Pernahkah kita berfikir tentang kontribusi
apa yang sudah kita berikan kepada Allah SWT, RasulNya, orang tua, keluarga,
tetangga, masyarakat hingga kehidupan berbangsa? Dalam Islam ada istilah
khoirunnas ‘anfa’uhum linnas. Sebaik-baik manusia adalah yang memberikan
manfaat bagi sesamannya.
Mendengar kata kontribusi mungkin yang
terbayang berupa kontribusi pemikiran, harta, tenaga, waktu, doa, ataupun
lainnya.
Berkontribusi pemikiran adalah hebat. Hakikatnya
manusia adalah para pemikir. Hanya saja tidak setiap apa yang dipikirkan
manusia menghasilkan konsep. Konsep yang
dapat mengatasi problematika manusia. Berkontribusi pemikiran dapat juga
ditempuh melalui jalur pendidikan. Atau juga menyebarkan ide lewat tulisan. Bisa
pula melalui amal amar ma’ruf nahi munkar. Atau nasehat menasehati dalam
kebaikan.
Kontribusi harta juga baik. Sudah
terfasilitasi melalui pelaksanaan hukum agama, seperti sedekah, zakat, infaq
ataupun menunaikan ibadah haji. Menjauhi memakan harta haram juga bentuk
kontribusi harta. Menggunakan harta untuk memenuhi kebutuhan fisik dengan
barang yang halal dan tahyyib. Kontribusi harta juga bisa diwujudkan dengan
membayar iuran yang diwajibkan oleh negara. Semisal pajak. Walau pajak dalam
islam adalah income sampingan namun beda disistem kapitalisme saat ini. Pajak
menjadi income prioritas bagi negara. Bagaimana mau pilih Islam atau
Kapitalisme? Orang pintar pilih terapkan syariah Islam.
Kontribusi tenaga bukan berarti dimaknai dengan
ikut memanggul senjata. Berkontribusi tenaga bisa dimaknai dengan memberikan
bantuan saat ada orang lain membutuhkan bantuan. Misal, membantu pekerjaan ayah
dan ibu. Bahkan menyingkirkan aral rintangan dijalan juga terkategori
kontribusi tenaga. Bahkan dalam agama hal itu disebut bagian dari sedekah.
Bukankah setiap kebaikan yang kita lakukan adalah sedekah?
Kontribusi waktu. Seluruh perbuatan yang
dilakukan manusia pastinya memakan waktu. Jadi, kontribusi waktu mengiringi
setiap amal. Kontribusi waktu akan memiliki makna saat kita mampu memenej
waktu. Dengan sadar membagi waktu untuk Allah SWT, diennya dan aktivitas
lainnya. Jadi, ada pengorbanan waktu yang jelas.
Doa, itu juga bagian dari kontribusi loh.
Mendoakan orang tua, diri sendiri, keluarga, tetangga, teman, negara dan umat
Islam seluruhnya itu bisa dikata hidden contribution. Tapi, jangan remehkan
jenis kontribusi ini. Doa seorang hamba shalih bisa membelah langit dan
menggetarkan ‘Arsy Nya. Jadi, berungtunglah jika para pemimpin memiliki rakyat
yang mau mendoakannya. Demikian pula beruntunglah rakyat yang memiliki pemimpin
yang mau mendoakan rakyatnya.
Berkontribusi untuk agama ini dengan menjadi
hamba yang taat kepada Allah SWT dan RasulNya. Memberikan pembelaan atas
agamaNya. Termasuk mensyiarkannya. Dan memajukan agama Allah SWT, meninggikan
kalimatNya dengan mengembalikan tegaknya agama Allah SWT dimuka bumi adalah kontribusi
mulia seorang hamba diakhir jaman.
Kontribusi kepada orang tua adalah dengan
menjadi anak shalih. Inilah investasi orang tua yang menjadi penolong saat
orang tua sudah kembali menghadapNya.
Kontribusi kepada masyarakat dengan menjadi
anggota masyarakat yang baik, menjaga kerukunan, melakukan amar ma’ruf nahi
munkar, menjaga kebersihan lingkungan dan lainnya
Kontribusi kepada Indonesia adalah dengan
menjadi rakyat yang baik. rakyat yang peduli dengan negara. Rakyat yang baik
bukan diterjemahkan dengan bebas dari kritis. Bukan demikian. Rakyat yang baik
adalah rakyat yang kritis dan mau memberikan nasehat saat ada penyimpangan baik
dari aturan ataupun kebijakan. Menjadi rakyat yang baik pasti terimplementasi
dengan menjalankan aturan Islam. Dengan taat pada agama akan jauh dari
kriminalitas, kejahatan dan tindak kekerasan lainnya. Beruntunglah negara yang
memiliki rakyat yang taat beragama. Karena itu akan meringankan hisab para
pemimpin saat nanti diakhirat sana.
Dari uraian tersebut, dapat lah disimpulkan
untuk jangan sempitkan makna kontribusi kita didunia ini. Setiap kebaikan yang
dilakukan manusia adalah kontribusi bagi dirinya. Pedagang, petani, wiraswasta,
pegawa, ibu rumah tangga juga berkontribusi dan berperan untuk dirinya, masyarakat
juga negara.
Jadi, jangan merasa rendah dengan kontribusi
sesederhana apapun yang kamu lakukan saat ini. Allah SWT menyaksikanmu.
Takutkan akan waktu, usia, tenaga, ilmu yang berlalu begitu saja.
Rabbanaa innanaa amanna waghfirlanaa
dzunuubanaa wa qinaa’adzaabannaar. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar