يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Tampilkan postingan dengan label HIKMAH. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label HIKMAH. Tampilkan semua postingan

Rabu, 23 Oktober 2024

Kurma Mengajarkan Kepada Manusia, Apa Saja?

Kurma, buah dari wilayah gurun pasir yang telah menyebar ke berbagai belahan bumi. Amat mudah bagi kita, yang hidup di Indonesia untuk mendapatkan buah ini. Tinggal jalan ke toko lokal, sudah bisa mendapatkannya. 

Kurma, buah yang disebutkan dalam Alquran maupun Alhadist. Dalam Alquran sebagaimana dalam ayat berikut ini.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

فَأَنشَأۡنَا لَكُم بِهِۦ جَنَّٰتٍ مِّن نَّخِيلٍ وَأَعۡنَٰبٍ لَّكُمۡ فِيهَا فَوَٰكِهُ كَثِيرَةٞ وَمِنۡهَا تَأۡكُلُونَ

"Lalu dengan (air) itu, Kami tumbuhkan untukmu kebun-kebun kurma dan anggur; di sana kamu memperoleh buah-buahan yang banyak dan sebagian dari (buah-buahan) itu kamu makan," (QS. Al-Mu'minun 23: Ayat 19)

Adapun dalam Alhadist, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Jika kalian sarapan, makanlah kurma karena ia mengandung berkah (kebaikan). Jika tidak punya kurma, minumlah air putih karena ia suci" (HR. Tirmidziy). 

Mengambil Hikmah dari Buah Kurma

Salah satu kebaikan bagi seorang muslim apabila ia bisa mengambil hikmah dari ayat kauniahNya. Yaitu mengambil pelajaran dari hasil mentafakkuri (memikirkan secara mendalam) ciptaan Allah subhaanahu wa ta'ala. 

Kurma, apabila kita amati, ia jenis buah yang awet tidak mudah busuk, meski tidak dikasih bahan pengawet. Artinya buah ini memiliki imunitas yang tinggi sehingga mampu melawan berbagai penyakit yang bisa mempercepat kebusukan. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sebaik-baik kurma adalah jenis al burni, ia bisa menghilangkan penyakit dan tak mengandung penyakit" (HR. al Baihaqi)

Kurma, dari segi rasa adalah manis. Rasa manis ini menunjukkan bahwa ia banyak mengandung gula. Merujuk dari Buku Sains dalam Alquran karangan Dr Nadiah Tahyyarah disebutkan bahwa kandungan gula pada kurma mencapai 70-75% terdiri dari sukrosa, fruktosa, dan glukosa. 

Kandungan gulanya yang banyak ini, akan dicerna dan menjadi energi bagi siapa yang memakannya. Untuk itulah ia akan tahan lapar alias awet merasa kenyang. Masih dari Buku Sains dalam Alquran dijelaskan bahwa kurma seberat 1 kg dapat memberi 3.000 kalori atau setara dengan kebutuhan kalori laki-laki dewasa dalam 1 hari.

Dalam sebuah riwayat diterangkan bahwa Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam sahurnya dengan beberapa butir kurma. Siang harinya melakukan berbagai aktivitas yang membutuhkan banyak energi. Faktanya, Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam mampu untuk mengerjakan semua aktivitas itu. Padahal hanya beberapa biji kurma, bagaimana jika 1 kg kurma?

Kurma, dari sisi bau, memang tidak wangi. Tidak juga berbau menyengat yang membuat mual. Ia tidak berbau. Sehingga yang mengkonsumsinya makin lahab. 

Dan pelajaran apa yang bisa kita ambil dari buah kurma? 

Pertama, sebagaimana kurma yang awet hingga di konsumsi, maka kita harus berusaha menjadi hamba Allah subhaanahu wa ta'ala yang awet atau istiqamah dalam beriman dan berislam hingga kembali kepada Allah subhaanahu wa ta'ala. Kita harus membuat imunitas diri untuk menangkal bujuk rayu setan (baik setan dari kalangan jin ataupun manusia), nafsu, ataupun kelemahan pikir yang bisa melemahkan iman dan ketaatan. 

Pesan untuk istiqamah dalam iman dan takwa ini sebagaimana firman Allah subhaanahu wa ta'ala berikut ini.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 102)

Kedua, sebagaimana kurma yang manis dikonsumsi dan menjadikan kenyang, kita harus berusaha menjadi hamba Allah subhaanahu wa ta'ala yang bisa merasakan manisnya iman. Semakin bisa merasakan manisnya dari beriman kepada Allah subhaanahu wa ta'ala, selayaknya pula, banyak amal ketaatan yang dilakukan. Dan manisnya iman ini pula yang menjadikan kita, action di dunia tapi orientasi yang dikejar adalah akhirat. Inilah yang menjadikan mereka, para mukminin yang benar-benar beriman, seolah bagi mereka iman mencukupi semuanya. 

Ketiga, apabila buah kurma tidak harum baunya, maka seorang mukmin akan harum namanya di bumi juga di langit dengan amal shalih yang ia lakukan. Bukankah bila Allah subhaanahu wa ta'ala mencintai seorang hamba, Ia (Allah subhaanahu wa ta'ala) akan menyuruh penduduk langit untuk mencintainya? Dan mengabarkan kepada penduduk bumi, untuk mencintainya juga? 

Itulah diantara pelajaran yang bisa kita petik dari buah kurma. Buah yang ada di bumi juga nanti di surga. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Siapa yang mengucapkan subhaanallaahi wa bihamdihi ditanamkan baginya sebatang pohon kurma di surga" (HR. At Tirmidziy)

Semoga kita termasuk orang-orang yang diridai Allah subhaanahu wa ta'ala sehingga bisa menikmati jamuan di surga nanti. Aamiin aamiin yaa rabbal'aalamiin.

Senin, 07 Oktober 2024

Diharumkan Namanya Oleh Allah Subhaanahu Wa Ta’ala

Dikisahkan bahwa ada seorang bernama Basyar al Hafi, nama asli orang ini adalah Basyar bin Harits. Dia adalah orang saleh yang selalu menunaikan kewajiban yang diperintahkan Allah subhanahu wa ta’ala dan mengerjakan sesuai dengan perintah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

Pada suatu hari Basyar bin Harist ini berjalan melewati suatu jalan. Kemudian ia menemukan secarik kertas di jalan itu. Diapun mengambil kertas tersebut. Di dalam kertas tersebut terdapat tulisan 

بسم الله الرحمن الرحيم “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. 

Melihat tulisan tersebut, Basyar segera membersihkan kertas itu dengan tangannya dan memasukkannya ke kantong bajunya. 

Adapun kita, apabila menemukan kertas tersebut apa yang akan kita lakukan?

Kemudian, apa yang dilakukan Basyar bin Harist selanjutnya?

Dia pergi ke toko rempah-rempah untuk membeli minyak wangi. Kemudian ia mengoleskan minyak wangi itu pada kertas yang bertuliskan bacaan basmallah tersebut. 

MasyaAllah, betapa mengangumkan apa yang dilakukan Basyar bin Harist. Ngomong-ngomong, pernahkah kita menyemprotkan minyak wangi pada kertas yang disitu terdapat lafadz Allah subhaanahu wa ta’ala?

Dan apa yang dialami Basyar bin Harist di malam harinya?

Basyar bin Harist menceritakan mimpinya di malam itu. Ia berkata, “Saya bermimpi seakan-akan ada yang berkata padaku, “Hai Basyar bin Harist, engkau telah mengangkat nama Kami dari jalanan sebagai penghormatan agar tidak diinjak manusia. Bahkan engkau juga memberinya minyak wangi. Oleh karena itu, sebagai balasannya, akan Aku harumkan namamu di dunia dan di akhirat”.

Subhaanallah, betapa beruntungnya Basyar bin Harist mendapatkan firasat mimpi yang mulia ini.

Apa yang terjadi pada Basyar setelah mimpi tersebut?

Semenjak peristiwa itu, Basyar bin Harist menjadi pribadi yang shalih. Hingga Muhammad ibnu Shalt berkata, “Nama Basyar al Hafi dikenal orang seperti nama nabi”. (Kisah dikutip dari buku 40 Kisah Pengantar Tidur, Najwa Husein Abdul Aziz)

Hikmah

MasyaAllah, dari hal yang dikira manusia kecil, ternyata balasan yang Allah subhaanahu wa ta’ala berikan berlipat-lipat. Dimuliakan dan diharumkan namanya di dunia hingga di akhirat. 

Maukah kita diharumkan namanya di dunia dan di akhirat? 

Pasti, mau kan. Berarti kita mencoba meniru apa yang dilakukan Basyar bin Harist. Pertama, kita jangan menaruh tulisan yang mengandung lafadz Allah subhanahu wa ta’ala di tempat yang kotor. Taruh di tempat yang bersih dan lebih tinggi. Jangan juga di taruh di lantai. Kedua, apabila kita menemukan kertas atau buku atau al Quran terjatuh di tanah atau lantai maka segera di ambil dan di pindahkan ke tempat yang tinggi, seperti meja, lemari atau lainnya. Nah, apabila kita mau meniru persis sama dengan yang dilakukan Basyar bin Harist berarti berikan pengharum pada kertas atau buku yang terdapat lafadz Allah subhanahu wa ta’ala tadi. 

Dan sekiranya kertas atau buku yang terdapat lafadz Allah subhaanahu wa ta'ala yang kita temukan tadi, tidak untuk di simpan, maka jangan di buang di tempat kotor seperti tong sampah atau tempat pembuangan lainnya. Tapi, sebaiknya kertas atau buku itu di hilangkan dengan cara di bakar. Dengan demikian, kertas atau buku tersebut tidak diinjak-injak manusia, juga tidak berada bersama sampah atau kotoran, dan tidak juga jadi bungkus makanan.

Inilah, diantara hal yang bisa kita lakukan untuk memuliakan nama Allah subhanahu wa ta’ala yang terdapat pada kertas atau buku.

Semoga dengan memuliakan asma Allah subhanahu wa ta’ala, kita bisa mendapatakan kemuliaan sebagaimana Basyar al Hafi. Aamiin. 

Wallaahua'lam bis shawaab.

Rabu, 04 September 2024

Niat

Umar bin Khattab radiyallahu 'anhu berkata, "Amal yang paling utama adalah melaksanakan kewajiban dari Allah subhaanahu wa ta'ala, bersikap wara' terhadap yang diharamkanNya, dan meluruskan niat untuk mendapatkan pahala di sisi Allah subhaanahu wa ta'ala".

Sebagian salaf berkata, "Betapa banyak amalan kecil menjadi besar karena niat. Betapa banyak pula amalan besar menjadi kecil karena niat".

Yahya bin Abu Katsir berkata, "Pelajarilah niat! Sesungguhnya niat itu lebih dapat menyampaikan kepada tujuan daripada amal".

Ibnu Umar radiyallahu 'anhu mendengar seseorang berucap di awal ihramnya, "Ya Allah sesungguhnya aku akan menunaikan haji dan umrah". Ibnu Umar bertanya, "Apakah kamu sedang mengajari orang-orang? Bukankah Allah mengetahui apa yang ada pada dirimu?".

Yang demikian itu karena niat adalah kehendak hati. Tidak diwajibkan melafalkannya dalam ibadah.

Sumber: 

Tazkiyatun Nafs, Ibnu Qayyim al Jauziyyah, Ibnu Rajab al Hambali, Imam al Ghazali.

Selasa, 06 Agustus 2024

Allah Subhaanahu wa ta'ala Menyindir HambaNya

Allah subhaanahu wa ta'ala menyindir hambaNya. Dengan sindiran yang diawali huruf taukid إنما (Sungguh, benar-benar).  Merasakah kita dengan sindiranNya dalam ayat berikut ini?

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

إِنَّمَا ٱلتَّوۡبَةُ عَلَى ٱللَّهِ لِلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلسُّوٓءَ بِجَهَٰلَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِن قَرِيبٍ فَأُوْلَٰٓئِكَ يَتُوبُ ٱللَّهُ عَلَيۡهِمۡ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

"Sesungguhnya bertobat kepada Allah itu hanya (pantas) bagi mereka yang melakukan kejahatan karena tidak mengerti, kemudian segera bertobat. Tobat mereka itulah yang diterima Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 17)

Apabila dibahasakan dengan kalimat lain yang masih semakna kandungannya, Allah subhaanahu wa ta'ala itu menyindir: "Jika kamu memang benar-benar bodoh atau jahil atau tidak tahu ilmu, maka kalau melakukan kejahatan atau kekeliruan, segeralah bertaubat. Jangan terus melakukan kejahatan atau kemaksiatan. Maka taubat orang inilah yang akan diterima, biidznillah".

Ayat itu juga menyindir hamba-hambaNya, "Apa kamu orang tidak tahu ilmu sehingga berbuat kejahatan atau maksiat?. Sungguh tidak pantas bagi orang yang tahu ilmu melakukan kejahatan atau kemaksiatan!".

Ayat itu berarti juga sindiran bermuatan motivasi kepada hamba-hambaNya, "Untuk belajarlah, menuntut ilmulah, agar kamu tidak melakukan kejahatan atau kemaksiatan". 

Ayat itu berarti sindiran kepada hamba-hambaNya, "Untuk memiliki rasa malu, apabila sudah tahu ilmunya, sudah mengerti hukumnya, kemudian masih dengan sengaja melakukan kejahatan atau kemaksiatan".

Dan di akhir ayat itu, Allah subhaanahu wa ta'ala menyebutkan asmaNya عَلِيمًا حَكِيمًا.

Allah Maha Mengetahui Maha Bijaksana. 

Allah subhaanahu wa ta'ala Maha Mengetahui, kejahatan atau kemaksiatan yang dilakukan hambaNya itu karena ia memang bodoh atau tidak tahu ilmu atau tidak mengerti, atau tahu ilmu tapi melanggarnya, itu Allah subhaanahu wa ta'ala mengetahuiNya. Dan dengan pengetahuan Allah subhaanahu wa ta'ala itulah, Ia (Allah subhaanahu wa ta'ala) akan memutuskan menerima taubat hambaNya ataukah tidak. 

Allah subhanahu wa ta'ala Maha Bijaksana, dengan kebijaksanaanNya, ia tidak akan zalim dalam memutuskan menerima taubat hambaNya ataukah tidak. Dengan kebijaksanaanNya, seorang hamba memiliki peluang untuk diampuni dosa-dosanya dan diterima taubatnya. Kecuali dua golongan yang disebutkan di ayat berikut ini:

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَلَيۡسَتِ ٱلتَّوۡبَةُ لِلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلسَّيِّئَاتِ حَتَّىٰٓ إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ ٱلۡمَوۡتُ قَالَ إِنِّي تُبۡتُ ٱلۡئَٰنَ وَلَا ٱلَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمۡ كُفَّارٌ ۚ أُوْلَٰٓئِكَ أَعۡتَدۡنَا لَهُمۡ عَذَابًا أَلِيمًا

"Dan tobat itu tidaklah (diterima Allah) dari mereka yang melakukan kejahatan hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) dia mengatakan, "Saya benar-benar bertobat sekarang." Dan tidak (pula diterima tobat) dari orang-orang yang meninggal, sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan azab yang pedih." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 18)

Selama belum diujung sakaratul maut, taubat seorang muslim, diterima Allah subhaanahu wa ta'ala, biidznillah. Adapun orang-orang kafir dan meninggal dalam kekafiran, maka tiada ampun bagi mereka. 

Khatimah

Apabila kita bertaubat, semoga kita bertaubat dari kemaksiatan atau kejahatan yang kita tidak mengetahui ilmunya. Dan taubat itu diterima Allah subhaanahu wa ta'ala. Aamiin. 

Dan jika kita bertaubat dari kemaksiatan atau kejahatan yang kita mengetahui ilmunya kemudian kita langgar, semoga Allah subhaanahu wa ta'ala tetap menerima taubat tersebut. Aamiin.

Wallahua'lam bis shawaab.

Minggu, 16 Juni 2024

Maka Sholatlah Untuk Tuhanmu dan Berkurbanlah

Hari Raya Idul Adha mengingatkan kita dengan Quran Surah Al Kautsar. Ayat ke-2 surah tersebut berisi seruan untuk berkurban. Allah subhaanahu wa ta'ala berfirman:

إِنَّآ أَعۡطَيۡنَٰكَ ٱلۡكَوۡثَرَ

"Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak."

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ

"Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah."

إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ ٱلۡأَبۡتَرُ

"Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus." (QS. Al-Kausar 108: Ayat 1-3)

Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan, Muslim meriwayatkan dari Anas bin Malik, dia berkata, "Ketika Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam di belakang kami, tiba-tiba beliau tertidur sejenak. Setelah itu beliau terbangun seraya menyunggingkan senyuman. Kami bertanya kepada Beliau, "Wahai Rasulullah apa yang membuat engkau tersenyum?"". 

Beliau menjawab, "Telah turun satu surah untuk ku." Kemudian beliau membaca surah al Kautsar hingga akhir surah. Setelah itu beliau bersabda, "Apakah kalian tahu telaga Kautsar itu?"  

Kami menjawab, "Allah dan RasulNya lebih mengetahui." 

Beliau bersabda, "Al Kautsar adalah sebuah telaga yang terdapat di surga. Telaga itu dijanjikan Tuhan akan diberikan kepadaku. Padanya terdapat banyak sekali kebaikan. Yaitu sebuah kolam yang menjadi tempat kembali umatku pada hari kiamat kelak. Perkakasnya sejumlah bintang-bintang yang berterbaran di langit, sehingga seorang hamba akan bergetar melihatnya. Lalu aku (Rasulullah) berkata, "Tuhanku, itu adalah dari umatku". Allah berfirman, "Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang akan terjadi setelah sepeninggalmu" (HR Muslim, Abu Dawud, Nasa'i).

Adapun firman Allah subhaanahu wa ta'ala فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ (Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah), maksudnya sebagaimana Allah subhaanahu wa ta'ala telah memberikan kebaikan yang banyak (dunia akhirat) dan juga telaga Kautsar, maka murnikanlah shalatmu demi Tuhanmu, baik sholat fardhu maupun sholat sunnah. Sembahlah Tuhanmu semata jangan menyekutukanNya dengan sesuatupun. 

Ikhlaskan juga kurbanmu, sembelihlah atas nama Tuhanmu. 

Adapun menurut Ibnu Jarir makna ayat tersebut, jadikanlah sholatmu seutuhnya untuk Allah subhaanahu wa ta'ala semata, bukan untuk tuhan-tuhan yang lain. Demikian pula hewan kurbanmu, jadikanlah untuk Allah subhaanahu wa ta'ala semata dan bukan untuk berhala-berhala. Jadikanlah itu semua sebagai tanda syukurmu atas kemuliaan dan kebaikan yang telah dikaruniakan kepadamu, tidak ada sesuatu yang sebanding dengan apa yang telah diberikannya.

Adapun ayat إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ ٱلۡأَبۡتَرُ (Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus) maksudnya, mereka yang membenci engkau (Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam) dengan hidayah dan kebenaran yang engkau sampaikan, bukti nyata dan cahaya yang engkau sandang, huwal abtar dialah yang hina, rendah dan tidak akan disebut-sebut lagi. 

As Sadyl mengatakan bahwa menurut pandangan budaya Arab, orang yang ditinggal mati oleh anak laki-lakinya disebut dengan al abtar (keturunannya terputus). Oleh karena itu Allah subhaanahu wa ta'ala menurunkan ayat tersebut. 

Arti al abtar sendiri adalah terputus penyebutannya dengan meninggalnya anak laki-laki mereka, maka nama ayah yang biasa disertakan pada anak laki-laki tidak akan disebut-sebut lagi. 

Akan tetapi hal ini tidak berlaku bagi Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam. Nama beliau terus disebut meski anak laki-laki nya telah meninggal dunia. Nama beliau terus disebut sepanjang masa, sampai hari makhsar dan sampai hari dikembalikannya manusia.

Allahumma shalli wa sallim wa barik 'ala nabinnyina muhammad wa 'ala alihi. 

Itulah tafsir surah al Kautsar dalam tafsir Ibnu Katsir yang penulis ringkas pemaparannya. 

Hikmah

Dari paparan di atas, meskipun ketiga ayat itu diserukan kepada nabi muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam, akan tetapi kandungannya berlaku bagi semua umat beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam. 

Pertama, Allah ta'ala memberikan nikmat (riski) bagi semua makhlukNya (Qs. Hud ayat 6). Maka bagi hambaNya yang beriman kepadaNya dan memahami hakikat riski dariNya, maka sudah seharusnya ia menunjukkan rasa syukurnya. Salah satunya sesuai dengan ayat ke-2 surah al Kautsar. Yaitu, mendirikan shalat untuk tuhannya -Allah subhaanahu wa ta'ala-, dan berkurban untuk tuhannya -Allah subhaanahu wa ta'ala.

Mendirikan shalat dan berkurban sebagai wujud syukur memiliki derajat lebih tinggi dari mendirikan sholat dan berkurban sekedar melaksanakan kewajiban sholat fardhu dan kesunnahan berkurban. 

Ketika Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam mendirikan qiyamul lail hingga kaki beliau bengkak dan di tegur oleh Aisyah, beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam menjelaskan itu sebagai wujud syukurnya kepada Allah subhaanahu wa ta'ala. 

Pelaksanaan ibadah sebagai wujud syukur kepada RabbNya, lahir dari faktor dalam diri yang ikhlas, di bawah kesadaran penuh atas posisi dia sebagai mahkluk/hamba Allah ta'ala dan bentuk terima kasihnya kepada Allah ta'ala. 

Adapun pelaksanaan ibadah karena pelaksanaan kewajiban muncul karena adanya faktor luar yaitu perintah Allah subhaanahu wa ta'ala. Bahkan kadang dalam pelaksanaannya masih terselip rasa keterpaksaan. Mengerjakannya untuk menggugurkan kewajiban dan terkadang dilakukan sekedarnya saja asal telah terlaksana. 

Kedua, mendirikan sholat dan berkurban untuk Allah subhaanahu wa ta'ala itulah diantara bentuk ibadah yang dipinta Allah subhaanahu wa ta'ala dari hambaNya yang telah diberi banyak kenikmatan. Sholat dalam ayat tersebut tidak dikhususkan yang fardhu. Artinya selain yang fardhu juga diseru untuk menambah dengan sholat sunnah. 

Berikutnya, yang Allah subhaanahu wa ta'ala pinta dari hambaNya yang telah banyak diberi nikmat adalah berkurban. Jika sholat tanpa biaya, adapun berkurban mengharuskan mengambil sebagian riski untuk dibelikan hewan kurban. Berkurban menguji keimanan seorang mukmin, menguji kesyukurannya kepada Allah subhaanahu wa ta'ala, dan menguji sifat berderma dalam dirinya.

Ketiga, adapun kebencian orang-orang fasik juga menimpa orang beriman selain menimpa Nabi dan Rasul. Maka tidak akan terputus kebaikan yang dilakukan seseorang, meski orang fasik mencelanya dan ia telah wafat. Amal kebaikan yang ia kerjakan akan menjadi pahala yang menyertainya saat di alam barsah, yaumul hisab dan berbuah surga di akhirat.

Adapun keburukan, kemaksiatan, kebatilan, juga tidak akan terputus. Ia akan menjadi dosa yang menemani pelakunya di alam barsah hingga hari penghisapaan dan bisa berbuah neraka di akhirat. 

Adapun perbuatan kemaksiatan di bumi ini, Allah sendiri yang akan memutusnya. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

... إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُصۡلِحُ عَمَلَ ٱلۡمُفۡسِدِينَ

"... Sungguh, Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang yang berbuat kerusakan." (QS. Yunus 10: Ayat 81)

Adapun pemutusan kebatilan ter-akbar adalah dengan diturunkannya kiamat kubro. Di-akhirinya kehidupan dan masuklah periode penghisaban dan penentuan kehidupan yang kekal, surga ataukah neraka. 

Jadi, mereka yang membenci orang-orang beriman yang melakukan ketaatan, mereka telah terputus dari rahmat Allah subhaanahu wa ta'ala, sehingga mereka memiliki perilaku benci kepada pelaku kebaikan. Dan semoga kita tidak termasuk golongan tersebut. Aamiin.

Khatimah

Semoga Hari Raya Idul Adha ini, meningkatkan iman kita, rasa syukur kita, ketaatan kita, dan terjalin ukhuwah dengan sesama muslim lainnya. Aamiin. Dan dengan ibadah kurban, semoga Allah subhaanahu wa ta'ala bersihkan diri kita dari kelemahan iman, keburukan akhlaq dan perpecahan diantara umat Islam. Aamiin.

Wallahua'lam bis shawaab.

Rabu, 10 Mei 2023

Inikah Balasan Manusia Atas Nikmat Semesta?


Allah subhaanahu wa ta'ala berfirman:

وَاِ ذْ قَا لَ رَبُّكَ لِلْمَلٰٓئِكَةِ اِنِّيْ جَا عِلٌ فِى الْاَ رْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَا لُوْۤا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَآءَ ۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَـكَ ۗ قَا لَ اِنِّيْۤ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi." Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?" Dia berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.""
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 30)

Ayat di atas adalah dialog antara Allah subhaanahu wa ta'ala dengan malaikatNya. Allah subhaanahu wa ta'ala tidak meminta persetujuan malaikat, akan tetapi dialog itu adalah memberikan informasi kepada malaikat akan diciptakannya manusia sebagai khalifah di bumi.

Informasi tersebut dijawab oleh malaikat dengan kalimat tanya yang menyebutkan 2 sifat buruk manusia yaitu akan merusak dan menumpahkan darah di bumi. 

Bumi dari kata ardhun artinya tempat yang dipijak. Dan manusia modern saat ini sudah mampu menginjak daratan, lautan dan langit. Dan kata malaikat itu ternyata benar. Tempat yang dijamah manusia disebagiannya telah mengalami kerusakan.

Daratan (tanah) sudah banyak yang rusak oleh polusi material kimia, limbah padat dan juga limbah mengalir. Sampah-sampah padat yang tidak terurai telah mencemari tanah.

Lautanpun mengalami kerusakan. Limbah industri yang dialirkan ke laut, polusi permukaan air laut oleh minyak mentah, dan polusi lainnya telah merusak kejernihan lautan dan ekosistem laut. Inikah balasan manusia atas nikmat semesta?

Langitpun Ikut Rusak

Langit yang Allah subhaanahu wa ta'ala sebut sebagai atap (QS. Al Anbiya': 32) saat ini tidak aman-aman saja.

Tujuh lapis langit (QS. Al Mukminun: 17) di atas bumi, yang diciptakan Allah subhaanahu wa ta'ala untuk melindungi bumi dan isinya khususnya manusia, dari bahaya sinar ultraviolet, meteor dan benda-benda langit lainnya telah retak kekuatannya. 

Lapisan ozon dilapis kedua dari langit ini telah berlubang. Dikutip dari buku Sains dan Al Qur'an, diketahui di tahun 1985, lubang lapisan ozon di kutub selatan. Tiga puluh negara industri di tahun 1987 pun berkumpul untuk mengantisipasi kerusakan yang semakin parah. Akhirnya disepakati untuk menghentikan penggunaan klorida dan flourin dalam produksi alat-alat pendingin.

Dan sekarang, industri-industri yang ada, konsisitenkah dengan kesepakatan tersebut?

Kerusakan berikutnya adalah lapisan langit tidak berdaya untuk memindahkan panas yang dipantulkan dari aktivitas industri, efek rumah kaca dll untuk tembus ke angkasa. 

Akhirnya,  korbondiaoksida berakumulasi dilapisan atmosfer yang mengekang panas bumi  sehingga memunculkan fenomena seperti heatwave (gelombang panas) yang dialami banyak negara saat ini. Udara terjebak di lapisan atmosfer bumi dan memantul lagi ke bumi. Sehingga memunculkan panas luar biasa diwilayah yang terkena.

Gelombang panas membahayakan bagi manusia, hewan, tumbuhan, tanah, dan juga air. 

Heatwave di India telah menelan puluhan korban jiwa, memangkas hasil panen, membakar tempat pembuangan sampah, menimbulkan asap beracun di lingkungan sekitarnya (https://www.cnbcindonesia.com/news/20230507094527-4-435111/tragis-gelombang-panas-india-makan-korban-segini/amp).

Perubahan Iklim Dulu dan Sekarang.

Fenomena kekeringan, bukan hanya terjadi setelah revolusi industri.

Dimasa Nabi Yusuf pernah terjadi masa kemarau panjang.  Dikisahkan dalam Al Qur'an, Raja Mesir bermimpi melihat 7 ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh 7 ekor sapi betina yang kurus, 7 tangkai (gandum) yang hijau dan 7 tangkai lainnya yang kering. 

Dan yang mengetahui takwil mimpi ini adalah Nabi Yusuf AS. Tafsir mimpi itu diterangkan dalam ayat berikut.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

قَا لَ تَزْرَعُوْنَ سَبْعَ سِنِيْنَ دَاَ بًا ۚ فَمَا حَصَدْتُّمْ فَذَرُوْهُ فِيْ سُنْۢبُلِهٖۤ اِلَّا قَلِيْلًا مِّمَّا تَأْكُلُوْنَ

"Dia (Yusuf) berkata, "Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa; kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan." (QS. Yusuf 12: Ayat 47)

ثُمَّ يَأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ سَبْعٌ شِدَا دٌ يَّأْكُلْنَ مَا قَدَّمْتُمْ لَهُنَّ اِلَّا قَلِيْلًا مِّمَّا تُحْصِنُوْنَ

"Kemudian setelah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan."
(QS. Yusuf 12: Ayat 48)

ثُمَّ يَأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ عَا مٌ فِيْهِ يُغَا ثُ النَّا سُ وَفِيْهِ يَعْصِرُوْنَ

"Setelah itu akan datang tahun, di mana manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu mereka memeras (anggur)."
(QS. Yusuf 12: Ayat 49)

Kemarau panjang juga pernah terjadi di Madinah dimasa Khalifah Umar bin Khattab. Kemarau waktu itu juga menelan korban.

Fenomena kekeringan saat itu, pemicu utamanya bukan ulah tangan manusia. Artinya, bisa disebut murni ujian dari Allah subhaanahu wa ta'ala. Adapun saat ini, seperti perubahan iklim yang tidak menentu, fenomena heatwave lebih banyak disebabkan oleh ulah manusia. 

Sekitar 1400 tahun lalu Allah subhaanahu wa ta'ala menginformasikan akan terjadi kerusakan di darat dan lautan karena perbuatan manusia, ayat itu terbukti saat ini. 

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَا دُ فِى الْبَرِّ وَا لْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّا سِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 41)

Dalam ayat tersebut dikatakan sebagian dari akibat perbuatan manusia. Jadi heatwave, banjir, kemarau panjang, cuaca yang sulit diprediksi itu masih sebagian dari balasan dari kerusakan yang telah dibuat manusia. 

Semoga dengan ini, manusia sadar dan tidak terjebak pada kebebasan yang diberikan sistem kapitalisme dengan terus beraktivitas industri tanpa memperhatikan keamanan bagi kehidupan di bumi. Dan setiap individupun sadar bahwa memiliki tanggung jawab yang sama untuk menjadi khalifah -penjaga, pemelihara- bumi. 

Khatimah

Biarpun manusia rakus dan merusak, tapi kasih sayang Allah subhaanahu wa ta'ala kepada makhlukNya tidak pudar. 

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

اَلَمْ تَرَوْا اَنَّ اللّٰهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَّا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَ رْضِ وَاَ سْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهٗ ظَاهِرَةً وَّبَا طِنَةً ۗ وَمِنَ النَّا سِ مَنْ يُّجَا دِلُ فِى اللّٰهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَّلَا هُدًى وَّلَا كِتٰبٍ مُّنِيْرٍ
"Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Allah telah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untuk (kepentingan)mu dan menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir dan batin. Tetapi di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan." (QS. Luqman 31: Ayat 20)






Senin, 12 Desember 2022

Hujan Buatan Manusia, Adakah?

Hujan adalah sunnatullah yang telah Allah SWT terangkan dalam al Quran. Allah SWT berfirman;

اَفَرَءَيْتُمُ الْمَاۤءَ الَّذِيْ تَشْرَبُوْنَۗ ءَاَنْتُمْ اَنْزَلْتُمُوْهُ مِنَ الْمُزْنِ اَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُوْنَ لَوْ نَشَاۤءُ جَعَلْنٰهُ اُجَاجًا فَلَوْلَا تَشْكُرُوْنَ

 “ Apakah kamu memperhatikan air yang kamu minum? Apakah kamu yang menurunkannya dari awan atau Kami yang menurunkan? Seandainya Kami berkehendak, Kami menjadikannya asin. Mengapa kamu tidak bersyukur?” (Qs. Al Waqi’ah: 68-70).

Ayat di atas menerangkan bahwa air hujan mutlak Allah SWT semata yang menurunkannya. Air hujan menetes dari awan. Awan ini hanya Allah SWT yang bisa menciptakannya. 

Air hujan yang sampai ke bumi ini melalui suatu proses yang telah Allah SWT tetapkan. Awalnya, air laut mengalami penguapan, sebagai akibat dari panasnya sinar matahari. Sifat asin pada air laut, Allah SWT hilangkan melalui siklus yang Allah SWT tetapkan. Kemudian uap air tadi Allah SWT ubah menjadi air hujan yang terasa tawar.

Allah SWT tetapkan saringan air yang tak dapat diindera manusia, sehingga air yang menetes dari awan tidak berupa air bah yang turun dari langit, atau berupa gumpalan batu es besar yang jatuh ke bumi. Bisa kita bayangkan jika air hujan itu turun seperti air bah atau batu es besar akan rusak rumah-rumah. Akan tetapi karena hujan itu adalah rahmat bagi manusia dan alam, maka Allah SWT tetapkan ukuran air hujan yang tepat ditiap tempat di bumi ini. Allah SWT berfirman, 

اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يُزْجِيْ سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهٗ ثُمَّ يَجْعَلُهٗ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلٰلِهٖۚ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاۤءِ مِنْ جِبَالٍ فِيْهَا مِنْۢ بَرَدٍ فَيُصِيْبُ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَصْرِفُهٗ عَنْ مَّنْ يَّشَاۤءُۗ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهٖ يَذْهَبُ بِالْاَبْصَارِ ۗ

Tidakkah engkau melihat bahwa sesungguhnya Allah mengarahkan awan secara perlahan, kemudian mengumpulkannya, lalu menjadikannya bertumpuk-tumpuk. Maka, engkau melihat hujan keluar dari celah-celahnya. Dia (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung. Maka, Dia menimpakannya (butiran-butiran es itu) kepada siapa yang Dia kehendaki dan memalingkannya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan” (Qs. an Nuur: 43).

Hujan Bukan Buatan Manusia

Apa yang dilakukan manusia dengan teknologinya sebenarnya bukanlah membuat hujan buatan. Jika manusia bisa membuat hujan buatan seharusnya manusia bisa membuat proses pembuatan hujan dari awal sampai akhir. 

Tapi faktanya, manusia tidak bisa membuat awan. Awan yang mengandung air. Awan harus mencapai kondisi kematangan tertentu sehingga ia bisa menjatuhkan air hujan. Dan teknologi buatan manusia juga tidak mampu melepaskan uap air ke udara dan menyampaikannya ke awan.

Yang mampu dilakukan oleh manusia adalah memanfaatkan pesawat untuk menyemprotkan debu untuk mempercepat awan menjatuhkan air hujan. Atau menyemprotkan air pada lapisan bawah awan atau lapisan atasnya. Jika Allah SWT menghendaki maka upaya manusia untuk mempercepat turunnya air hujan ini akan Allah SWT kabulkan, jika tidak, maka hujanpun tidak turun. Dan jika air hujan turunpun tetap Allah SWT yang menetapkan ukuran butiran-butiran air yang turun ke bumi, bukan teknologi manusia yang menentukan ukuran butiran-butiran air tersebut.

Kesimpulannya, manusia tidak bisa membuat hujan buatan. Yang mampu dilakukan manusia adalah ikhtiar (usaha) mempercepat turunnya air hujan. 

Hikmah

Ada banyak tanda akan keberadaan Al Khaliq yang menciptakan dan mengatur alam semesta ini. Manusia hanya diminta menikmati dan memelihara alam ini. 

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

اَلَمْ تَرَوْا اَنَّ اللّٰهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَّا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَ رْضِ وَاَ سْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهٗ ظَاهِرَةً وَّبَا طِنَةً ۗ وَمِنَ النَّا سِ مَنْ يُّجَا دِلُ فِى اللّٰهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَّلَا هُدًى وَّلَا كِتٰبٍ مُّنِيْرٍ

"Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Allah telah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untuk (kepentingan)mu dan menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir dan batin. Tetapi di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan." (QS. Luqman 31: Ayat 20)

Hujan yang kadang menjadi rahmat, kadang  menjadi bencana, kadang juga sangat diharapkan turunnya, tidakkah cukup untuk manusia berfikir bahwa Allah SWT semata yang bisa menciptakan hujan dan mengaturnya? 

Semoga iman kita dengan ini meningkat dan makin taat pada Allah SWT dan RasulNya. Aamiin.

Wallahua’lam bis showwab.


Daftar Rujukan:

Thayyarah, Nadiah, Buku Pintar Sains Dalam al Quran Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah, Jakarta: Zaman, 2014.


Sabtu, 12 Februari 2022

Tersulit, Perjuangannya Seumur Hidup

Apa hal tersulit menurut anda? Coba kita renungkan dan pikirkan.

Merenung dan berfikir -tafakkur- adalah aktivitas yang diperintahkan. Tafakkur dari kata fakara. Tafakkur adalah aktivitas berfikir. Kata tafakkur disebut banyak kali dalam Al Qur'an. Diantaranya dalam QS. Al Hasyr: 21,  

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

لَوْ اَنْزَلْنَا هٰذَا الْقُرْاٰ نَ عَلٰى جَبَلٍ لَّرَاَ يْتَهٗ خَا شِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللّٰهِ ۗ وَتِلْكَ الْاَ مْثَا لُ نَضْرِبُهَا لِلنَّا سِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ

"Sekiranya Kami turunkan Al Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah-belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan - perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir."(QS. Al-Hasyr 59: Ayat 21)

Segala ciptaan Allah SWT bisa menjadi objek untuk dipikirkan. Dari diri kita, alam semesta, tumbuhan dan hewan. Keajaiban demi keajaiban akan kita dapati. Dengan mentafakkuri ayat-ayat kauniyah ini, kita menemukan kekuasaan, keagungan Allah SWT, sehingga keimanan kita bertambah. 

Hal Tersulit

Sulit dan mudah itu subjektif. Tergantung dimata siapa dan bagi siapa.  

Bagi pelajar, menyelesaikan soal-soal MIPA adalah hal sulit. Bagi mahasiswa, hal tersulit adalah menyelesaikan skripsi, tesis, disertasi. Bagi yang sudah lulus kuliah, hal tersulit adalah memperoleh pekerjaan. 

Bagi yang sudah berkeluarga makin banyak hal yang sulit. Dari pekerjaan, mencukupi kebutuhan pokok, mengurus anak, dan lainnya.

Kalau hal-hal tersebut disebut sulit, hanyalah sulit diwaktu itu. Perjuangannya tidak seumur hidup.

Kalau menggapai langit hingga ke lapis ke 7? Menembus bumi? Hidup di planet selain di bumi? Menyaksikan matahari dari jarak sekian cm dari matahari? Itu semua bukan hal yang tersulit. Karena semua itu di luar kuasa manusia. 

Bila dicermati objek yang kita sebut sulit  atau tersulit itu masih seputar urusan dunia. Padahal ada hal yang setiap hari kita lakukan di dunia tapi berdimensi ibadah mahdhoh. Apa itu? 

Sholat. Sholat dengan khusyuk dan tuma'ninah adalah hal tersulit. Perjuangannya adalah seumur hidup. 

Coba kita renungkan, sudahkah selama ini sholat kita khusyuk dari takbiratul ihram hingga salam? Sudahkah sholat kita di nomor satukan dari aktivitas lainnya saat adzan berkumandang?

Berkali-kali kita sholat, tapi berkali-kali pula kita ingat urusan lain saat sholat. Berapa ruku' dan sujud yang sudah kita lakukan, tapi berapa yang khusyuk? 

Kadang, sholat secepat detik berjalan. Dengan pikiran dikejar tugas dan pekerjaan. 

Bacaan sholat lancar dilafadzkan, tapi berapa yang kita cerna arti dan maknanya? Selesai sholat tiada bekas kesejukan di hati karena tiadanya khusyuk. Tiada efek dalam menjalani kehidupan. Sehingga muncul sebutan STMJ (Sholat Terus Maksiat Jalan). Padahal sholat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar (QS. Al Ankabut: 45).

Tepat di moment bulan Rajab ini, saat tepat untuk mentafakkuri sholat kita. Sudahkah khusyuk dan tuma'ninah? 

Perintah sholat yang Nabi Muhammad SAW terima pada tanggal 27 Rajab, di shidratul muntaha ini, sudahkan kita tegakkan sehingga layak berbalas surga Firdaus? (QS. Al Mukminin:2)

Tidak Sekedar Sholat

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

اُتْلُ مَاۤ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَ قِمِ الصَّلٰوةَ    ۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَا لْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ   ۗ وَا للّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْن

"Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (sholat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan."(QS. Al-'Ankabut 29: Ayat 45)

Ketika khusyuk dalam sholat sulit kita hadirkan, maka mencegah diri kita dari berbuat dosa juga menjadi sulit. Akan ada saja yang kita langgar dari larangan Allah SWT, dan akan ada perintah Allah SWT yang kita abaikan. 

Dari penerapan hukum Allah SWT skala pribadi, bermasyarakat hingga bernegara, akan sulit ditegakkan. Karena hilangnya khusyuk dan tuma'ninah. 

Khusyuk dan tuma'ninah membentuk hati dan akal yang tunduk pada Allah SWT. Nur -cahaya- Allah SWT akan dilekatkan pada hati dan akal orang-orang yang khusyuk. Sehingga ia mudah menerima perintah Allah SWT dan RasulNya. Mudah mengambil hikmah dan ringan menjalankan aturan Allah SWT dan RasulNya.

Maka, di moment Rajab ini, dimana 28 Rajab 1342 H adalah tanggal di bubarkannya institusi pelaksana syariah Islam, yakni khilafah Islam, tepat untuk dijadikan renungan. 

Akankah keengganan kita terikat pada hukum syariah, menerapkannya dalam kehidupan, dan ketidakyakinan akan tegaknya kembali khilafah 'ala minhajin nubuwwah yang telah disabdakan Rasulullah SAW adalah buah dari sholat yang tidak khusyuk dan tidak tuma'ninah?

Khatimah

Sungguh luar biasa ketika sholat ditegakkan penuh kesadaran dan iman. Dijaga pelaksanaannya. Khusyuk dan tuma'ninah diseluruh gerakan dan bacaannya. Walau perjuangannya seumur hidup kita, tapi surga firdaus menanti sebagai balasannya.

Semoga Allah SWT memberi kita karunia berupa khusyuk dan tuma'ninah dalam sholat dan menjadikan sholat-sholat yang kita tegakkan menjadi pencegah diri kita dari perbuatan keji dan mungkar. Aamiin aamiin yaa mujiibassaailiin. 

Wallahua'lam bis showwab.







Sabtu, 17 Agustus 2019

KONTRIBUSIMU APA?


Pernahkah kita berfikir tentang kontribusi apa yang sudah kita berikan kepada Allah SWT, RasulNya, orang tua, keluarga, tetangga, masyarakat hingga kehidupan berbangsa? Dalam Islam ada istilah khoirunnas ‘anfa’uhum linnas. Sebaik-baik manusia adalah yang memberikan manfaat bagi sesamannya.
Mendengar kata kontribusi mungkin yang terbayang berupa kontribusi pemikiran, harta, tenaga, waktu, doa, ataupun lainnya.
Berkontribusi pemikiran adalah hebat. Hakikatnya manusia adalah para pemikir. Hanya saja tidak setiap apa yang dipikirkan manusia menghasilkan konsep.  Konsep yang dapat mengatasi problematika manusia. Berkontribusi pemikiran dapat juga ditempuh melalui jalur pendidikan. Atau juga menyebarkan ide lewat tulisan. Bisa pula melalui amal amar ma’ruf nahi munkar. Atau nasehat menasehati dalam kebaikan.
Kontribusi harta juga baik. Sudah terfasilitasi melalui pelaksanaan hukum agama, seperti sedekah, zakat, infaq ataupun menunaikan ibadah haji. Menjauhi memakan harta haram juga bentuk kontribusi harta. Menggunakan harta untuk memenuhi kebutuhan fisik dengan barang yang halal dan tahyyib. Kontribusi harta juga bisa diwujudkan dengan membayar iuran yang diwajibkan oleh negara. Semisal pajak. Walau pajak dalam islam adalah income sampingan namun beda disistem kapitalisme saat ini. Pajak menjadi income prioritas bagi negara. Bagaimana mau pilih Islam atau Kapitalisme? Orang pintar pilih terapkan syariah Islam.
Kontribusi tenaga bukan berarti dimaknai dengan ikut memanggul senjata. Berkontribusi tenaga bisa dimaknai dengan memberikan bantuan saat ada orang lain membutuhkan bantuan. Misal, membantu pekerjaan ayah dan ibu. Bahkan menyingkirkan aral rintangan dijalan juga terkategori kontribusi tenaga. Bahkan dalam agama hal itu disebut bagian dari sedekah. Bukankah setiap kebaikan yang kita lakukan adalah sedekah? 
Kontribusi waktu. Seluruh perbuatan yang dilakukan manusia pastinya memakan waktu. Jadi, kontribusi waktu mengiringi setiap amal. Kontribusi waktu akan memiliki makna saat kita mampu memenej waktu. Dengan sadar membagi waktu untuk Allah SWT, diennya dan aktivitas lainnya. Jadi, ada pengorbanan waktu yang jelas.
Doa, itu juga bagian dari kontribusi loh. Mendoakan orang tua, diri sendiri, keluarga, tetangga, teman, negara dan umat Islam seluruhnya itu bisa dikata hidden contribution. Tapi, jangan remehkan jenis kontribusi ini. Doa seorang hamba shalih bisa membelah langit dan menggetarkan ‘Arsy Nya. Jadi, berungtunglah jika para pemimpin memiliki rakyat yang mau mendoakannya. Demikian pula beruntunglah rakyat yang memiliki pemimpin yang mau mendoakan rakyatnya.
Berkontribusi untuk agama ini dengan menjadi hamba yang taat kepada Allah SWT dan RasulNya. Memberikan pembelaan atas agamaNya. Termasuk mensyiarkannya. Dan memajukan agama Allah SWT, meninggikan kalimatNya dengan mengembalikan tegaknya agama Allah SWT dimuka bumi adalah kontribusi mulia seorang hamba diakhir jaman. 
Kontribusi kepada orang tua adalah dengan menjadi anak shalih. Inilah investasi orang tua yang menjadi penolong saat orang tua sudah kembali menghadapNya.
Kontribusi kepada masyarakat dengan menjadi anggota masyarakat yang baik, menjaga kerukunan, melakukan amar ma’ruf nahi munkar, menjaga kebersihan lingkungan dan lainnya
Kontribusi kepada Indonesia adalah dengan menjadi rakyat yang baik. rakyat yang peduli dengan negara. Rakyat yang baik bukan diterjemahkan dengan bebas dari kritis. Bukan demikian. Rakyat yang baik adalah rakyat yang kritis dan mau memberikan nasehat saat ada penyimpangan baik dari aturan ataupun kebijakan. Menjadi rakyat yang baik pasti terimplementasi dengan menjalankan aturan Islam. Dengan taat pada agama akan jauh dari kriminalitas, kejahatan dan tindak kekerasan lainnya. Beruntunglah negara yang memiliki rakyat yang taat beragama. Karena itu akan meringankan hisab para pemimpin saat nanti diakhirat sana.
Dari uraian tersebut, dapat lah disimpulkan untuk jangan sempitkan makna kontribusi kita didunia ini. Setiap kebaikan yang dilakukan manusia adalah kontribusi bagi dirinya. Pedagang, petani, wiraswasta, pegawa, ibu rumah tangga juga berkontribusi dan berperan untuk dirinya, masyarakat juga negara.
Jadi, jangan merasa rendah dengan kontribusi sesederhana apapun yang kamu lakukan saat ini. Allah SWT menyaksikanmu. Takutkan akan waktu, usia, tenaga, ilmu yang berlalu begitu saja.
Rabbanaa innanaa amanna waghfirlanaa dzunuubanaa wa qinaa’adzaabannaar. Aamiin.

Kamis, 08 Agustus 2019

ANTARA KEINGINAN DAN KEBUTUHAN

Saat kita dalam posisi berada bisa berbuat sesukanya. Tidak ingat itu terkategori boros ataukah tidak. Intinya mau ini itu dilakukan saja. Mau ces hp kelebih penuh juga tidak ada rasa bersalah. Menyalakan lampu kelewat hari juga tidak salah walau kondisi sudah terang. Menyalakan tv sambil tidur terlelap juga tiada merasa boros. Bahkan membeli sesuatu yang tidak kita butuhkan pun juga tidak merasa kelewatan.

Yang semakin mengherankan, saat kotak amal didepan mata, juga tidak merasa pelit ketika tidak mengisinya. Padahal seharusnya berlebih lebih itu dalam berinfaq.

Sungguh, betapa sering kita salah menempatkan rasa. Belum bisa menjinakkan apa yang kita inginkan. Dan belum mampu mengidentifikasi apa yang kita butuhkan.

Itulah masa saat kita berada. Masa yang sering membuat kita lupa. Memenuhi maunya selera. Bukan pertimbangan penting tidak penting, butuh tidak butuh, boros atau hemat. Tapi yang penting selera terpenuhi. Memang kenyang nafsu pada akhirnya. Kepuasan bersifat nafsu terpenuhi. Senang dan puas.

Manusiawi jika manusia demikian. Memang ada bawaan nafsu dalam dirinya. Namun, acungan jempol bagi yang bisa menahan dari sifat berlebih-lebihan. Bukankah Allah SWT juga tidak menyukai hal yang berlebih-lebihan?

Benar nasehat Rasululullah SAW. bahwasannya dalam urusan dunia kita diminta untuk melihat orang yang ada dibawah kita.

Mereka yang kondisi ekonominya digaris kemiskinan. Hidup hemat bahkan super hemat demi tercukupinya semua kebutuhan. Bahkan kadang super hemat sudah diamalkan masih ada hal primer yang tak ternunaikan. Contoh gampang mereka yang tinggal dikolong jembatan hingga di trotoar jalan, tidak terbayang berapa rupiah income harian mereka.

Pentingnya melihat yang dibawah, memunculkan rasa syukur kepada Allah SWT atas kondisi kita saat ini. Masih bisa mencukupi apa yang dibutuhkan. Betul, riski tidak selalu dimaknai dengan harta, jabatan dan status sosial lainnya . Sehat juga riski. Keluarga yang baik juga riski. Teman yang baik juga riski.

Dan riski yang termahal adalah iman kita kepada Allah SWT. Kenikmatan dalam beribadah kepadaNya. Kenyamanan dalam mentaati syariahNya. Inilah nikmat sejati dari seorang muslim.

Oleh karena itu, ditengah berbagai kondisi yang kita hadapi, maka karunia tertinggi yang harus selalu kita pohonkan kepada Allah SWT adalah istiqamah dalam mengimaniNya dan mentaatiNya hingga maut menjemput. Rabbanaa atinaa milladunka rahmah wahayyiklanaa min amrinaa rosyadaa. 

Inilah perkara pertalian seorang hamba dengan RabbNya. Dialah pemilik segalanya dan kepadanya jualah segala urusan dikembalikan. Wallahua’lam bis showab.

Sabtu, 03 Agustus 2019

KEMBAR TAPI SQ BELUM TENTU SAMA

Anak kembar, penuh keunikan. Banyak kesamaan fisik yang akan kita temukan pada seorang anak kembar. Tapi, dibalik kesamaan itu, akan tetap kita jumpai perbedaannya. Bisa jadi pada fisiknya, sifatnya, IQ nya dan lainnya.

Hem, saya bisa berkata demikian, karena ada fakta yang terindra. Beberapa hari lalu saat materi bersosiallah dengan manusia dengan akhlaq yang baik, saya berikan kesempatan kepada setiap murid untuk membawa kan temannya hadiah.

Pesannya: bawakan hadiah yang terbaik dan ikhlas mengeluarkannya. Nah setelah beberapa waktu berjalan, sampailah dipekan berikutnya, dan tibalah hari yang ditunggu anak-anak. Hari berbagi hadiah.

Anak-anak memang unik. Saat ditanya, “Apakah semua sudah menyiapkan hadiah untuk temanya?” Ada diantara mereka yang jujur berkata belum bawa. Ada yang bilang lupa ada juga yang tiada punya alasan.

Akhirnya, mereka saya minta untuk ke toko terdekat untuk membeli sesuatu yang bisa diberikan kepada temannya. Keluarlah beberapa murid. Adapun yang lain sudah menyiapkan hadiah terbaik untuk temannya. Ada yang dibungkus rapi, dengan kertas kado yang menarik. dan yang paling sederhana dibungkus dengan kertas buku. Hem, anak-anak! Kreatif sesuai daya nalar dan wawasannya.

Terlihat wajah, bangga dengan hadiah yang hendak mereka berikan kepada temannya. Andai bisa dilukis dengan kata isi hati mereka, ada harapan dapat hadiah yang terbaik dari temannya juga.

Nah, keinginan untuk bertukar hadiah harus mereka redam dulu, karena harus mengikuti pelajaran terlebih dahulu. Ada yang masih bisa konsentrasi ada pula yang masih juga sibuk dengan hadiah yang hendak diberikan.

Jreng-jreng..... akhirnya, setelah beberapa saat tenggang waktu untuk pelajaran, itupun berakhir. Tiba, menit untuk saling memberi hadiah.

“Ayuk siapkah hadiahnya!”, seru bu guru

“Maaf bu saya belum punya hadiah” celetuk salah satu siswa.

Hem, sedari tadi si siswa ini diam saat diawal pelajaran diminta membeli hadiah. Eh giliran, tiba waktu membagi masih menyampaikan belum punya hadiah. Hem, akhirnya teman-temannya harus sabar menunggu temannya belanja beli hadiah. Wkwkwk anak-anak.....

Dug dug dug berdetak jantung mereka

Dengan ekspresi masing-masing. Siswa dibagi menjadi dua kelompok. Tugas pertama yang harus mereka lakukan adalah menuliskan nama dan pesan untuk sipenerima hadiah.

“Ayuk silahkan diambil satu kertas dengan cara silang”

Satu demi satu merekapun mengambil kertas,

wow....ekspresinya.... seolah mereka sudah bisa menebak hadiah apa yang akan mereka terima dari nama yang tercantum dikertas itu. Sudah ada diantara mereka yang teriak pesimis dan menyesal memperoleh kertas lotre yang diambilnya.

“ok baiklah, sekarang silahkan berkunjung kepada nama yang ada dikertas yang kalian pegang. Dan ingatnya ya, semuanya harus ikhlas memberi dan menerima hadiah”

Gemuruh anak-anak bertukar hadiah.

Wah......

“Ayuk buka hadiah dari temannya!”
Ha.............................

“Tidak imbang ini, saya sudah mengeluarkan buku, dapatnya cuma jajan”, suara salah satu siswa kembar
“Ya Allah, saya dapatnya sama bukunya” , suara yang lainnya.
“Wah, saya Cuma berbekal jajan dapat buku dan pensil” suara gembira untuk siswa satu ini.

Saya lihat, ekspresi dua anak kembar dikelas itu. Nasib dua anak ini sama, mereka memberikan hadiah yang dalam kaca mata mereka berharga namun kembalian hadiah yang mereka terima hanya satu snack saja. Satu diantara anak kembar itu mengeluh dan bisa dikata menyesal dengan hadiah yang dikeluarkannya. Dia ngomellah untuk melampiaskan rasa ketidakridhoannya.

Adapun anak satunya, dia hanya diam dan senyum. Setelah itu memakan snack yang diterimanya dan berkata kepada gurunya, “sudah habis bu hadiah snack yang saya terima, sudah saya makan”

Nah, dalam diam, saya merenungi sifat dua anak kembar ini. ternyata, dibalik kemiripan wajah dan fisik yang mereka miliki ada kecerdasan spiritual/spiritual quotient yang berbeda diantara mereka.

Subhanallah, yang telah menciptakan makhluknya mirip tapi tidak seutuhnya sama.

Dia yang tiada kehabisan bahan cetakan, manusialah yang terbatas daya nalar untuk menemukan keagungan dan kekuasaanNya.

Semoga sepenggah kisah sederhana ini bisa menambah keimanan kita kepada Allah SWT yang Maha Kuasa. Wallahua’lam bis showab

Rabu, 31 Juli 2019

MENGHAPUS PAPAN TULIS

Menghapus papan tulis itu umumnya dilakukan murid. Kalaupun dilakukan oleh guru itu dalam kondisi-kondisi tertentu. Bukan hal yang rendah ketika guru menghapus sendiri tulisannya dipapan. Namun bukan adab yang patut juga jika murid melihat gurunya menghapus papan tulis sendiri. Dan bukan pula menjadi teladan jika guru meninggalkan ruang kelas tanpa meghapus papan tulis dan tanpa ada pesan kepada anak didiknya untuk menghapus papan tulis.

Hem, mungkin ini adalah perkara sepele ya. Tapi ada nilai-nilai adab dalam soal ini.

Baiklah, lepas dari kondisi tersebut, terkait menghapus papan tulis ini, setelah beberapa kali saya jalani, ternyata ada hikmahnya. Apalagi bila yang dihapus tidak hanya satu papan tulis. Nah, hikmah dari hal yang sepele ini bisa jadi tidak dirasa oleh orang yang menghapusnya.

Nah, untuk bisa merasakan hikmahnya, baiknya, sebelum menghapus papan tulis baca dulu tulisan yang ada. Serap ilmu yang ditulis oleh bapak/ibu guru. Nah, dari kegiatan ini ada satu hikmah yang sudah di dapat. Yaitu dapat ilmu. Jadi, terimakasih buat bapak/ibu yang sudah meninggalkan tulisan di papan tulis.

Btw, jika yang dihapus tidak hanya satu papan tulis dalam sehari, berarti sudah berapa ilmu yang didapat dalam sepekan? Bisa diukur ya. Jadi, dari kegiatan meninggalkan tulisan di papan tulis sudah terjadi transfer ilmu ataulah recall ilmu yang dulu sudah pernah didapat si penghapus papan tulis.

Hem, hikmah yang bisa jadi tidak terpikir oleh si bapak/ibu guru. So, ajarilah murid sebelum menghapus papan tulis untuk membaca dulu apa yang hendak dihapus.

Kedua, nah hikmah kedua ini, mari kita kaitkan dengan sabda nabi saw. Dari Abu Hurairah rodhiallohu ‘anhu dia berkata: Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap ruas tulang manusia harus disedekahi setiap hari selagi matahari masih terbit. Mendamaikan dua orang (yang berselisih) adalah sedekah, menolong orang hingga ia dapat naik kendaraan atau mengangkatkan barang bawaan ke atas kendaraannya merupakan sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, setiap langkah kaki yang engkau ayunkan menuju ke masjid adalah sedekah dan menyingkirkan aral (rintangan, ranting, paku, kayu, atau sesuatu yang mengganggu) dari jalan juga merupakan sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Nah, bila menghilangkan aral rintangan dijalan disebut dalam hadist tersebut bisa menjadi sedekah, maka, jika menghapus tulisan dipapan  artinya juga memudahkan bagi orang yang akan menggunakannya kemudian. Sehingga inipun bisa menjadi sedekah.

Oiya, pemahaman yang begini ini juga penting dipahamkan kepada murid, sehingga motivasi mereka menghapus bukan keterpaksaan, tapi mengejar pahala.

Hem, ternyata jika ditelusuri setiap perbuatan baik yang dilakukan manusia bisa menuai pahala. Walau itu dalam perkara yang dimata manusia rendah dan tiada artinya. Inilah pentingnya merenungi dari apa yang kita lakukan. Menelusuri jejak-jejak amal. Sehingga, kita membenarkan firman Allah SWT, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”

Nah, pesan terakhirny, tiada amal baik yang rendah dimata Allah SWT, Allah SWT hargai. Jadi, tetap semangat mengajarkan ilmu kepada generasi Islam. Semoga menjadi jariah yang melimpahkan berkah. Aamiin

Kamis, 13 Juli 2017

Ya Allah, Ijinkan Aku Bertemu dengan Ramadhan Tahun Depan



Entahlah tiba tiba ingin menulis dengan judul ini. Ditengah susah merangkai kata untuk menulis yang akademik, ada baiknya mencoret-coret blog ini dengan tulisan yang bisa jadi bermanfaat. 

Ramadhan moment setahun sekali yang belum tentu semua orang bisa menjumpainya. Ramadhan tahun ini nilainya bagaimana ya? Antara sukses dan gagal. Dibilang sukses tapi selepas Ramadhan masih sering berbuat salah. Dibilang gagal tapi bisa puasa sampai selesai. Hem, ukuran sukses dan gagal ini apa ya?

Kalau dengarin pengajian selepas dhuhur beberapa waktu lalu dijelaskan bahwa sukses Ramadhan adalah apabila setelah Ramadhan hidup jadi bahagia. Nah ukuran bahagia ini apa? Apakah dengan semua apa yang kita butuhkan terpenuhi? Ataukah dnegan semakin baiknya ibadah kita? Ataukah dengan semakin bagusnya akhlaq kita? Atau lainya? Hem... susah juga mendefinisikan. 

Tapi kalau kembali kepada definsi bahagia sebagaimana yang ditulis oleh Syeikh Taqiyuddin an Nabhani dijelaskan bahwa bahagia itu adalah ketika keridhoan Allah dapat kita raih. Artinya apa-apa yang kita lakukan itu diridhoi Allah. Amal yang diridhoi Allah tentunya amal yang ikhlas dan dilakukan sesuai dengan hukum syara.

Jadi ingat penggalan doa waktu lebaran “...kullu ‘amin wa antum bikhoir”. Bukankah potongan doa itu artinya adalah semoga disepanjang tahun selalu dalam kebaikan. Dan bukankah bahagia itu ketika kita bisa berbuat baik. 

Ya Allah mudahkan diri ini untuk menjadi baik. Baik kepada Engkau dan NabiMu. Baik kepada keluarga. Baik kepada teman. Baik kepada tetangga. Baik pada semuanya ya Allah.
Dan  pertemukanlah kami dengan Ramadhan tahun depan. Aamiin aamiin yaa robbal’alamiin.

Dipun Waos Piantun Kathah