يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Jumat, 07 Desember 2018

REUNI 212, TIDAK CUKUP LOGIKA MANUSIA

Reuni Mujahid 212 mengubah persepsi banyak kalangan, mengubah analisis politik skala internasional. Menggerakkan pakar politik dalam negeri untuk tidak mencukupkan kemampuan akal semata dalam membaca fakta. Reuni Mujahid 212 pun menjawab kemustahilan persatuan umat Islam, memberikan firasat bersatunya umat Islam dalam satu payung kepemimpinan (khalifah) bukan ide utopia.

Menpora Adyaksa Dault menyebutkan “Tidak ada satupun partai politik, tokoh figur siapapun, atau ormas manapun yang sanggup mengklaim mendatangkan menusia hingga 10 juta untuk berkumpul di Monas Jakarta dalam satu waktu. Hanya Allah SWT yang mampu menggerakkan hati manusia untuk berkumpul seperti #Reuni212 kemarin, MasyaAllah” (voa-islam.com, 4/12/2018).

Reuni Mujahid 212 memberi petunjuk persatuan dan kebangkitan umat Islam. Tidak hanya skala nasional, tapi internasional. Bendera al Liwa’ dan Ar Rayah dengan kalimat tauhid di dalamnya adalah milik umat Islam. Bila bendera ini mampu menyatukan umat Islam di Indonesia maka bersatunya umat Islam sedunia di bawah panji tauhid adalah keniscayaan.

Al Liwa’ dan Ar Rayah adalah simbol bendera yang selama ini dikait-kaitkan dengan khilafah. Dan kenyataannya dalam Reuni Mujahid 212 bendera itu berkibar di jantung ibukota Indonesia. Jutaan Al Liwa’ dan Ar Rayah berkibar. Para pemegangnyapun bangga mengibarkannya. Memang seharusnya begitu, karena Al Liwa dan Ar Rayah itu sejatinya milik umat Islam, peninggalan Nabi SAW. Rasulullah SAW bersabda, “Rayahnya (panji) Rasulullah berwarna hitam, sedangkan liwa’nya (bendera) berwarna putih” (HR. Thabrani)

Terkait dengan khilafah, Badan inteligen Amerika (CIA) New York Times memprediksi tahun 2020 akan dipimpin oleh khilafah Islamiyah (www.islamnews.id, 27/01/2017)

Allah SWT berfirman, “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik” (QS. An Nuur: 55)

Adapun nash hadist, Rasulullah SAW bersabda, “Akan berlangsung nubuwwah (kenabian) di tengah-tengah kalian selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki. Lalu Dia mengangkatnya (berakhir) bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya. Kemudian berlangsung khilafah menurut manhaj kenabian selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki. Lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya. Kemudian berlangsung para mulkan ‘aadhdhon (para penguasa yang menggigit) selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki. Lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya. Kemudian berlangsung kepemimpinan mulkan jabbriyan (para penguasa yang memaksakan kehendak) selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki. Lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya. Kemudian akan berlangsung kembali khilafah menurut manhaj kenabian. Kemudian beliau berhenti” (HR. Ahmad)

Sekarang, kembali kepada umat Islam. Ketika Allah SWT telah menyampaikan firmanNya, Nabi Muhammad SAW sudah memberitakan kabarnya, dan pihak non muslimpun sudah memprediksinya, masihkah menyebut khilafah bukan ajaran Islam? Tegaknya khilafah adalah utopis? Lantas, butuh apa lagi untuk menjadikan umat Islam meyakininya dan mendakwahkannya?

Wahai umat Islam, benar, yang Allah SWT perintahkan adalah mentaati perintah Allah SWT dan RasulNya. Tapi, ketaatan yang sempurna itu bisa diwujudkan dalam sistem khilafah, bukan sistem demokrasi.  Khilafah menegakkan syariat Allah SWT, halal haram sebagai landasan, sehingga membentuk individu yang shalih shalihah, karena iman dan takwa itu yang menjadi dasar amalnya. Non muslimpun tidak akan tersakiti, hewan pun tidak akan dianiaya, karena itu semua dilarang oleh agama. Suasana kedamaian, ketaatan bisa diwujudkan dalam khilafah. Karena berkah Allah SWT dianugerahkan bagi umatnya yang bertakwa.

Betul, perubahan mendasar seperti ini tidak mudah dijangkau logika. Dan memang, dalam urusan meyakini firman Allah SWT dan sabda Nabi SAW tidak bisa mengandalkan logika semata. Karena Allah SWT bermaksud menunjukkan kuasaNya. Isra’ Mi’raj secara nalar manusia, apa mungkin? Perang badar 1000 pasukan melawan 300, menang 300 bagaimana bisa?, Khilafah Islamiyah bisa menguasai hampir 2/3 dunia selama kurang lebih 1,5 abad kok bisa? Israel negeri kecil menakhlukkan kebijakan politik Amerika kok bisa? Reuni mujahid 212 tanpa kekerasan, tertib, aman, bersih, dan dihadiri jutaan, tanpa ormas/partai sebagai EO kok bisa? Banyak hal tidak terduga jika itu Allah SWT menghendakinya.

Jadi, aksi reuni mujahid 212 adalah tonggak awal kebangkitan kesadaran keberislaman umat Islam. Kebangkitan kesadaran politik umat Islam. Bukan semata umat Islam di Indonesia, tapi menjalar keseluruh umat Islam di dunia. Wallahua'lam bis-showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dipun Waos Piantun Kathah