Subhanallah. Sungguh luar biasa antusiasme umat Islam
menghadari Reuni Mujahid 212. Kurang lebih 7 juta manusia menghadari acara
tersebut (Siaran live TV One, 2/12/2018). Lintas agama, lintas negara, lintas
suku, lintas ekonomi, lintas organisasi, lintas usia, lintas budaya tumpah ruah
di acara ini. Mereka disatukan oleh kalimat tauhid, pembelaan atas kalimat
tauhid, perasaan satu Tuhan, satu Nabi, satu kitab suci, satu kiblat, satu
tujuan ridho Allah SWT.
Mengikuti pemberitaan di media sosial tergambar
dengan jelas pengorbanan dan keikhlasan para mujahid tauhid (sebutan penulis).
Ada yang bergerak dengan jalan kaki, ada yang naik sepeda, ada yang naik kapal,
ada yang naik pesawat dan semuanya dengan biaya pribadi. Bahkan ada bapak-bapak
dengan cacat kaki rela berjalan untuk menghadiri acara Reuni Mujahid ini. Bahkan
ada pasukan khusus –pasukan unggu- yang siap membersihkan sampah. Luar biasa!
Allahu Akbar. Masih adakah yang akan mengatakan aksi ini bayaran? Sungguh hanya
mereka yang tertutup hatinya yang mengatakan demikian.
Dalam aksi reuni ini peserta dilarang merokok,
dilarang menginjak rumput, dilarang buang sampah disembarang tempat (Siaran
Live TV One, 2/12/2018). Dan itu dipatuhi oleh peserta. Inilah gambaran orang-orang
beriman yang dengan mudah menerima kebenaran dan nasehat kebaikan. Inilah umat
Islam yang taat sabda Nabinya. “Sesungguhnya kesucian/kebersihan bagian dari
iman -Ath thohuuru sadrul iman-“
Walaupun penulis tidak ikut hadir, tapi getaran
semangat, getaran persatuan, getaran perjuangan, getaran akan kebenaran firman
Allah SWT dan sabda Nabi SAW menusuk sanubari. Bahwa umat ini akan kembali
pemimpin dunia, bahwa akan ada para pejuang pembawa panji-panji tauhid dari
wilayah timur, bahwa akan tegak kembali kekhilafahan Islam setelah sekian lama
waktu tiada.
Reuni Mujahid 212 menggetarkan seluruh dunia. Menjadi
sorotan berbagai media asing (www.republika.co.id).
Baik negeri-negeri muslim maupun non muslim. Kibaran Al liwa' dan Ar rayah
menyulut semangat umat Islam di Rohingya, di Palestina, di Suriah, di Yaman, di
Uighur dan di wilayah lainnya, bahwa masa kemenangan Islam itu sudah semakin
dekat. Kuasa Allah SWT, kibaran al Liwa’ dan ar Rayah begitu mudah berkibar di
jantung ibu kota Indonesia. Padahal di timur tengah, perhelatan seperti reuni
212 lengkap kibaran Al Liwa’ dan Ar Rayah dengan peserta jutaan begini belum pernah ada.
Bombastis, keren muslim Indonesia, Allahu akbar.
Bila mundur ke belakang, catatan akan menemukan bahwa
dahulu panji putih hitam bertulis kalimat tauhid selalu dibawa oleh Hizbut
Tahrir Indonesia dalam setiap aksinya. Namun, ajaib. Setelah ormas HTI ini
dicabut badan hukumnya, malah sekarang, berawal dari salah bakar panji tauhid,
menjadi jalan –jalan yang Allah SWT tetapkan- untuk menjadikan panji tauhid
viral. Viral di media massa pun juga di darat. Massa dengan berbagai latar
belakang berduyun-duyun membela kalimat tauhid ini. Dan aksi mujahid 212
menjadi saksi, menjadi bukti bahwa panji ini –al Liwa’ dan ar Rayah- dikibarkan
oleh seluruh umat Islam dari berbagai lapis masyarakat.
Perjuangan HTI dalam mengenalkan al liwa’ dan ar Rayah, mirip dengan usaha seorang kakek yang menanam benih pohon. Ketika
ditanya oleh cucunya,”Buat apa kakek menanam pohon ini? Bisa jadi kakek tidak
menemuinya ketika pohon itu berbuah”.
Sang kakek menjawab, “Biarlah anak cucu kakek yang
menuai buahnya”
Artinya apa?
Perjuangan HTI dari dahulu, sekarang terasa buahnya.
Disaat badan hukum itu sudah dicabut dari HTI. Inilah namanya balasan yang Allah SWT
berikan kepada HTI yang selama ini telah mendakwahkannya. Buah perjuangan dan
keikhlasan. Dakwah laa madiyah (non kekerasan) dakwah fikriyah (pemikiran) yang telah
dilakukan HTI sudah Allah SWT singkap kebenarannya. Semoga para syabab/h HTI walau tidak punya badan hukum, mampu
menjaga keikhlasannya, ketawadhuannya, kesyukurannya, dan keistiqamahannya dalam dakwahnya. Karena dakwah perintah Allah SWT bukan perintah organisasi. Aamiin. Wa ma taufiqi illa billah. Wallahua’lam bisshowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar