

Berikutnya, dalam Al Quran surah an Nur ayat 31 disebutkan bagi muslimah tidak boleh menampakkan aurat kecuali kepada yang tersebut dalam ayat tersebut. Kemudian ada muslimah yang berkata dengan penuh kesadaran, " Kalau saya tidak mengikuti hukum tentang menutup aurat dalam Al Quran tersebut, saya memilih mengikuti tren orang eropa". Nah, perbuatan seperti ini juga termasuk syirik, menyekutukan hukum Allah subhaanahu wa ta'ala dengan hukum manusia.

Contoh berikutnya, dalam Al Quran surah al Maidah ayat 3 disebutkan hewan-hewan yang haram dimakan, seperti bangkai, darah, daging babi dan lainnya sebagaimana di ayat tersebut. Kemudian ada seorang muslim berkata dengan penuh kesadaran, " Daging babi haram itukan kalau menurut al Quran, kalau menurutku halal sebagaimana di agama yang lainnya juga halal". Nah, orang yang berkata demikian juga telah syirik, menyekutukan Allah subhaanahu wa ta'ala dalam hal hukum syariah yang telah Allah ta'ala tetapkan dengan hukum manusia.

Jenis syirik dalam hal hukum inilah yang luntur disadari. Padahal posisi melakukan syirik dalam hal hukum ataupun dalam hal mentauhidkan Allah subhaanahu ta'ala adalah sama-sama syirik besar.

Jadi, sebagai seorang muslim, kita harus benar-benar 100%, tanpa keraguan mengimani apa yang ada dalam Al Quran, memurnikan tauhid dari segala bentuk kesyirikan.

Khatimah

Sesungguhnya Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus Allah subhaanahu wa ta'ala sebagai rahmat bagi seluruh alam.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَةً لِّلۡعَٰلَمِينَ

"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam." (QS. Al-Anbiya 21: Ayat 107)

Sifat rahmatan lil'alamin ini akan dirasakan kembali oleh umat Islam, ketika umat ini mengikuti jejak Nabinya dengan memurnikan aqidahnya dan memurnikan dalam berhukum dari segala bentuk kesyirikan.

Wallahua'lam bis shawaab.

Senin, 04 Maret 2024

Diakhir Sya'ban, Ada Apa?

Sya'ban 1445 H akan segera berlalu. Diakhir bulan ke delapan dari kalender hijriah ini, ada peristiwa penting yaitu diturunkannya ayat perintah puasa Ramadan (QS. Al Baqarah: 183).

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْکُمُ الصِّيَا مُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِکُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ 

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (QS. Al Baqarah: 183).

Saat turunnya ayat itu, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam beserta para sahabat bersiap untuk melakukan penghadangan atas kafilah dagang Quraisy. Inilah latar awalnya, hingga kemudian kondisi berubah menjadi perang badar kubro yang menakjubkan. 

Hal yang mengubah kondisi tersebut adalah didatangkannya bala bantuan Quraisy sejumlah 1000 tentara dari Makkah. Mereka datang setelah mendengar berita bahwa kafilah dagang mereka diserang oleh muslimin Madinah. 

Reaksi Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dan Para Sahabat

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam mendengar berita akan banyaknya pasukan Quraisy, menjadikan beliau beberapa kali bertanya kepada para sahabat. Sahabat yang ditanya Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam salah satunya Umar bin Khattab. Kurang lebih Umar radiyallaahu'anhu menjawab pertanyaan Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam demikian "Wahai Rasulullah, apapun yang menjadi keputusanmu, kami siap bersama anda"

Padahal sebelum bertanya kepada para sahabat, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam telah mendapat perintah dari Allah subhaanahu wa ta'ala untuk menghadapi Quraisy tersebut.

MasyaAllah, dan ternyata semua sahabat sama seperti Umar bin Khattab. Mereka siap membersamai Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dalam perang maupun tidak. 

Saat itu jumlah kaum muslimin 313 orang plus Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam berarti 314. Sebagaimana tujuan awal untuk menghadang kafilah dagang Quraisy, maka persenjataan dan perlengkapan yang dibawa kaum muslimin tidak seperti orang-orang Quraisy Makkah yang memang mereka datang untuk perang. 

Terjadilah Perang Badar Kubro

Dan, singkat cerita, di tahun 2 hijriah ini, disaat kaum Muslimin pertama kalinya melaksanakan puasa Ramadan, mereka jihad fii sabiilillaah melawan musyrikin Quraisy. 

Diceritakan oleh Umar bin Khattab bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam menghadap kiblat seraya mengangkat kedua tangannya memohon kepada Allah subhaanahu wa ta'ala dengan hati penuh harap, "Ya Allah, kabulkanlah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika hari ini pasukan ahli Islam hancur, maka Engkau tidak akan disembah lagi di bumi ini". 

Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam terus berdoa menghadap kiblat hingga serbannya terjatuh. Lalu, datanglah Abu Bakar mengambil serban itu dan meletakkannya kembali di pundak beliau dan merangkulnya dari belakang sambil berkata, "Wahai Nabi Allah, cukuplah permohonan engkau padaNya. Allah akan membuktikan janjiNya". (HR. Tirmidzi) 

Maka sebagai jawaban atas doa Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam tersebut, turunlah QS. Al Anfal ayat 9.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

اِذْ تَسْتَغِيْثُوْنَ رَبَّكُمْ فَا سْتَجَا بَ لَـكُمْ اَنِّيْ مُمِدُّكُمْ بِاَ لْفٍ مِّنَ الْمَلٰٓئِكَةِ مُرْدِفِيْنَ

"(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, "Sungguh, Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut." (QS. Al-Anfal 8: Ayat 9)

Perangpun berkecamuk. Dimata musyrikin Quraisy, jumlah pasukan Islam banyak sekali. Itulah diantara malaikat-malaikat yang diturunkan Allah subhaanahu wa ta'ala untuk menebas leher dan memotong telinga tentara-tentara Quraisy. Dan ini menjadi pembeda antara orang Quraisy yang dibunuh oleh tentara dari kalangan malaikat dengan yang dibunuh oleh tentara Islam (kalangan manusia).

Dan akhirnya, Allah subhaanahu wa ta'ala memenangkan kaum muslimin dan kalahlah musyrikin Quraisy. 

Inilah perang Badar yang menjadikan iman kaum muslimin saat itu semakin kuat. Keyakinan mereka kepada Allah subhaanahu wa ta'ala dan RasulNya semakin kokoh tidak bisa dirobohkan. 

Khatimah

Kita sebagai umat di akhir zaman, dihari-hari penghujung Sya'ban ini, tidak perlu mempersiapkan sebagaimana persiapan kaum muslimin di masa nabi shallallaahu'alaihi wa sallam untuk menghadapi perang badar, tapi kita persiapkan keimanan yang lurus, benar dalam berIslam, sehingga menyambut Ramadan dan melaksanakan perintah puasa di dalamnya dan ibadah lainnya, di bawah kesadaran iman. Menyiapkan bekal ilmu, kesehatan fisik, dan harta untuk bisa mengisi hari-hari Ramadan dengan ibadah dan amal saleh. 

Wallahua'lam bis shawaab.







Minggu, 04 Agustus 2019

HEWAN SAJA TIDAK LGBT LOH!

Dari Tulungagung dikabarkan bahwa Komisi Penanggulangan Aids (KPA) merilis ada 50 penyuka sesama jenis di Tulungagung yang terkena HIV. Dua puluh diantaranya adalah siswa dan mahasiswa (jatimpos.id, 25/7/2019).

Terang saja berita ini menghebohkan sehingga menjadi pembicaraan publik baik dicyber maupun darat. Siapa menduga perbuatan bejat umat Nabi Luth ini ada penganutnya di Tulungagung. Jika ingat akan azab yang Allah timpakan kepada umat Nabi Luth tentu wajar jika masyarakat menjadi takut juga.

Gubernur Jatim pun meminta dinas pendidikan untuk turun tangan menyelesaikan masalah ini. Dan menghimbau orang tua untuk memberikan edukasi dan pengawasan terhadap putra putri mereka.

Fenomena LGBT ini unik dan nyleneh. Bagaimana tidak, hewan saja ngak ada yang LGBT. Nah manusia yang berakal kok malah LGBT. Disebut apalagi kalau bukan manusia yang lagi tersesat. Na'udzubillah -Kami berlindung kepada Allah SWT dari yang demikian-.

LGBT Kenapa Marak?

Elgibiti alias kaum pelangi muncul bukan perkara darisononya. Akan tetapi ini adalah penyimpangan perilaku manusia. Yang disebabkan oleh pergaulan bebas saat ini. Gaul bebas tanpa melekatkan syariat dalam kehidupan berimplikasi pada diperturutkannya nafsu manusia.

Dikuatkan lagi dengan kondisi masyarakat yang kurang peduli. Sehingga fungsi kontrol pada masyarakat lemah. Dan kondisi ini diperparah dengan legaslasi pergaulan bebas oleh sistem sosial dinegara ini. Dibuktikan dengan tiada nya jerat hukum bagi pelaku seks bebas atas nama suka sama suka. Jadilah perzinaan menjadi perbuatan terbuka.

Apabila ditelusuri lebih dalam, pokok penyebab mencuatnya LGBT adalah akibat sistem kehidupan sekuleristik materialistik. Sekulerisme menghantarkan pada kehidupan bebas dengan dalih hak asasi manusia. Dalih HAM menjadi tameng untuk  kebal terhadap hukum agama. Bila agama sudah dimuntahkan apalagi yang ditunggu kalau bukan kehancuran kehidupan manusia?

Bala' Dari Gaul Bebas

Penyakit AIDS yang disebabkan virus HIV merupakan bala' yang Allah tunjukkan kepada manusia. Buah perilaku seksual yang tidak sesuai dengan fitrah dan tuntunan alkhaliq.

Jauh jauh hari Rasulullah saw telah memberikan kabar akan hal ini.
Diriwayatkan dari Abdullah ibn Umar ia berkata, Rasulullah saw datang kepada kami, beliau bersabda, "...Tidaklah perzinaan merajalela ditengah suatu kaum hingga mereka melakukan nya secara terbuka kecuali akan menebar ditengah mereka wabah penyakit dan kelaparan yang tidak pernah dialami manusia sebelum mereka..." HR. Ibnu Majah

Dan benar, AIDS adalah penyakit yang hingga kini belum didapati obatnya. Dikutip dari buku Sains dan Alquran, Penyakit AIDS pertama kali ditemukan di  America pada tahun 1981 dan kini telah menyebar. Tak kurang hingga tahun 2000, WHO melaporkan sudah ada 53 juta penduduk di dunia dengan penyakit Aids. Bahkan angka itu menurut para ahli bisa dua kali lipat. Apalagi sekarang.

Allah berfirman, "Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah" (QS. Al A'raf: 179)

Sungguh keras predikat yang Allah SWT lekatkan bagi manusia yang tidak menggunakan akalnya, hatinya, pendengarannya, dan matanya. Mereka akan sesat. Mereka akan seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi.

Bila sudah sekian banyak korban berjatuhan, belum sadarkah manusia untuk melepas sistem hidup sekuler-kapitalisme? Merubah total dengan penerapan hukum Islam.

Hanya agama yang diridoi Allah SWT sajalah yang mampu mengembalikan kehidupan yang berkah. Mengiring manusia pada fitrahnya. Mengajak manusia membuktikan jati dirinya sebagai khalifah di bumi. Mewujudkan rahmatan lil'alamin bagi semesta alam. Mari kembali kepada hukum hukum Allah SWT sang pemilik langit dan bumi. Wallahua'lam bis showab.

Senin, 01 Juli 2019

MUALAF DIERA DEMOKRASI

Artis, di zaman demokrasi ini menjadi sosok publik figure. Sisi kehidupannya disorot dan dipasarkan kepada publik. Hingga menjadi makhluk tersohor bersaing dengan ketenaran presiden. Maka tidak heran, jika ada berita datang dari kalangan artis, masyarakatpun pada mengetahuinya.

Dalam beberapa pekan ini, masyarakat pemerhati kehidupan artis memperbincangkan presenter Hitam Putih Trans7. Keputusan Deddy Corbuzier untuk menjadi muslim itulah topik pembahasannya. Ternyata, menjadi mualaf di era demokrasi ini membawa Deddy Corbuzier harus menerima kenyataan. Kenyataan untuk menerima kritik pedas dan juga dukungan positif.

Kritik pedas ditujukan dari sebab musabab ia pindah agama. Adapun komentar positif datang dari mereka yang husnudzan menilai perubahan dalam diri seseorang. Faktanya mualaf sudah terjadi ratusan hingga jutaan orang di dunia ini. Jadi, tidak ada yang seharusnya dipermasalahkan dan dijatuhkan ke-mualafannya.

Namun, lagi-lagi, masyarakat muslim harus menyadari. Bahwa kehidupan saat ini dalam pengaruh kapitalisme. Sistem hidup yang mengemban jargon liberalisme, hedonisme, materialisme dan individualisme. Isme-isme inilah yang meracuni pemikiran masyarakat yang memandang sesuatu dari unsur yang bersifat materi dan duniawi. Seandainya jika tidak terkena debu materialisme tak kan perlu memperbincangkan dan menuduhkan sebab pindah agamanya Deddy Corbuzier. Karena hal itu hal yang sia-sia dan tiada berguna. Harusnya seorang muslim, bersyukur saudaranya seiman bertambah. Seharusnya didukung dan diberikan perlindungan. Bukannya malah terbawa omongan orang munafiq dan pembenci agama ini.

Jumat, 07 Desember 2018

REUNI 212, TIDAK CUKUP LOGIKA MANUSIA

Reuni Mujahid 212 mengubah persepsi banyak kalangan, mengubah analisis politik skala internasional. Menggerakkan pakar politik dalam negeri untuk tidak mencukupkan kemampuan akal semata dalam membaca fakta. Reuni Mujahid 212 pun menjawab kemustahilan persatuan umat Islam, memberikan firasat bersatunya umat Islam dalam satu payung kepemimpinan (khalifah) bukan ide utopia.

Menpora Adyaksa Dault menyebutkan “Tidak ada satupun partai politik, tokoh figur siapapun, atau ormas manapun yang sanggup mengklaim mendatangkan menusia hingga 10 juta untuk berkumpul di Monas Jakarta dalam satu waktu. Hanya Allah SWT yang mampu menggerakkan hati manusia untuk berkumpul seperti #Reuni212 kemarin, MasyaAllah” (voa-islam.com, 4/12/2018).

Reuni Mujahid 212 memberi petunjuk persatuan dan kebangkitan umat Islam. Tidak hanya skala nasional, tapi internasional. Bendera al Liwa’ dan Ar Rayah dengan kalimat tauhid di dalamnya adalah milik umat Islam. Bila bendera ini mampu menyatukan umat Islam di Indonesia maka bersatunya umat Islam sedunia di bawah panji tauhid adalah keniscayaan.

Al Liwa’ dan Ar Rayah adalah simbol bendera yang selama ini dikait-kaitkan dengan khilafah. Dan kenyataannya dalam Reuni Mujahid 212 bendera itu berkibar di jantung ibukota Indonesia. Jutaan Al Liwa’ dan Ar Rayah berkibar. Para pemegangnyapun bangga mengibarkannya. Memang seharusnya begitu, karena Al Liwa dan Ar Rayah itu sejatinya milik umat Islam, peninggalan Nabi SAW. Rasulullah SAW bersabda, “Rayahnya (panji) Rasulullah berwarna hitam, sedangkan liwa’nya (bendera) berwarna putih” (HR. Thabrani)

Terkait dengan khilafah, Badan inteligen Amerika (CIA) New York Times memprediksi tahun 2020 akan dipimpin oleh khilafah Islamiyah (www.islamnews.id, 27/01/2017)

Selasa, 04 Desember 2018

KIBARAN AL LIWA' DAN AR RAYAH MENGGETARKAN DUNIA


Subhanallah. Sungguh luar biasa antusiasme umat Islam menghadari Reuni Mujahid 212. Kurang lebih 7 juta manusia menghadari acara tersebut (Siaran live TV One, 2/12/2018). Lintas agama, lintas negara, lintas suku, lintas ekonomi, lintas organisasi, lintas usia, lintas budaya tumpah ruah di acara ini. Mereka disatukan oleh kalimat tauhid, pembelaan atas kalimat tauhid, perasaan satu Tuhan, satu Nabi, satu kitab suci, satu kiblat, satu tujuan ridho Allah SWT.

Mengikuti pemberitaan di media sosial tergambar dengan jelas pengorbanan dan keikhlasan para mujahid tauhid (sebutan penulis). Ada yang bergerak dengan jalan kaki, ada yang naik sepeda, ada yang naik kapal, ada yang naik pesawat dan semuanya dengan biaya pribadi. Bahkan ada bapak-bapak dengan cacat kaki rela berjalan untuk menghadiri acara Reuni Mujahid ini. Bahkan ada pasukan khusus –pasukan unggu- yang siap membersihkan sampah. Luar biasa! Allahu Akbar. Masih adakah yang akan mengatakan aksi ini bayaran? Sungguh hanya mereka yang tertutup hatinya yang mengatakan demikian.

Dalam aksi reuni ini peserta dilarang merokok, dilarang menginjak rumput, dilarang buang sampah disembarang tempat (Siaran Live TV One, 2/12/2018). Dan itu dipatuhi oleh peserta. Inilah gambaran orang-orang beriman yang dengan mudah menerima kebenaran dan nasehat kebaikan. Inilah umat Islam yang taat sabda Nabinya. “Sesungguhnya kesucian/kebersihan bagian dari iman -Ath thohuuru sadrul iman-“

Walaupun penulis tidak ikut hadir, tapi getaran semangat, getaran persatuan, getaran perjuangan, getaran akan kebenaran firman Allah SWT dan sabda Nabi SAW menusuk sanubari. Bahwa umat ini akan kembali pemimpin dunia, bahwa akan ada para pejuang pembawa panji-panji tauhid dari wilayah timur, bahwa akan tegak kembali kekhilafahan Islam setelah sekian lama waktu tiada.

Reuni Mujahid 212 menggetarkan seluruh dunia. Menjadi sorotan berbagai media asing (www.republika.co.id). Baik negeri-negeri muslim maupun non muslim. Kibaran Al liwa' dan Ar rayah menyulut semangat umat Islam di Rohingya, di Palestina, di Suriah, di Yaman, di Uighur dan di wilayah lainnya, bahwa masa kemenangan Islam itu sudah semakin dekat. Kuasa Allah SWT, kibaran al Liwa’ dan ar Rayah begitu mudah berkibar di jantung ibu kota Indonesia. Padahal di timur tengah, perhelatan seperti reuni 212 lengkap kibaran Al Liwa’ dan Ar Rayah dengan peserta jutaan begini belum pernah ada. Bombastis, keren muslim Indonesia, Allahu akbar.

Bila mundur ke belakang, catatan akan menemukan bahwa dahulu panji putih hitam bertulis kalimat tauhid selalu dibawa oleh Hizbut Tahrir Indonesia dalam setiap aksinya. Namun, ajaib. Setelah ormas HTI ini dicabut badan hukumnya, malah sekarang, berawal dari salah bakar panji tauhid, menjadi jalan –jalan yang Allah SWT tetapkan- untuk menjadikan panji tauhid viral. Viral di media massa pun juga di darat. Massa dengan berbagai latar belakang berduyun-duyun membela kalimat tauhid ini. Dan aksi mujahid 212 menjadi saksi, menjadi bukti bahwa panji ini –al Liwa’ dan ar Rayah- dikibarkan oleh seluruh umat Islam dari berbagai lapis masyarakat.

Perjuangan HTI dalam mengenalkan al liwa’ dan ar Rayah, mirip dengan usaha seorang kakek yang menanam benih pohon. Ketika ditanya oleh cucunya,”Buat apa kakek menanam pohon ini? Bisa jadi kakek tidak menemuinya ketika pohon itu berbuah”.
Sang kakek menjawab, “Biarlah anak cucu kakek yang menuai buahnya”

Artinya apa?
Perjuangan HTI dari dahulu, sekarang terasa buahnya. Disaat badan hukum itu sudah dicabut dari HTI. Inilah namanya balasan yang Allah SWT berikan kepada HTI yang selama ini telah mendakwahkannya. Buah perjuangan dan keikhlasan. Dakwah laa madiyah (non kekerasan) dakwah fikriyah (pemikiran) yang telah dilakukan HTI sudah Allah SWT singkap kebenarannya. Semoga para syabab/h HTI walau tidak punya badan hukum, mampu menjaga keikhlasannya, ketawadhuannya, kesyukurannya, dan keistiqamahannya dalam dakwahnya. Karena dakwah perintah Allah SWT bukan perintah organisasi. Aamiin. Wa ma taufiqi illa billah. Wallahua’lam bisshowab.




Minggu, 02 Desember 2018

PARA PESAING

Disana ada para ulama
Setiap harinya mereka menyebarkan ilmu
Setiap harinya mereka sholat dan dzikir
Setiap harinya mereka membaca Alquran
Setiap harinya mereka didoakan para murid muridnya
Ulama dimuliakan Allah SWT

Disana ada para penghafal Al-Qur'an
Setiap harinya mereka melantunkan ayat-ayat RabbNya
Mereka pun sholat dan dzikir
Mereka juga beramal Sholeh lainnya
Penghafal Al-Qur'an pemilik mahkota kemuliaan

Disana ada para ibu
Yang ikhlas beribadah
Bertahajud dan berdakwah
Mereka ikhlas melayani suami dan anak
Mereka ikhlas mengurus rumah
Bahkan ikhlas bekerja untuk menambah penghasilan keluarga
Para ibu yang dijanjikan surga

Disana ada orang-orang miskin yang shalih
Mereka tekun ibadah
Merekapun ridho dengan pemberian RabbNya
Bahkan tak jarang mereka bersedekah melebihi orang kaya
Orang-orang miskin, doanya mustajabah

Disana ada para konglomerat shalih
Memiliki masjid wakaf dimana mana
Mereka pun rajin ibadah
Tetap tawadhu dalam gelimang harta
Orang kaya yang bertakwa

Kamis, 29 November 2018

TERUSLAH HIJRAH, ISLAM BUKAN AGAMA RADIKAL

Badan Intelejen Negara (BIN) mengeluarkan keterangan bahwa 41 masjid dilingkungan pemerintah wilayah Jakarta terpapar paham radikalisme. BIN mengategorisasikan masjid terpapar paham radikal dalam tiga level. Tujuh masjid terpapar paham radikal pada level rendah, 17 masjid pada level sedang dan 17 level tinggi. Jubir BIN Wawan Hari Purwanto menyebut masjid dilevel tinggi menjadi sorotan karena memiliki kriteria yang sangat jelas menyimpang dari falsafah dan norma-norma NKRI. Artinya para penceramah di masjid ini mendorong ke arah yang lebih simpati pada ISIS. (www.idntimes.com,21/11/2018)

Kriteria atau indikator seorang penceramah terindikasi radikal penting diungkap lebih jelas oleh BIN. Sehingga tidak dikwatirkan adanya persepsi yang keliru atas ajaran Islam. Apakah kemudian penceramah yang berjenggot itu masuk ciri penceramah radikal? Apakah penceramah yang memberikan kutbah dengan memakai surban dan jubah adalah ciri radikal? Apakah pula penceramah yang menjelaskan ekonomi Islam, politik Islam, pergaulan Islam, pemerintahan Islam disebut radikal?

BIN telah menyebut penceramah pada masjid yang berada di level tinggi mendorong ke arah yang lebih simpati pada ISIS. Indikator simpati pada ISIS ini apa saja? Padahal ulama ahlu sunnah wal jamaah sudah sepakat bahwa ISIS secara aqidah bertentangan dengan Islam. Sehingga ketika para penceramah itu disebut oleh BIN mengajak simpati pada ISIS sama artinya para penceramah itu keluar dari ajaran ahlu sunnah wal jamaah.

Minggu, 09 September 2018

PEMURTADAN DALAM MISI KEMANUSIAAN

Pemurtadan, hal yang tidak diharapkan terjadi. Apalagi ditengah musibah yang melanda. Beredarnya video rekaman Dewi Handayani yang berisi dugaan pemurtadan di Lombok membawa sang perekam video menjalani pemeriksaan di Polda NTB (www.kiblat.net). Tertangkapnya upaya pemurtadan atas korban bencana tidak sekali ini terjadi. Saat tsunami di Aceh kasus demikian juga ada.

Munculnya dugaan pemurtadaan pada korban gempa Lombok, harus menjadi evaluasi bagi negara dan juga umat Islam. Negara berperan sebagai junnah (pelindung) rakyat. Baik saat ada musibah maupun tidak, peran negara sebagai junnah itu tetap melekat. Sehingga ketika ada bencana seperti di Lombok, negara sudah siap mengantisipasi. Penanganan saat dan pasca musibah bukan semata difokuskan pada persoalan materi dan fisik bangunan namun hingga penjagaan aqidah umat.

Namun, dalam sistem demokrasi peran negara sebagai junnah ini akan sulit difungsikan sempurna. Karena beragama adalah bagian dari hak asasi manusia. Sehingga negara memberikan kebebasan atas rakyatnya. Fungsi penjagaan aqidah itu tidak ada. Yang ada hanyalah negara melindungi setiap warga negara untuk menganut agama sesuai keyakinannya. Sehingga jika ada rakyat yang pindah-pindah agama tidak terjerat hukum. Dan jika ada aksi pemurtadaan paksa baru bisa dimasukkan dalam pelanggaran HAM. Dan bila pemurtadan terjadi ditengah misi bantuan kemanusiaan maka terkategori menyalahi etika kemanusiaan.

Adapun evaluasi bagi pribadi umat Islam, jika berhasil dimurtadkan di tengah musibah yang melanda, adalah evaluasi keimanan. Betapa masih lemahnya iman umat islam. Musibah bukan dimaknai secara positif sebagai peringatan dari Allah Swt dan muhasabah akan dosa-dosa yang dilakukan. Namun, dipandang negatif dan menjauh dari Allah Swt. Disinilah bisa dilihat mutu tarbiyah keagamaan umat Islam selama ini. Dan keberhasilan sistem demokrasi menjauhkan umat Islam dari keimanan yang kokoh.

Allah SWT telah mengingatkan melalui firmanNya: "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, Kami telah beriman dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta." (QS. Al-'Ankabut 29: Ayat 2-3)

Ayat-ayat tersebut menjelaskan bahwa setiap manusia akan diberikan ujian. Dimana ujian itu adalah jalan Allah Swt untuk mengetahui mana diantara hamba-hambaNya yang benar-benar beriman. Beruntunglah mereka yang lulus dan naiklah derajat hamba tersebut. Dan celakalah bagi yang gagal dan menjauh dari Allah Swt.

Dan untuk penjagaan aqidah, ada mekanisme bagi umat Islam untuk mengangkat seorang khalifah. Khalifah yang akan menerapkan syariah Islam, sehingga umat Islam hidup dalam sistem Islam. Sistem Islam yang melindungi seluruh warga negaranya, baik muslim maupun non muslim. Membentuk negara baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur sekaligus melindungi dan menjaga keimanan umat Islam. Sehingga terjauhkan dari pemurtadan. Wallahua'lam.

Jumat, 24 Agustus 2018

Ayat Ayat Al Quran

Sering kita membaca Alquran namun tidak mengerti arti/kandungan dari ayat yang kita baca. Apalagi asbabul nuzul ayat tersebut hingga tafsirnya. Padahal Alquran adalah pedoman hidup. Bagaimana kita akan mengerti apa saja perintah Allah SWT dan apa saja laranganNya, kalau kita tidak tahu arti ayat yang kita baca.

Alquran itu memang luar biasa. Kita tidak tahu artinya saja, bisa memberikan efek menenangkan,  menentramkan batin dan mencerahkan pikiran. Seandainya kita tahu artinya tentu khasiat Alquran lebih dari itu. Maka tidak mencukupkan dengan membacanya, tetapi juga membaca terjemahnya adalah upaya perbaikan kwalitas kita terhadap Alquran. Andaikan keseluruhan isi Alquran  diterapkan dimuka bumi ini, tentu Islam rahmatan lil' alamin itu itu benar-benar nyata. Dan ini kewajiban umat Islam untuk menegakkannya.

Berikut ini ada potongan ayat Alquran yang isinya komplek. Padahal hanya beberapa ayat saja. Ada terkait aqidah, hingga muamalah dengan sesama manusia. Semoga potongan ayat ini bermanfaat untuk pembaca dan memantik untuk membaca terjemah ayat-ayat Alquran lainnya.

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat,

Dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Dan janganlah kamu berdebat untuk membela orang-orang yang mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi bergelimang dosa,

Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan.

Beginilah kamu, kamu sekalian adalah orang-orang yang berdebat untuk (membela) mereka dalam kehidupan dunia ini. Maka siapakah yang akan mendebat Allah untuk (membela) mereka pada hari kiamat? Atau siapakah yang jadi pelindung mereka (terhadap siksa Allah)?

Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Barangsiapa siapa yang mengerjakan dosa, maka sesungguhnya ia mengerjakannya untuk (kemudaratan) dirinya sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Dan barangsiapa mengerjakan kesalahan atau dosa kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, maka sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata.

Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, tentulah segolongan dari mereka berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. Tetapi mereka tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak dapat membahayakanmu sedikit pun kepadamu. Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah sangat besar karunia Allah kepadamu.

Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.

Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali.

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.

Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah setan yang durhaka,

Yang dilaknati Allah dan setan itu mengatakan: "Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya),

Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (merubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merobahnya". Barang siapa yang menjadikan setan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata

Setan itu itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka

Mereka itu tempatnya Jahanam dan mereka tidak memperoleh tempat lari daripadanya.

Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan saleh, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?

(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah

Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun.

Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.

Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah (pengetahuan) Allah Maha Meliputi segala sesuatu.

(Qs. An Nisa: 105-126)








Minggu, 05 Agustus 2018

SAAT NABI BERPESAN: LAA TAHZAN INNALLAAHA MA'ANAA

Peristiwa hijrahnya Nabi SAW, salah satu Peristiwa heroik. Dimalam Hari Rasulullah saw berhasil keluar dari rumahnya. Padahal rumah dalam kondisi dikepung oleh kafir Quroisy. Beliau pergi menuju rumahnya Abu Bakar. Dan Abu Bakar sudah menyiapkan dua kendaraan yang akan mereka gunakan untuk hijrah. Sebagai penunjuk jalan Abu Bakar menyewa jasa Abdullah bin Ariqat Ad Daili. Meskipun seorang musyrik namun Abdullah bekerja dengan baik. Dia memilihkan jalan yang tidak biasa dilewati orang-orang. Hal ini supaya jejak mereka tidak diketahui kafir Quroisy.

Kepergian Nabi saw ke Madinah hanya diketahui Ali ra dan keluarga Abu Bakar. Asma binti Abu Bakar berjasa dalam menyiapkan dan menghantarkan perbekalan untuk Nabi Dan Ayahnya. Waktu hijrah beliau berusia 53 tahun. Dan keberangkatan beliau ke Madinah dihari Kamis hari pertama dibulan Rabiul Awal.

Abdullah penunjuk jalan, memberikan jalan lewat jalur Yaman hingga sampai di gua Sur. Mereka berdiam di gua itu selama tiga malam. Abdullah menyertai mereka dimalam hari dan waktu sahur balik ke Mekkah. Dia mendapat kabar jahat orang -orang Quraisy maka disore harinya ia balik ke gua untuk mengabarkan hal itu.

Kafir Quraisy amat pusing dengan kepergian Nabi, tanpa sepengetahuan mereka. Sepanjang jalur Mekkah mereka telusuri untuk menemukan Nabi saw. Tapi tidak menemukan siapa-siapa. Akhirnya, mereka putar haluan lewat jalur Yaman. Dan sampai tepat di mulut Gua Sur.

Abu Bakar didalam gua panik. Yang ia panikkan bukan keselamatan dirinya, tapi diri Rasulullah saw.

Sedangkan diatas gua kafir Quraisy bercakap, "Mungkin Muhammad bersama sahabatnya berada di Gua ini".
Yang lainnya menimpali, "Apa kamu tidak melihat pintu gua itu? Laba-laba telah merajut jaringnya. Dan burung-burung membuat sarang didalamnya, bukankah itu menunjukkan kalau belum Ada seorang pun yang masuk ke gua ini?"

Abu Bakar semakin panik, ia berkata kepada Nabi, "Demi Allah wahai Rasulullah, seandainya salah seorang dari mereka melihat ketempat pijakan kakinya, pasti akan melihat kita".

Sungguh super sekali jawaban Rasulullah saw. Jawaban yang membuat Abu Bakar tenang. Jawab Rasulullah, "Wahai Abu Bakar, apa dugaanmu tentang kita berdua, Padahal Allah lah yang ketiganya. Jangan Bersedih, Sesungguhnya Allah bersama kita. Laa tahzan innallaaha ma'anaa" .

Dan betul sabda Nabi, orang-orang Quraisy tidak melihat mereka. Akhirnya mereka kembali ke Mekkah dengan tangan kosong. Nabi Saw dan Abu Bakar selamat dan melanjutkan hijrahnya ke Madinah. Allaahumma Sholli 'ala Muhammad. Adapun kalimat Laa tahzan innallaaha ma'anaa dapat kita jumpai dalam QS. At Taubah: 40.

Demikian kutipan sirah nabawiyah yang saya ambil dari Quran Cordoba. Semoga bermanfaat.





Rabu, 16 Mei 2018

ANTARA AJARAN ISLAM DAN ULAH OKNUM

Sholat adalah ajaran Islam, maka semua orang Islam wajib sholat

Puasa Ramadhan adalah ajaran Islam, maka semua orang Islam puasa Ramadhan
Zakat adalah ajaran Islam, maka semua orang Islam berzakat

Haji dan umrah adalah ajaran Islam, maka semua orang Islam yang mampu haji dan umrah.
Menutup aurat adalah ajaran Islam,  maka semua wanita balig wajib menutup aurat

Mengebom tempat ibadah agama lain bukan ajaran Islam, maka semua orang Islam mengutuk, membenci kegiatan ini.
Bagi pelakunya kena dosa.
Bila ada yang melakukan pengeboman maka itu namanya oknum.
Motifnya apa, kita juga belum tahu
Bagaimana akan tahu kalau sudah  meninggal bersama bom yang diledakkannya.

Memang bisa jadi mereka salah menafsirkan ayat
Tapi tafsir Islam yang benar mengajarkan kedamaian, rahmat bagi seluruh alam

Jadi jangan menuduh Islam agama teroris

Dan bila kita muslim maka jangan mau dikatakan Islam agama teroris

Dan juga jangan menyebut setiap orang yang ngaji Islam pembawa bibit teroris.
Jangan pula salahkan kajian rohis
Mereka loh jadi taat agama
Jauhi dugem, jauhi tawuran, jauhi pacaran, jauhi buka-bukaan aurat, rajin ibadah, prestasi akademik keren

Nah remaja yang tawuran, urakan, pacaran, narkoba, gaul bebas, MBA,  sampe aborsi, apa itu yang di inginkan? Mereka yang membuat nama buruk agama dan juga negara

Hem,
Ingat, sekarang jaman penuh tipu daya.
Kapan hari ramai, beberapa orang Sholat subuh tiba tiba dipukul orang gila
Baru jaman sekarang ada orang gila aksi memukul orang Sholat subuh
Orang gila jadi pelaku teror

Jadi, jangan lah menambah ketakutan pada umat Islam
Sudah mereka takut dengan bom
Ditambah ditakut-takuti tuk ngaji dan taat syariat

Berhentilah memenuhi keinginan kapitalisme
Yang menghendaki agama ini -Islam- tercerabut dari dada-dada umatnya
Yang menghendaki agama ini -Islam- hanyalah simbol tanpa amaliah syariat di sehariannya
Yang menghendaki agama ini -Islam- tidak lagi menjadi agama dunia
Yang menghendaki umat Islam menjadi pemuja dan pencinta dunia.

Wallahua'lam.

Kamis, 01 Maret 2018

AQIDAH, BASIS KEBANGKITAN HAKIKI

Apabila bangkit dimaknai dengan berubahnya kondisi yang awalnya tidur jadi duduk, yang awalnya duduk lalu berdiri maka itu sesungguhnya hanyalah perubahan ekspresi badan. Dalam kondisi ini tidak ada perubahan fundamental pada diri manusia. 

Akan berbeda maknanya jika bangkit itu dimaknai sebagai perubahan pemikiran seseorang akan kehidupan ini. Yang awalnya menangkap makna kehidupan ini ada begitu saja. Dan manusia juga bebas melakukan apa saja. Berubah menjadi kehidupan ini ada yang mengadakannya. Dan manusia ada yang menciptakannya, lengkap dengan tujuan penciptaannya. 

Pemikiran ini masih koma. Ia belum sempurna, apabila berhenti sampai disitu. Ibarat air, ia masih mengalir disepanjang jalur sungai belum sampai pada muaranya. Manusia melakukan perbuatan tapi belum mengerti tujuan hakiki dari yang diperbuatnya. Kalaupun ada tujuan maka tujuan itu masih belum sampai pada hakikat penciptaannya.

Adapun hal yang menjadikannya sempurna adalah ketika manusia bisa memahami bahwasanya ada kehidupan abadi yang ia tuju. Ada hubungan integratif antara kehidupan sebelum dan sesudah kehidupan. Ada titah dalam mengisi kehidupan. 

Dibalik alam semesta beserta isinya ini ada Allah Swt yang menciptakannya. Manusia dicipta untuk beribadah kepadanya. Dan ada alam pertanggungjawaban atas amalnya di dunia. Alam kubur dan alam akhirat. Dan akhirat inilah kehidupan abadi yang sesungguhnya. 

Inilah jalan yang akan menghantarkan seseorang untuk bangkit dan bergerak. Bukan sekedar bangkit biasa. Tapi kebangkitan yang hakiki. Bila pemahaman ini sudah mengisi ruang akal manusia maka tiada lagi sikap berjibaku dengan kemalasan, kebodohan dan terbuai dunia yang fana. 

Manusia yang bangkit dengan pemahaman berbasis aqidah ini akan menjadikan pemiliknya mengisi lorong waktu kehidupan dengan perbuatan yang tidak sia sia. Setidaknya ada tiga perbuatan. Yaitu beramal sholih, nasehat menasehati dalam kebaikan dan nasehat menasehati dalam kesabaran. Inilah tiga amal yang tidak menjadinya rugi. Sebagaimana Allah Swt terangkan dalam firmanNya berikut ini.

"Demi masa. Sesungguhnya manusia dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran." (QS. Al-'Asr 103: Ayat 1-3)

Pemikiran kehidupan yang demikian inilah yang dimiliki oleh generasi pertama Islam. Sehingga mereka bisa bangkit dari masa jahiliyah menuju masa penuh cahaya -Islam-. Mereka memberikan pembelaan terhadap agama, Rabb dan Nabinya dengan sepenuh pembelaan. Demikian juga dengan para ulama dan ilmuwan muslim dimasa Kekhilafahan Islam. Maka wajar jika bak jamur dimusim hujan, bermunculan para cendekiawan muslim yang menjadi rujukan dunia. Dan akankah kejayaan itu akan terulang kembali? Jawaban ada di tangan kita wahai generasi akhir zaman. Wallahua'lam.

Senin, 04 September 2017

Sebaik Baik Tulisan

Ada banyak tulisan yang bisa diakses dinegeri ini. Akan tetapi banyaknya tulisan ini belum diimbangi dengan tingginya minat baca rakyat Indonesia. Berdasarkan survei UNESCO minat baca masyarakat Indonesia baru 0,0001 persen. Artinya seribu masyarakat ada 1 masyarakat yang memiliki minat baca. Data ini diperkuat oleh pernyataan Kepala BKLM Kemendikbud yang menyampaikan bahwa minat baca literasi masyarakat Indonesia menempati posisi peringkat 60 dari 61 negara. (gobekasi.pojoksatu.co.id, 19/5/2016). Mudah-mudahan geliat membaca ini meningkat seiring bertambahnya jumlah penulis di negeri ini.

Seseorang menulis bisa dilatarbelakangi oleh beberapa faktor. Setidaknya ada dua faktor yang mendorong seseorang untuk menulis. Faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal karena memang orang tersebut hobi menulis. Yang menjadikan menulis sebagai hobi, sehingga apa yang ia lihat dan ia dengar bisa menjadi tulisan baginya. Bila hobi menjadi dorongan, biasanya yang demikian ini tidak “ngalap/berharap” imbalan dari orang lain. Entah itu pujian ataupun materi. Bahkan bisa jadi malah mengeluarkan uang demi tersalurkanya hobi itu. Adapun dorongan ekternal bisa bermacam-macam. Bisa karena tugas sekolah, kantor, profesi, organisasi atau  ingin meraih juara dalam suatu perlombaan.

Tulisan yang Baik Vs Sebaik Baik Tulisan
Kegiatan menulis sebenarnya teramat dekat dengan kehidupan manusia saat ini. Ketika seseorang memegang HP bisa dipastikan dia melakukan aktivitas menulis. Meskipun itu hanya short message. Adapun bagi guru ataupun dosen kegiatan tulis menulis sudah menjadi menu harian. Tentunya bukan tulisan fiksi yang bercerita kisah romantis tetapi karya ilmiah yang padat dengan data, analisis dan kesimpulan yang berujung pada kontribusi tulisan tersebut pada negeri ini.

Sebagaimana pecipta lagu yang tidak pernah kehabisan lirik lagu demikian pula dengan para penulis. Baik penulis fiksi maupun non fiksi, ide mereka terus mengalir dan menebarkan ilmu dan pengetahuan kepada para pembaca. Dan apabila  berselancar di dunia maya akan ditemukan ada banyak tulisan dengan konten yang variatif. Karena tulisan di dunia online tidak seribet buku yang harus melalui editing penerbit. Setiap pemegang blog misalnya bisa leluasa menyalurkan ide di otaknya. Sehingga tidak heran apabila kadang ditemukan tulisan dengan konten negatif yang berbahaya bagi kejernihan aqidah dan kemuliaan akhlaq.

Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa ada tulisan yang baik dan ada pula yang buruk. Tulisan yang baik adalah tulisan yang menginspirasi, mencerdaskan dan menjadikan pembaca memperoleh informasi dan pengetahuan yang bermanfaat untuk kehidupannya. Dan ada pula tulisan yang berderajat lebih dari itu. Inilah yang disebut dengan sebaik-baik tulisan. Sebaik-baik tulisan adalah tulisan yang ditulis karena Allah swt dan di dalamnya mengingatkan pembaca kepada Allah swt, mengajak untuk mentaatiNya dan mentaati NabiNya. Inilah sebaik-baik tulisan.

Allah swt berfirman:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” (TQS. Al ‘Ashr: 1-3)

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (TQS. Fushilat: 33)

Beruntunglah mereka yang telah menulis untuk tujuan ini, yakni untuk mendapatkan ridho Nya dan pahala dari sisiNya. Memberikan pencerdasan kepada umat dengan kekuatan intelektualitas yang dimilikinya. Menyadarkan manusia untuk memberikan loyalitas tertingginya untuk Allah swt.

Mari Menulis Sebaik Baik Tulisan
Bukan hal yang terlarang apabila seseorang berlarut-larut menulis untuk menambah income ataupun lainnya selama isi tulisan tersebut tidak berisikan ajakan untuk bermaksiat kepada Allah swt. Akan tetapi janganlah sampai terlena dengan yang demikian ini sehingga lupa akan kewajiban kepada RabbNya. Karena banyak jendela yang dibuat syetan untuk memperdaya manusia, bisa jadi lewat kegiatan menulis.

Menulis sebaik-baik tulisan adalah panggilan akan kesadaran diri untuk beramar ma’ruf nahi munkar. Sebaik-baik tulisan tidak harus dikemas dalam bentuk non fiksi yang kaku,  melainkan dapat pula berupa tulisan fiksi, semisal novel Islami. Jadi, mari berliuk-liuk diatas keyboard untuk membuat tulisan yang berderajat sebaik-baik tulisan.
Allah swt berfirman:
“Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. dan Allah Maha mendengar lagi Maha melihat” (TQS. An Nisa: 134). Wallahua’lam.

Jumat, 25 Agustus 2017

MAHALNYA AIR MATA

Habis baca berita politik terus pindah ke tulisan ini memang terasa beda jauh. Tapi ini tulisan juga penting tuk dibaca (bagi saya, tidak tahu kalau menurut anda).

Begini ceritanya, Beberapa hari lalu ada kiriman whatsap dari temen dalam sebuah group whatsap. Temen tersebut mengshare tulisan berkaitan dengan pendidikan anak. Tulisan ini tidak salah dishare di group itu, soalnya goup ini adalah kumpulan para guru, sehingga semuanya membutuhkan ilmu berkaitan dengan mendidik anak. Walaupun bagi yang masih jomblo ilmu itu diamalkan kepada anak orang lain. Tapi tetap saja bermanfaat sebagai bekal ke depannya.

Saya tertarik dengan salah satu point yang ada pada tulisan tersebut. Tertulis bahwa” seorang anak kecil sering menangis karena mereka memikul beban dosa orang tuanya yang banyak dan belum bertaubat". Herannya saya bukankah dosa itu akan menimpa seseorang ketika ia bermaksiat kepada Allah swt? Meskipun ada teori dosa multilevel itu kan maknanya ketika suatu maksiat dibiarkan saja maka semua nya terkena dosa. Atau juga ketika menularkan kemaksiatan kepada yang lainnya dan diikuti yang lainnya juga.

Nah ternyata setelah saya klarifikasi kepada akhwat yang mengirim tulisan itu dijelaskan bahwa maknanya tidak langsung. Artinya dosa yang menumpuk pada orang tuanya, menjadikan Allah membuat anak itu rewel dan mudah menangis. Intinya demikian. Wallahua’lam.

Dari kasus ini saya jadi berfikir, sepertinya ada yang kebalik. Begini, bukankah ia yang hidupnya lebih lama itu berpotensi dosanya lebih banyak?. Terhitung dari baligh maka ada hisab atas setiap aktivitas yang dilakukan manusia. Sebaliknya anak kecil yang baru lahir, ia dalam kondisi suci yang tidak ada dosa padanya. Dan hingga sebelum baligh ia masih belum wajib terikat dengan hukum syara.

Lantas, siapa yang harusnya mudah menangis itu? Harusnyakan yang mudah menangis itu kita yang sudah banyak umur ini. Nah bila tanpa sebab yang berat anak kecil mudah sekali menangis. Sudah seharusnya kita yang sadar dosanya banyak, jauh lebih mudah meneteskan air mata. Tapi faktanya?

Dalam Surat al anfal ayat 2 dikatakan bahwa ciri orang-orang beriman itu adalah apabila dibacakan ayat suci al Quran bergetarlah hatinya. Artinya dia akan takut dan menangis, kwatir kalau kalau masuk neraka atau kwatir amalnya tidak diterima atau takut kalau dosanya tidak diampuni.

Abu Bakar ra. kalau sedang sholat beliau selalu berusaha untuk menangis. Sedangkan kita? Belum lembutkah hati ini? Atau memang banyaknya dosa itu sehingga menghilangkan keterenyuhan dalam hati untuk meneteskan air mata? Khauf dan Raja’ harus diguyur dengan siraman air dari langit, sehingga ia tumbuh subur dalam munajat dan penghambaan kepada Sang Pemilik Jagad –Allah swt-.

Menangis dalam sholat memang bukan jaminan sholaty khusyuk, tapi bila Nabi dan para sahabat yang dijamin surga melakukan yang demikian, lantas bagaimana dengan kita yang bergelimang dosa?

Eits, btw jangan karena belum sholat sekalibar sahabat nabi trus tidak sholat ya? Kalau berani ninggalin ya siap siap aja kena algojo panasy neraka. Astagfirullah, wallahua'lam.Wamataufiqi illa billah.

Selasa, 28 Maret 2017

UNTUKMU PEMILIH PINTU AR RAYYAN

Alhamdulillah, hari ini kita masih diberi nikmat hidup oleh Alloh swt sehingga bisa melakukan berbagai macam aktivitas. Tidak terasa sebentar lagi Ramadhan.Tak lama lagi saat mentari tenggelam di ufuk Barat masuklah kita pada bulan Rajab. Allahu Akbar. Begitu cepet waktu berjalan. Mari bersama-sama berdoa : Allohumma bariklana fi rojaba wa sya'bana wa balighna ramadhan. aamiin.

Para sahabat menyiapkan diri menghadapi Ramadhan dari jauh-jauh hari. Dari bulan Rajab hingga Ramadhan adalah hari dimana mereka memperbanyak ibadah. Baik Ibadah fardhu maupun nafilah.
Mulai puasa, sholat, dakwah dan ibadah lainnya.

Untukmu pemilih pintu Ar Rayyan sebagai pintu masuk surga, berikut ini saya ingin membagikan waktu-waktu yang disunnahkan untuk berpuasa. Ternyata dalam setahun ada banyak puasa sunnah yang dapat kita kerjakan. Dibulan Rajab ini bisa kita isi dengan banyak pilihan puasa, mulai dari puasa senin-kamis, tengah bulan Qamariyah, puasa Daud ataupun bagi yang belum menyahur hutang puasa Ramadhan tahun lalu bisa dilakukan dibulan Rajab ini. Semoga Alloh meridoi kita untuk bisa sampai pada bulan Ramadhan yang mulia. Aamin.

Berikut hari-hari yang disunnah kan untuk berpuasa.
1. Puasa pada hari Arafah
Rasulullah saw bersabda, “Puasa pada hari Arafah itu dapat menghapuskan dosa selama dua tahun, satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang. Adapun puasa Asyura’ dapat menghapuskan dosa selama satu tahun yang telah berlalu” (HR. Muslim)

      2. Puasa pada hari Asyura
Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya pada hari Asyura ini Alloh tidak mewajibkan kalian berpuasa. Barangsiapa menghendaki maka diperbolehkan baginya berpuasa dan bagi siapa yang tidak menghendaki, maka ia boleh berbuka.” (HR. Thabrani)

      3. Puasa Enam hari dibulan Syawal
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan lalu dilanjutkan dengan dengan puasa enam hari pada bulan Syawal, maka nilainya seperti puasa sepanjang tahun” (HR. Muslim)

      4. Puasa Lima hari Pertama bulan Sya’ban
Dari Aisyah ra ia menceritakan, “Aku tidak melihat Nabi saw menyempurnakan puasa satu bulan penuh, selain pda bulan Ramadhan. Dan aku tidak melihat beliau pada bulan-bulan yang lain berpuasa lebih banyak daripada bulan Sya’ban”. (HR. Muttafaqun’alaih)

      5. Sepuluh hari pertama Pada bulan Dzulhijjah
Hal ini sesuai dengan sabda Nabi saw, “Tidak ada hari dimana amal Sholeh di dalamnya lebih dicintai Alloh Azza wa Jalla daripada hari-hari ini (sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah). Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah? Beliau menjawab, “Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali seorang yang berangkat dengan membawa jiwa dan hartanya, lalu kembali tanpa membawa sedikitpun dari keduanya” (HR. Bukhari)

      6. Puasa Nabi Daud
Nabi Saw bersabda, “Berpuasalah satu hari dan berbukalah satu hari berikutnya. Yang demikian itu merupakan puasa Nabi Daud dan merupakan puasa yang baik. Kemudian aku berkata: sesungguhnya aku mampu melakukan lebih dari itu. Maka Nabipun menjawab, “Tidak ada yang lebih baik dari itu” (Mutafaqqun’alaih)

      7. Puasa Pada Bulan Muharam
Rasulullah saw bersabda, “Sebaik-baik berpuasa setelah bulan Ramadhan adalah pada bulan Allah yaitu Muharram” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

      8. Puasa Senin Kamis
Hal ini sesuai dengan yang diriwayatkan oleh Usamah bin Zaid dimana Rasulullah senantiasa berpuasa pada hari Senin dan Kamis. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya amal perbuatan manusia diangkat menuju Alloh pdaa hari senin dan kamis” (HR. Abu Daud)

      9. Puasa pertengahan bulan Qomariyah
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia menceritakan “Rasulullah berpesan kepadaku tiga hal yaitu puasa tiga hari setiap bulannya, mengerjakan dua rakaat sholat dhuha, serta sholat witir sebelum tidur” (HR. Mutafaqun’alaih)

 Nah inilah hari-hari yang disunnahkan untuk berpuasa.Semoga bermanfaat, aamiin.


Dipun Waos Piantun Kathah