ÙŠَا Ø£َÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِينَ آمَÙ†ُوا اتَّÙ‚ُوا اللَّÙ‡َ Ø­َÙ‚َّ تُÙ‚َاتِÙ‡ِ Ùˆَلا تَÙ…ُوتُÙ†َّ Ø¥ِلا ÙˆَØ£َÙ†ْتُÙ…ْ Ù…ُسْÙ„ِÙ…ُونَ

Tampilkan postingan dengan label motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label motivasi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 13 Januari 2022

Semangat vs Selamat

Semangat dan selamat sama-sama kata motivasi. Dari susunan hurufnya, sama-sama berawalan huruf s dan berakhiran huruf t.

Tapi, dua kata ini memiliki efek yang beda loh dalam penerimaan orang yang mendengarnya.

Kata motivasi positif bisa mempersuasi positif. Orang yang mendengarnya atau membacanya akan terbangkitkan harapannya, percaya diri dan menyehatkan fisik.

Btw apa hubungannya kata-kata dengan sehat fisik?. Kata-kata yang positif itu akan mempengaruhi kejiwaan seseorang. Akal dan hatinya jadi sehat. Kalau akal dan hati ini sehat, akan membentuk jiwa yang sehat pula. Sehatnya jiwa mempengaruhi kerja saraf dan organ dalam tubuh.

Untuk pembahasan  perihal sehat jiwa dan raga bisa pembaca buka di link berikut. https://menggoreskanide.blogspot.com/2022/01/sehat-jiwa-sehat-raga.html?m=1

Adapun kata-kata negatif, bisa menjadikan pendengarnya lemah, berpengaruh negatif bagi kejiwaan seseorang. 

Semisal muncul sikap tidak percaya diri, kuatir, takut yang berlebihan, atau malu yang tidak pada tempatnya.

Jadi, bagi tipe orang yang mudah dipersuasi orang, maka kekuatan omongan orang lain memiliki efek yang luar biasa bagi dirinya.

Perkataan Itu Kembali Ke Pemilik Ucapan

Nasehat yang penulis ingat bahwa apa yang kita ucapkan, maka telinga kita yang terdekat mendengarnya. Artinya, kata-kata yang kita ucapkan, jika berupa nasehat, maka itu nasehat untuk kita. Kalau berupa cacian, maka juga cacian untuk diri kita, kalau marah juga marah ke diri kita.

Nasehat yang lain menyebut bahwa 1 jari menunjuk ke orang maka 4 jari lainnya mengarah pada diri sendiri.

Mari kita cek! 

Bila kita memberi petuah, maka kita akan ingat dengan yang kita sampaikan. Ingatan kita mengajak kita untuk seperti yang dikata.

Saat kita mencaci orang pasti setelah itu kita mikir-mikir memang kita sudah baik kok mencaci orang.  Jadi, kalau habis mencaci cermatilah suasana akal dan hati kita. Pasti tidak jenak. Itu tandanya energi negatif yang kita lontarkan lewat kata-kata itu dipertentangkan oleh jiwa kita dan mengarah ke kita sendiri. Bukannya tidak sedikit fakta, orang yang kemarin mencela/mengomentari dilain hari berperilaku seperti orang yang dicela/dikomentari?!.

Cek berikutnya saat kita marah pada orang. Energi negatifnya langsung bisa dirasa oleh fisik. Dari wajah jadi serem, darah naik hingga bisa stroke atau hipertensi, kejiwaan bergelora. Nah, makanya oleh Nabi SAW disarankan hingga disuruh mandi dan berwudhu bagi mereka yang sedang uring-uringan.

MasyaAllah, melihat power kata-kata yang luar biasa ini, makanya Allah SWT mengingatkan hambaNya untuk berkata yang baik atau diam (QS. Al Ahzab: 70), teliti bukan abai (QS. Al Hujurat: 6), berkata-kata yang mengandung nasehat kebenaran (QS. Fushilat: 33), tidak mengeluarkan kata cacian (QS. Al Hujurat: 11).

Semangat vs Selamat

Ya, kita lanjutkan bahasan semangat vs selamat. 

Bila kita intip KBBI akan kita dapatkan definisi semangat dan selamat.

Semangat dalam KBBI didefinisikan dengan beberapa arti. Diantaranya nafsu (gairah, kemauan) untuk berjuang, bekerja, dan sebagainya. 

Adapun selamat artinya terbebas dari bahaya, malapetaka, bencana, tidak kurang suatu apa, tidak mendapat gangguan, kerusakan dan sebagainya. Selamat juga diartikan tercapai maksud, tidak gagal.

Nah dua definisi yang beda. Beda pula tentunya kapan pelafatannya. 

Saat orang rumahnya terendam banjir, jangan sampai kita beri 'selamat kena banjir ya'. Wah bisa putus persaudaraan kalau seperti itu. 

Tapi kalau kita beri ucapan 'tetap semangat ya walau kena banjir', maka itu lebih melegakan. 

Kata selamat memang sering kita gunakan sebagai ungkapan turut bahagia dengan kesuksesan, keberhasilan yang diraih saudara kita.  Atau moment-moment menggembirakan lainnya. 

Nah, pernahkah kita mencerna, kalau ternyata pemberian ucapan selamat itu dirasakan pengaruhnya pada diri seseorang ya saat ucapan itu disampaikan. 

Setelah orangnya pergi ya sudah tidak ada lagi efeknya. 

Nah, beda dengan kata semangat. Kata ini sering kita sampaikan pada orang yang lagi lemah, terundung masalah, dan kondisi kurang baik lainnya.

Padahal dari definisi etimologinya di atas, kata semangat ini adalah memotivasi seseorang untuk berjuang, bergairah. 

Jadi, saat seseorang dihari bahagianya, semisal dikalender kelahirannya, dihari pernikahannya, dihari penerimaan jabatan barunya, dihari menggunakan kendaraan barunya atau rumah barunya maka ucapan semangat ya itulah adalah pemotivasi yang lebih kuat efek kedepannya. Terlebih bagi yang terkena musibah. Lebih tepat untuk dihaturkan.

Kata 'semangat' ini lebih pas diucapkan karena hari-hari berikutnya yang akan mereka jalani adalah hari-hari perjuangan, berkarya, bekerja bukan berleha-leha. 

Jadi kata-kata 'semangat ya' itu memberikan gambaran ke depan harus tetap semangat bukan terlelap dengan keberhasilan, dengan kondisi baik yang telah diraih.

Coba kita cerna dua kalimat berikut!

Selamat ya atas jabatan barunya.

Semangat ya atas jabatan barunya.

Selamat menempuh kehidupan berumah tangga ya.

Semangat menempuh kehidupan berumah tangga ya.

Dari contoh di atas, pasti saat kita membaca ada efek penerimaan yang beda dan pengaruh ke jiwaan yang beda. 

Bagaimana dengan Islam?

Adapun Islam, lebih dari itu mengajarkan. Bukan hanya ungkapan selamat dan semangat. 

Saat saudara kita meraih kesuksesan, mendapatkan kenikmatan maka kita diajari Nabi kita untuk memberi ucapan baarakallaah -Semoga Allah SWT memberkahi-. Kata ini bukan semata ucapan selamat semata melainkan juga doa. Jadi, orang yang diberi ucapan ini, akan menjadi sadar bahwa keberhasilan yang diraih, nikmat yang didapat adalah dari Allah SWT dan harus disyukuri dengan tetap takwa kepadaNya ke depannya.

Contohnya:

Baarakallaah, semangat ya dengan pekerjaan barunya. 

Baarakallaah, semangat ya dengan rumah barunya.

Baarakallaah, semangat ya dengan kendaraan barunya.

Baarakallaah, semangat ya dengan baju barunya.

Ucapan ini mengandung doa, ucapan selamat sekaligus semangat.

Khatimah

Kata kata memang punya daya

Tapi pemilik kata terbaik bukanlah kita

Melainkan Dia Allah subhanahu wa ta'ala

Maka mari membaca firmanNya di setiap harinya

Wallahua'lam bis showwab.











Sabtu, 17 Agustus 2019

KONTRIBUSIMU APA?


Pernahkah kita berfikir tentang kontribusi apa yang sudah kita berikan kepada Allah SWT, RasulNya, orang tua, keluarga, tetangga, masyarakat hingga kehidupan berbangsa? Dalam Islam ada istilah khoirunnas ‘anfa’uhum linnas. Sebaik-baik manusia adalah yang memberikan manfaat bagi sesamannya.
Mendengar kata kontribusi mungkin yang terbayang berupa kontribusi pemikiran, harta, tenaga, waktu, doa, ataupun lainnya.
Berkontribusi pemikiran adalah hebat. Hakikatnya manusia adalah para pemikir. Hanya saja tidak setiap apa yang dipikirkan manusia menghasilkan konsep.  Konsep yang dapat mengatasi problematika manusia. Berkontribusi pemikiran dapat juga ditempuh melalui jalur pendidikan. Atau juga menyebarkan ide lewat tulisan. Bisa pula melalui amal amar ma’ruf nahi munkar. Atau nasehat menasehati dalam kebaikan.
Kontribusi harta juga baik. Sudah terfasilitasi melalui pelaksanaan hukum agama, seperti sedekah, zakat, infaq ataupun menunaikan ibadah haji. Menjauhi memakan harta haram juga bentuk kontribusi harta. Menggunakan harta untuk memenuhi kebutuhan fisik dengan barang yang halal dan tahyyib. Kontribusi harta juga bisa diwujudkan dengan membayar iuran yang diwajibkan oleh negara. Semisal pajak. Walau pajak dalam islam adalah income sampingan namun beda disistem kapitalisme saat ini. Pajak menjadi income prioritas bagi negara. Bagaimana mau pilih Islam atau Kapitalisme? Orang pintar pilih terapkan syariah Islam.
Kontribusi tenaga bukan berarti dimaknai dengan ikut memanggul senjata. Berkontribusi tenaga bisa dimaknai dengan memberikan bantuan saat ada orang lain membutuhkan bantuan. Misal, membantu pekerjaan ayah dan ibu. Bahkan menyingkirkan aral rintangan dijalan juga terkategori kontribusi tenaga. Bahkan dalam agama hal itu disebut bagian dari sedekah. Bukankah setiap kebaikan yang kita lakukan adalah sedekah? 
Kontribusi waktu. Seluruh perbuatan yang dilakukan manusia pastinya memakan waktu. Jadi, kontribusi waktu mengiringi setiap amal. Kontribusi waktu akan memiliki makna saat kita mampu memenej waktu. Dengan sadar membagi waktu untuk Allah SWT, diennya dan aktivitas lainnya. Jadi, ada pengorbanan waktu yang jelas.
Doa, itu juga bagian dari kontribusi loh. Mendoakan orang tua, diri sendiri, keluarga, tetangga, teman, negara dan umat Islam seluruhnya itu bisa dikata hidden contribution. Tapi, jangan remehkan jenis kontribusi ini. Doa seorang hamba shalih bisa membelah langit dan menggetarkan ‘Arsy Nya. Jadi, berungtunglah jika para pemimpin memiliki rakyat yang mau mendoakannya. Demikian pula beruntunglah rakyat yang memiliki pemimpin yang mau mendoakan rakyatnya.
Berkontribusi untuk agama ini dengan menjadi hamba yang taat kepada Allah SWT dan RasulNya. Memberikan pembelaan atas agamaNya. Termasuk mensyiarkannya. Dan memajukan agama Allah SWT, meninggikan kalimatNya dengan mengembalikan tegaknya agama Allah SWT dimuka bumi adalah kontribusi mulia seorang hamba diakhir jaman. 
Kontribusi kepada orang tua adalah dengan menjadi anak shalih. Inilah investasi orang tua yang menjadi penolong saat orang tua sudah kembali menghadapNya.
Kontribusi kepada masyarakat dengan menjadi anggota masyarakat yang baik, menjaga kerukunan, melakukan amar ma’ruf nahi munkar, menjaga kebersihan lingkungan dan lainnya
Kontribusi kepada Indonesia adalah dengan menjadi rakyat yang baik. rakyat yang peduli dengan negara. Rakyat yang baik bukan diterjemahkan dengan bebas dari kritis. Bukan demikian. Rakyat yang baik adalah rakyat yang kritis dan mau memberikan nasehat saat ada penyimpangan baik dari aturan ataupun kebijakan. Menjadi rakyat yang baik pasti terimplementasi dengan menjalankan aturan Islam. Dengan taat pada agama akan jauh dari kriminalitas, kejahatan dan tindak kekerasan lainnya. Beruntunglah negara yang memiliki rakyat yang taat beragama. Karena itu akan meringankan hisab para pemimpin saat nanti diakhirat sana.
Dari uraian tersebut, dapat lah disimpulkan untuk jangan sempitkan makna kontribusi kita didunia ini. Setiap kebaikan yang dilakukan manusia adalah kontribusi bagi dirinya. Pedagang, petani, wiraswasta, pegawa, ibu rumah tangga juga berkontribusi dan berperan untuk dirinya, masyarakat juga negara.
Jadi, jangan merasa rendah dengan kontribusi sesederhana apapun yang kamu lakukan saat ini. Allah SWT menyaksikanmu. Takutkan akan waktu, usia, tenaga, ilmu yang berlalu begitu saja.
Rabbanaa innanaa amanna waghfirlanaa dzunuubanaa wa qinaa’adzaabannaar. Aamiin.

Dipun Waos Piantun Kathah