يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Tampilkan postingan dengan label Kesehatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kesehatan. Tampilkan semua postingan

Jumat, 26 Mei 2023

Penghargaan Atas Prestasi dan Pengabdian Rakyat

Perhelatan Sea Games 2023 telah usai. Dan peringkat 3 se-Asia Tenggara diraih Indonesia. Dengan perolehan 87 medali emas, 80 perak, dan 109 perunggu.

Capaian yang membanggakan karena telah melebihi target dan lebih baik dari Sea Games 2021.

Pesta bonus pun akan diterima pemain penerima medali termasuk pelatih hingga asisten pelatih. Untuk bonus diambilkan dari APBN, sebagaimana informasi dari Kemenkeu sebesar 275 miliar. Adapun untuk kebutuhan sepanjang Sea Games 2023 dananya 55,2 miliar. Dan pembinaan atlet untuk multi event internasional sejumlah 522 miliar (https://www.nusabali.com/berita/142166/bonus-peraih-medali-sea-games-2023-pemerintah-gelontorkan-rp-275-miliar)

Penghargaan Atas Prestasi Atau Pengabdian?

Prestasi identik dengan capaian seseorang dalam event tertentu. Berprestasi itu jika mendapat juara 1 atau juara 2 atau juara 3 dan seterusnya. Dan mendapatkan hadiah dan juga bonus. Akhirnya, jika tidak ikut event tertentu, seolah seseorang tidak berprestasi, dan tidak berhak mendapatkan hadiah dan bonus. Jadilah makna prestasi mengalami penyempitan makna. 

Padahal, dalam kamus KBBI, prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya. Dengan definisi ini, maka setiap orang yang telah melakukan pekerjaan ataupun usaha maka ia telah meraih prestasi (hasil). Dan ia layak mendapatkan penghargaan atas hasil usaha dan jerih payahnya tersebut.

Adapun pengabdian identitik dengan pengorbanan sukarela tanpa ada imbalan. Berdasarkan kamus KBBI, pengabdian adalah proses, cara, perbuatan mengabdi atau mengabdikan. 

Dalam konteks kenegaraan dengan mengacu pada penjelasan di atas maka seseorang yang mengabdikan dirinya untuk kepentingan negaranya, memiliki nilai yang sangat tinggi. Motivasi mereka bukan juara, bukan hadiah, bukan bonus, tapi murni pengabdian, bisa motivasi kemanusiaan atau juga motivasi ruhiyah (mendapatkan pahala).

Tapi, jiwa pengabdian untuk kepentingan negara yang seperti ini kian menghilang seiring dengan materialisasi disegala bidangnya. Tanpa adanya uang tidak ada pekerjaan/program yang berjalan. 

Akhirnya, penetapan bugdet (anggaran) atas satu event perlombaan bisa sampai ratusan miliar.

Seolah yang ditanam dan akhirnya tertanam juga ke dada, bukan semangat pengabdian yang harus mendominasi tapi materi. Jika bonus atlet peraih medali emas 500 juta per orang, berapa ratus juta uang yang telah diberikan kepada keluarga pahlawan yang telah merelakan nyawanya melayang demi mengusir penjajah? 

Memberikan bonus kepada mereka yang telah memberikan nama kepada negeri ini di mata dunia sah-sah saja dan mubah-mubah saja. Hanya saja, jangan keliru besarannya. Ada rakyat yang miskin, fakir, yatim, dhuafa, pengangguran dll yang itu wajib negara keluarkan kondisi mereka dari yang demikin itu. 

Kebutuhan pokok lainnya seperti pendidikan, kesehatan, sarana-sarana umum dll juga kewajiban negara hingga terjangkau sejahtera semunya. Bukan malah makin melangit dan mahal dikantong rakyat kecil.

Prestasi memang harus dihargai, pun demikian pula pengabdian. Dan semua rakyat dinegeri ini telah menoreh prestasi dan pengabdian sesuai posisinya masing-masing, maka tugas negara memberikan penghargaan dengan mewujudkan kesejahteraan untuk seluruh rakyat.

Pengabdian dan Prestasi dalam Islam

Islam itu agama sekaligus sistem kehidupan yang sempurna. Allah subhaanahu wa ta'ala sendiri mengklaim hal itu. Allah subhaanahu wa ta'ala menyebut tidak ada agama yang diridhaiNya selain Islam (QS. Ali Imron ayat 19 dan 85).

Pengabdian dalam Islam ditujukan untuk meraih rida dan pahala Allah subhaanahu wa ta'ala. Dan pengabdian adalah tugas utama manusia di dunia. Yaitu mengabdi kepada Allah subhaanahu wa ta'ala. Dan inilah tujuan penciptaan manusia. Allah subhaanahu wa ta'ala terangkan dalam firmanNya:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَا لْاِ نْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Az-Zariyat 51: Ayat 56)

Dan puncak dari pengabdian seorang muslim adalah untuk meraih takwa. 

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا النَّا سُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَا لَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ 

"Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa."(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 21)

Meraih takwa inilah prestasi tertinggi seorang muslim. Jadi, biarpun meraih medali emas di olimpiade dunia dan mendapat bonus 1 miliar, tapi kalau dia tidak beriman dan bertakwa maka tidaklah berprestasi dihadapan Allah subhaanahu wa ta'ala.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا النَّا سُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَآئِلَ لِتَعَا رَفُوْا ۗ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَ تْقٰٮكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti." (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 13)

Inilah definisi prestasi yang menjadikan setiap individu memiliki peluang yang sama untuk meraihnya. 

Dengan demikian, olahraga dalam Islampun ditujukan untuk mewujudkan pribadi yang sehat sehingga mampu mengemban berbagai amanah yang Allah subhaanahu wa ta'ala tetapkan atas manusia. (Baca dilink ini https://menggoreskanide.blogspot.com/2023/04/bila-olahraga-dipertandingkan-dan.html?m=1)

Akhirnya, anggaran keuangan negara dalam sistem Islam tidak akan salah dalam mengalokasikan uang di Baitul mal untuk bidang olahraga. Biidznillah. Karena setiap pos pemasukan memiliki alokasi pengeluaran yang sudah ditetapkan pula. 

Khatimah

Bila Rasulullah menyebut semua kebaikan adalah sedekah. Maka setiap perbuatan baik yang tidak melanggar syariahNya itu adalah prestasi. Dan setiap ketaatan adalah pengabdian. Dan Allah subhaanahu wa ta'ala akan menghargainya dengan surga. 

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ ۙ اُولٰٓئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ 

"Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk."

جَزَآ ؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَ نْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۤ اَبَدًا ۗ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ ۗ ذٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهٗ

"Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah Surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya." (QS. Al-Bayyinah 98: Ayat 7-8)

Wallahu'alam bis shawwab.





   



















Selasa, 11 April 2023

Menjaga Kesehatan Gigi Dengan Siwak

Pernahkah anda bayangkan, bagaimana jadinya jika manusia hanya dikasih mulut tanpa ada giginya? Hem, pasti anda tidak bisa mengunyah makanan. Makanan lezat jadi tidak nikmat, bahkan bisa-bisa tidak bisa menelan karena makanan belum terkunyah. Bahkan usus di perut bisa cepat rusak karena makanan yang masuk tanpa dikunyah dulu. 

Nah, sudahkah anda bersyukur atas nikmat gigi? Bersyukur dengan cara merawat gigi, menjaga kesehatan gigi, dan menggunakan gigi untuk mengunyah makanan yang halal dan thayyib. Berikut ada kisah dialog Imam Syafi’i dengan seorang pemuda tentang gigi.

Imam Syafi’i rahimahullah memiliki pesan terkait kesehatan gigi. Pesan beliau itu disampaikan tatkala ada seorang pemuda datang kepada beliau. Pemuda tersebut mengeluhkan giginya. Anak muda itu berkata kepada Imam Syafi’i, “Beritahukanlah kepadaku bagaimana cara anda menjaga kesehatan gigi anda, sehingga anda tidak pernah sakit gigi?”

Imam Syafi’i rahimahullah menjawab, “Wahai anakku, gigi ini adalah amanah dari Allah subhaanahu wa ta’ala kepada kita. Maka jika kita jaga amanah Allah subhaanahu wa ta’ala ini, Dia juga akan menjaganya. Jika kita menjaga gigi kita di masa kecil kita, maka ketika tua, Allah subhaanahu wa ta’ala yang akan menjaganya”

 Menjaga Amanah Gigi

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah mengajari bagaimana cara menjaga amanah gigi ini. Biar gigi tetap sehat dan jutaan mikroba di dalam mulut tidak merusak gigi anda. Mikroba di mulut setiap harinya memakan sisa-sisa makanan untuk kemudian diubah menjadi zat asam yang terkonsentrasi. Zat asam ini memiliki kemampuan untuk melarutkan bagian enamel (email) gigi secara bertahap dan menimbulkan pembusukan. 

Nah, pembusukan gigi inilah yang menimbulkan rasa nyeri yang sangat sakit dan menyiksa gigi anda. Seluruh tubuh pun ikut merasakan sakitnya. Hem, sakitnya sakit gigi! 

Bersiwak adalah resep menjaga gigi yang telah dicontohkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Siwak dapat menyingkirkan sisa-sisa makanan dari celah atau permukaan gigi. Rasulullah bersabda, “Siwak adalah sumber kebersihan gigi dan sumber keridaan Tuhan” (HR. Bukhari)

Siwak berasal dari pohon Arak (Salvadora Persica), banyak tumbuh di daerah Makkah, Madinah, Yaman dan Afrika. Siwak memiliki kandungan kimiawi sebagai berikut; 

  • antibacterial acid yang berfungsi membunuh bakteri, mencegah infeksi dan menghentikan pendarahan pada gusi.
  • minyak aroma alami yang memiliki bau dan rasa yang segar dapat menyegarkan mulut dan menghilangkan bau mulut
  • enzim yang mencegah pembentukan plak gigi yang merupakan penyebab radang gusi
  • anti decay acid (zat anti pembusukan) dan antigermal system yang bertindak seperti penicillin menurunkan jumlah bakteri di mulut dan mencegah terjadinya proses pembusukan
  • mengandung bahan silica yang mengeraskan email gigi
  • bahan tannin dan vitamin c yang menguatkan pembuluh darah gusi. Dan zat kimiawi lainnya

Masya Allah, setelah mengetahui kandungan kimiawi siwak, apa yang di sabdakan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwa siwak sumber kebersihan gigi dan sumber keridaan Tuhan adalah benar. 

Bersiwak saat ini lebih mudah. Jika Rasulullah dulu murni dengan batang siwak yang dilembutkan dengan cara dipukul-pukul, sekarang siwak sudah diolah dengan mesin menjadi pasta gigi. Ada banyak pasta gigi dari siwak. Jadi, tidak kesulitan untuk meniru Nabi gosok gigi pakai siwak. Selamat mencoba! Wallahua’lam bis shawwab.

 

  

Selasa, 14 Februari 2023

Awas, Diabetes Melitus Mengintai!

Catatan Ikatan Dokter Anak Indonesia, menyebutkan kasus diabetes pada anak sejumlah 1.645 pasien di 13 kota. Angka tersebut menunjukkan peningkatan 70 kali lipat  jika dibandingkan tahun 2010. (https://amp.kompas.com/tren/read/2023/02/04/133000065/lonjakan-kasus-diabetes-anak-di-indonesia-begini-cara-pencegahannya).

Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis baik pada anak ataupun orang dewasa memiliki gejala yang sama, diantaranya; cepat lapar sehingga banyak makan, cepat haus sehingga banyak minum, banyak kencing alias sering ngompol, dan mengalami penurunan berat badan drastis dalam 2-6 Minggu sebelum terdiagnosis.

Padahal banyak makan banyak minum tapi si penderita diabetes melitus tidak gendut, karena penyakit ini menyerang pembuluh darah. Akhirnya, terjadi masalah dalam penyerapan gula darah dalam tubuh, sehingga menyebabkan jaringan otot dan lemak menyusut. 

Apapun yang Dirasa Enak, Dimakan Anak

Penderita Diabetes Melitus (DM) dikalangan anak dialami oleh anak dari usia 0- 14 tahun lebih. Masing-masing rentang usia memiliki prosentase jumlah penderita yang berbeda-beda. 

Walau makanan bukan faktor satu-satunya penyakit DM ini, tapi kecenderungan tidak disiplin dalam menjaga makanan ataupun minuman dimiliki oleh penderita DM.

Usia anak-anak masihlah menstandarkan pemenuhan makan minum mereka pada rasa. Apa yang dilidah enak, manis, akan diulang-ulang untuk dikonsumsi anak.

Mereka belum berfikir makanan atau minuman itu menyehatkan ataukah tidak. Persepsi mereka akan berubah ketika orang tua memberikan mamlumat atau informasi tentang tujuan makan, makanan yang dimakan harus halal dan tayyib bagi tubuh, dijelaskan bahaya makanan tidak sehat dan lain-lainnya.

Jadi, orang tua memiliki tanggungjawab untuk mendidik anak akan pola hidup sehat dan pola makan sehat. Jika tanggungjawab ini tidak dijalankan dengan benar, maka secara langsung ataupun tidak langsung orang tua berkontribusi dalam sakit yang di derita anak.

Pihak berikutnya adalah produsen makanan. Produsen makanan tidak boleh hanya berpegang pada 1 konsep ekonomi kapitalis yaitu meraup untung semata. Tapi harus menstandarkan produk makanannya berasal dari bahan baku yang halal dan tidak berbahaya bagi kesehatan anak. 

Untuk mengontrol dan mengawasi peredaran makanan ini, menjadi tugas negara untuk melaksanakannya. Pemerintah harus rutin, serius dan tidak abai dengan berbagai macam jajanan anak-anak yang diperjual-belikan. Karena negara bertanggungjawab dalam menjamin keamanan makanan yang beredar di masyarakat.

Hidup Sehat Dalam Kedokteran Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam adalah pribadi yang mencerminkan Al Qur'an. Beliau shalallaahu alaihi wa sallam memiliki pola hidup sehat, karena Rasulullah mempraktekkan petunjuk Al Qur'an. Allah Subhaanahu wa ta'ala berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا النَّا سُ كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَ رْضِ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖ وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ۗ اِنَّهٗ لَـكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

"Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu." (QS.  Al-Baqarah 2: Ayat 168)

Dalam ayat tersebut Allah subhaanahu wa ta'ala menyeru semua manusia untuk makan yang halal dan tayyib. Allah Subhaanahu wa ta'ala mengingatkan bahwa setiap yang dihalalkanNya tidak ada mudarat di dalamnya. Dan Allah subhaanahu wa ta'ala juga mengingatkan meski tidak ada mudarat pada makanan yang halal, tapi ketika manusia dalam sistem tubuhnya sudah ada yang eror, makanan yang halal tadi bisa tidak thayyib baginya. 

Maka, Allah subhaanahu wa ta'ala perintahkan kepada semua manusia baik itu muslim atau non muslim untuk mengkonsumsi yang halal dan yang thayyib baginya. Jadi halal menjadi syarat wajib bagi setiap makanan yang akan dikonsumsi manusia. Adapun thayyib menyesuaikan kondisi tubuh manusia tersebut.

Contohnya; ada makanan gula-gula yang itu manis. Makanan ini halal. Tapi tidak thayyib dikonsumsi bagi anak yang obesitas atau punya gejala diabetes melitus.

MasyaAllah, betapa Allah subhaanahu wa ta'ala Maha Rahman sehingga seruannya dalam ayat tersebut untuk semua manusia. Sungguh Allah subhaanahu wa ta'ala menginginkan semua manusia itu sehat, meski mereka mengingkari Allah subhaanahu wa ta'ala sebagai Rabb alam semesta.

Maka sebagai umat Islam, tentunya kita harus taat dengan perintah Allah subhaanahu wa ta'ala tersebut. Pola makan sehat yang halal dan thayyib ini, harus orang tua pahamkan dan terapkan kepada anak-anak. 

Berikutnya, dalam Buku Pintar Sehat Islami Karya dr. M. Ali Toha Assegaf dijelaskan, bahwa penyakit yang menyerang pembuluh darah dan sel-sel darah (seperti diabetes melitus) sebaiknya diobati dengan resep kedokteran Rasulullah yaitu dengan bekam. Lakukan terapi refleksi dan pembekaman 2 Minggu sekali. Adapun bekam basah dilakukan jika gula darah puasa kurang 160 mg/dl. 

Selain melakukan bekam, yang harus dilakukan adalah menjaga asupan makan dan minum, mengendalikan pikiran sehingga tidak kacau sistem hormonnya, puasa Senin-Kamis jika dilakukan rutin akan menghancurkan racun-racun dalam tubuh, olah raga rutin, banyak zikir, konsumsi juz tomat (mengandung likopen) atau juz wortel (mengandung betakaroten) tanpa gula secara berselang-seling atau tambahkan madu untuk meningkatkan kebugaran, mengkonsumsi daging bebas lemak dan ikan berselang-seling,  dan berdoa memohon kesehatan kepada Allah subhaanahu wa ta'ala.

Khatimah

Resep hidup sehat itu sudah ada dalam Al Qur'an dan al Hadits. Bila orang dewasa, orang tua, masyarakat, dan negara keluar dari ketentuan itu, jangan bertanya kenapa anak sakit atau orang dewasa sakit.

Wallaahua'lam bis shawwab.





Rabu, 26 Oktober 2022

Waspada, Gangguan Akal dan Hati!

Seseorang bisa merasakan nikmatnya hidup ketika sehat.

Sehat badan saja tidak cukup untuk merasakan nikmatnya hidup. Sehat jiwanya saja juga tidak cukup merasakan nikmatnya hidup. Jadi dibutuhkan sehat raga dan jiwa agar hidup ini terasa nikmat.

Tapi faktanya tidaklah semua manusia bisa sehat raga dan jiwanya. 

Direktur jenderal kesehatan masyarakat Maria Endang Sumawi menyebutkan bahwa beberapa tahun terakhir ini prosentase masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan mental meningkat. Gangguan mental pada anak usia di bawah 15 tahun dari 12 juta anak (tahun 2013) meningkat menjadi sekitar 20 juta. (https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20221010/4041246/kemenkes-kembangkan-jejaring-pelayanan-kesehatan-jiwa-di-seluruh-fasyankes/)

WHO menyebutkan bahwa ada sekitar 1 milyar penduduk dunia mengalami beberapa bentuk gangguan kesehatan mental. (https://amp.kompas.com/sains/read/2022/06/20/193000823/who--hampir-1-miliar-orang-di-dunia-alami-gangguan-kesehatan-mental)

Dr. Sandarsan Onie pada webinar Hari Kesehatan Jiwa Sedunia menyebutkan tingkat bunuh diri di Indonesia 4 kali lipat dari yang dilaporkan. Sedangkan percobaan bunuh diri 7 kali lipat dari jumlah tersebut. (https://m.liputan6.com/amp/5093293/hari-kesehatan-mental-sedunia-2022-deklarasi-relio-mental-health-untuk-kalahkan-stigma-lewat-pendekatan-agama)

Pengertian Gangguan Kesehatan Mental/Jiwa

Mental didefinisikan kondisi dimana individu memiliki kesejahteraan yang tampak dari dirinya yang mampu menyadari potensi dirinya, memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi dalam kehidupan, mampu bekerja produktif dan menghasilkan, serta mampu memberikan kontribusi pada komunitas. (https://m.merdeka.com/jabar/mengenal-pengertian-mental-kenali-jenis-penyakitnya-kln.html?page=2)

Dari kompas.com (20/6/2022) WHO mendefinisikan gangguan mental sebagai gangguan secara klinis terkait fungsi kognisi, regulasi emosi, atau perilaku seseorang.

Adapun menurut penulis, jiwa adalah ekspresi dari akal dan hati (baca disini). Jiwa ini tidak tampak. Tapi penampakan kondisi kejiwaan seseorang baru diketahui dari ekspresi seseorang yang berfikir normal, beraktivitas normal, ekspresi hati dia yang menampakkan wajah ceria, bahagia maka ia disebut jiwanya normal.  

Jadi kondisi jiwa ini bisa diketahui dari ekspresi yang ditampakan seseorang setelah ia berfikir dengan akal dan hatinya. Karena hatipun juga memiliki potensi untuk berfikir. Dan ekspresi perasaan hati seseorang. 

Adapun antara istilah mental atau jiwa mana yang lebih tepat digunakan, maka menurut penulis yang tepat adalah jiwa. Kata jiwa disebutkan dalam Al Qur'an dengan istilah an nafs. Dalam QS Al Fajr ayat 27 disebutkan kata nafsun mutmainnah (jiwa yang tenang).

يٰۤاَ يَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ 

"Wahai jiwa yang tenang!" (QS. Al-Fajr 89: Ayat 27)

Adapun penggunaan istilah mental dan jiwa ini umumnya dianggap sama. Jadi gangguan kesehatan mental itu sama dengan gangguan kesehatan jiwa.

Dengan pengertian sebagaimana yang penulis definisikan maka gangguan kesehatan jiwa/mental adalah kondisi dimana ada yang sakit pada akalnya dan hatinya. 

Sakit dalam pengertian ada kekeliruan atau masalah dalam proses berfikir seseorang (akal dan hatinya) dan ada kekeliruan dalam penempatan perasaan pada hatinya.

Adapun gangguan mental/jiwa berupa gila maka itu adalah kondisi dimana potensi berfikir pada akal dan hati telah Allah SWT cabut. Sehingga orang gila itu sehat raga tapi potensi akalnya tidak berfungsi. Dan gangguan jiwa dalam konteks gila ini tidak masuk dalam pembahasan ditulisan ini. Bisa dibaca disini.

Macam-Macam Faktor dan Gangguan Kesehatan Jiwa/Mental

Dalam dunia kesehatan disebutkan beberapa jenis gangguan mental. Pertama, anxiety disorders yaitu gangguan kecemasaan saat merespon suatu objek atau situasi tertentu. Kedua, mood disorders atau gangguan afektif atau bipolar disorders yaitu gangguan perubahan perasaan seseorang secara ekstrim/cepat berubah. 

Ketiga, eating disorders yaitu gangguan dimana penderita merasa kelaparan dimanapun dan kapanpun atau tidak selera makan sama sekali. Keempat, personality disorders yaitu gangguan pada cara berfikir yang berbeda dengan masyarakat, sehingga memunculkan sikap anti sosial atau paranoid terhadap lingkungan. Kelima, obsessive compulsive disorders yaitu sikap berlebihan terhadap suatu hal. Misal takut yang berlebihan terhadap kuman menyebabkan sipenderita terus menerus cuci tangan atau lainnya. 

Keenam, post traumatic stress disorders yaitu gangguan disebabkan pengalaman atau kenangan yang menakutkan di masa lalu. Ketujuh, impulse control and addition disorders yaitu penyakit mental berupa kecanduan terhadap sesuatu, seperti kleptomania (suka mencuri), dan gangguan kesehatan mental lainnya. (https://m.merdeka.com/jabar/mengenal-pengertian-mental-kenali-jenis-penyakitnya-kln.html?page=3)

Adapun menurut penulis berdasarkan definisi jiwa yang dibuat penulis, maka ada 2 faktor penyebab gangguan kesehatan jiwa/mental seseorang.

Pertama, gangguan internal yaitu berasal dari dalam diri orang tersebut. Gangguan internal ini adalah nafsu. Nafsu inilah yang mempengaruhi akal dan hati. Nafsu yang sifat asalnya mengajak pada keburukan maka ia akan mempengaruhi akal untuk berfikir yang buruk, jahat, negatif. Nafsu mempengaruhi hati untuk memiliki perasaan marah, takut, dengki, benci, sombong, minder. 

Ketika nafsu berhasil  mempengaruhi akal dan hati maka memunculkan ekspresi sikap manusia seperti cemas tidak tawakal kepada Allah SWT, ketidaktenangan hati sehingga emosi/perasaannya mudah berubah, terlalu rakus pada sesuatu, kepribadian yang tidak jelas (ketaatan dan kemaksiatan dijalani).

Gangguan internal berikutnya yang mempengaruhi kesehatan jiwa/mental adalah ma'lumat (informasi) yang tersimpan dalam otak. Informasi yang tersimpan di dalam otak ini akan mengeksekusi setiap fakta yang diindera manusia. Ketika informasi yang tersimpan dalam otak seseorang itu adalah hal yang benar, baik, dan menyenangkan, maka akan menghasilkan persepsi yang baik. Sebaliknya ketika ma'lumat yang tersimpan dalam otak seseorang itu berkaitan hal-hal yang menakutkan, horor, maka akan memunculkan perilaku ketakutan, trauma dan sejenisnya. 

Kedua, gangguan eksternal yaitu gangguan dari luar diri manusia. Gangguan eksternal ini meliputi setan, manusia lainnya (masyarakat/lingkungan) dan sistem kehidupan. 

Setan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi akal dan hati manusia. Dengan bisikannya syetan bisa menyesatkan pikiran manusia. Dengan bisikannya syetan bisa mengubah situasi perasaan manusia.

اَلشَّيْطٰنُ يَعِدُكُمُ الْـفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِا لْفَحْشَآءِ ۚ وَا للّٰهُ يَعِدُكُمْ مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَا للّٰهُ وَا سِعٌ عَلِيْمٌ 

"Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir), sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan karunia-Nya kepadamu. Dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui."(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 268)

Teman, masyarakat dan lingkungan bisa mewarnai cara berfikir dan suasana hati seseorang. Ketika masyarakat punya pemikiran tertentu tentang suatu hal (seperti adat), dan seseorang juga memiliki pemikiran sendiri terhadap hal tersebut, maka seseorang ini bisa terwarnai atau dirinya mewarnai masyarakat. Disinilah yang bisa memunculkan masalah mental dalam bersosialisasi. 

Berikutnya sistem kehidupan yang diterapkan suatu negara memiliki pengaruh besar terhadap akal dan hati seseorang. Sistem kehidupan yang sekuler, liberal, akan membentuk pola berfikir yang bebas, menjauhi agama, dan perasaan hati yang cenderung pada nafsu. Makanya wajar jika di sistem saat ini (sekulerisme-kapitalisme) banyak orang mengalami gangguan mental/jiwa.

Menyelesaikan Gangguan Kesehatan Mental/Jiwa

Menyelesaikan gangguan kesehatan mental adalah dengan membereskan faktor penyebab dari gangguan tersebut.

Pertama, mengendalikan nafsu pada diri manusia. Nafsu sebagai bawaan penciptaan tidak dapat dihapus dari manusia. Namun nafsu ini bisa di kendalikan. Pengendali dari nafsu ini adalah iman, sikap muraqqabatullah (merasa selalu diawasi Allah SWT), tadarus Al Qur'an, ibadah, zikir dan menjalankan amal shalih lainnya. 

اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَ لَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ 

"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."(QS. Ar-Ra'd 13: Ayat 28)

Terapi dengan peningkatan iman dan takwa inilah yang akan menjinakkan nafsu. Sehingga bisa terbentuk an nafsu al mutmainnah (jiwa yang tenang). Jiwa yang tenang ini akan mempengaruhi akal untuk berfikir dengan benar, positif (husnudzan). Berfikir dengan benar ini akan mengalirkan energi keseluruh tubuh untuk menjadi individu yang taat pada Rabbnya, aktif, produktif dan bermanfaat bagi umat. 

Kedua, menuntut ilmu  yang benar sehingga informasi/ma'lumat/pengetahuan yang masuk ke dalam otak adalah informasi/ma'lumat/pengetahuan yang benar. Ilmu yang pasti benar adalah ilmu agama. Maka seorang muslim agar tidak terkena gangguan jiwa/mental teruslah menuntut ilmu agama disepanjang hidup. Ilmu agama inilah yang akan memberikan pedoman hidup yang benar dan Islam memberikan solusi dari seluruh problem kehidupan.

Ketiga, melawan bisikan/gangguan setan. Setan menginginkan manusia itu rusak. Sehingga kejiwaan/mental manusia pun ikut dirusak syetan. Dimunculkan rasa was-was, takut, cemas, rakus, berprasangka buruk pada diri dan orang lain dan lainnya. Dan semua itu akan digelayutkan syetan pada akal dan hati manusia. Melawan syetan  dengan memohon perlindungan kepada Allah SWT, meningkatkan iman dan ketaatan/ketakwaan.

اِنَّهٗ لَـيْسَ لَهٗ سُلْطٰنٌ عَلَى الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ

"Sungguh, setan itu tidak akan berpengaruh terhadap orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhan." (QS. An-Nahl 16: Ayat 99)

Keempat, mengambil yang positif dari masyarakat/lingkungan, menjadi bagian dari masyarakat dan bukan menciptakan komunitas yang terpisah dari masyarakat. Gangguan mental kesulitan bersosialisasi bisa diatasi dengan melakukan tindakan bersosialisasi. Bersosialisasi bukan bermakna tiap waktu harus berkumpul dengan masyarakat akan tetapi berinteraksi dengan mereka sesuai kebutuhan/keperluan, hadir dalam kegiatan yang melibatkan masyarakat, bertegur sapa saat bertemu dan lain-lainnya.

وَاِ نْ تُطِعْ اَكْثَرَ مَنْ فِى الْاَ رْضِ يُضِلُّوْكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ اِنْ يَّتَّبِعُوْنَ اِلَّا الظَّنَّ وَاِ نْ هُمْ اِلَّا يَخْرُصُوْنَ

"Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanya persangkaan belaka dan mereka hanyalah membuat kebohongan."(QS. Al-An'am 6: Ayat 116)

Kelima, perubahan sistem kehidupan dari yang menyebabkan manusia jauh dari agama, jauh dari Rabbnya beralih pada sistem yang menjadikan manusia dekat dengan Rabbnya, taat menjalankan agamanya. Sehingga Allah SWT meridhoi hambaNya dan hambaNya pun menjadi hamba yang ridho dengan Rabbnya. Dan sistem yang benar ini adalah sistem Islam. 

Khatimah

Kesehatan mental/jiwa memang harus dijaga. Jika penjagaannya diserahkan keindividu semata maka tidak semua individu mampu untuk itu. Tapi jika didukung oleh masyarakat dan negara yang menerapkan sistem Islam, itu akan terjaga kesehatan raga dan jiwa, bukan hanya pada individu tertentu saja, tapi untuk seluruh umat manusia, InshaAllah.

Wallahua'lam bis showab.








   




Selasa, 04 Oktober 2022

Menjadi Manusia Normal Tanpa Stunting

Manusia kerdil bisa jadi sudah jarang ditemukan di Trenggalek. Tapi, data menyebutkan bahwa hingga 2019 masih ada 4.957 anak stunting di kota ini. (https://www.koranmemo.com/daerah/amp/pr-1923049084/turunkan-angka-stunting-trenggalek-fokus-pada-sisi-lingkungan-hingga-rumah-tangga)

Adapun skala nasional sebagaimana disebutkan oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional bahwa angka stunting di Indonesia di angka 24,4 % dari 23 juta balita. Jika dibulatkan sekitar 6 jutaan balita dengan status stunting. (https://www.detik.com/jateng/berita/d-5963721/angka-stunting-di-indonesia-244-bkkbn-melebihi-standar-who/amp)

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang ditandai dengan tubuh pendek.

Anak-anak balita ini bila dibiarkan stunting maka dimasa dewasanya tidak senormal lainnya. Untuk itulah pemerintah Indonesia berjuang untuk mengatasi stunting ini. 

Ketika Stunting Tidak Diatasi

Dari kajian beberapa sumber disebutkan bahwa stunting ini memiliki efek buruk bagi pribadi anak saat ini dan dimasa dewasanya. Berefek buruk pula pada pembangunan manusia Indonesia. Dan juga berefek negatif pada APBN Indonesia. 

Efek buruk bagi pribadi anak akan mereka rasakan saat mereka mulai bisa berfikir. Disaat balita, belum muncul sifat malu, mereka santai saja. Tapi ketika sudah bisa membandingkan, mereka akan minder dari teman-temannya. 

Bahkan menurut Grantham Mc Gregor dan Baker Henningham stunting bisa mempengaruhi tingkat kognitif anak, kapasitas belajar di sekolah, prestasi, upah kerja saat dewasa, beresiko terkena penyakit seperti diabetes dan lainnya. (https://feb.ub.ac.id/id/polemik-stunting-dan-pembangunan.html)

Perkembangan balita yang demikian, tentu berpengaruh tidak baik bagi masa depan keluarga dan bangsa. Enam jutaan anak bila dibiarkan stunting, akan mengurangi kontribusi mereka pada keluarganya dan juga kontribusi mereka pada bangsa Indonesia. 

Keterbatasan secara fisik, kognitif, psikis inilah yang menjadikan para penderita stunting diusia dewasanya kurang produktif dan lemah dalam bersaing. Produktivitas ekonomi yang rendah inilah yang menjadikan stunting disebut mengakibatkan kerugian ekonomi sebesar 2-3 % dari produk domestik bruto pertahunnya. Prosentase segitu jika dikalkulasikan sekitar 260-390 triliun pertahun (https://feb.ub.ac.id/id/polemik-stunting-dan-pembangunan.html)

Tentu nominal yang lumayan jika itu masuk ke dalam APBN. 

Itulah diantara dampak negatif stunting yang mengharuskan negara ini tidak berpedoman pada ketentuan WHO. Dimana WHO menetapkan bahwa  masalah kesehatan masyarakat dianggap kronis jika prevalensi stunting di atas 20%. 

Seharusnya, sudah cukup untuk dikatakan kronis jika di dalam negara ada stunting, berapapun angkanya. Mengapa? Karena stunting bukan faktor kesehatan yang pokok mendasarinya, akan tetapi faktor gizi (makanan pokok). 

Negara seperti Indonesia adalah negara subur, menanam singkong bisa tumbuh subur hingga menghasilkan ketela. Daunnyapun bisa dimasak. Menanam padipun juga mudah.  Demikian pula dengan tanaman lainnya. Kalau kemudian terjadi krisis bahan makan pokok di negara ini, itu janggal. Jika ada rakyat hingga tidak tercukupi kebutuhan makannya, ada yang tidak tepat dalam  pengurusan mereka secara pribadi dan juga peran negara. 

Dengan demikian, masalah stunting ini berawal dari adanya kebutuhan pokok (makan) di masyarakat yang tidak terpenuhi. Dan kondisi ini akan terus ada selama sistem kapitalisme yang diterapkan. Karena sistem kapitalisme tidak memberikan jaminan per individu atas terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat.

Pembahasan ini diluar kasus stunting karena faktor genetik. Adapun stunting karena genetik, dicukupi gizi seperti apapun ia tetap kerdil, sudah dipilih Al Khaliq untuk menjadi kerdil. Dan untuk kasus stunting genetik ini, negara tidak ikut andil. Tapi bertanggungjawab untuk mensejahterakan mereka.

Mengatasi Stunting Menggandeng Asing

BKKBN telah menggandeng swasta dan asing dalam menurunkan angka prevalensi stunting di negara ini.

Diantara lembaga tersebut adalah Tanoto Foundation, PT Amman Mineral Nusa Tenggara, Yayasan Bakti Barito, PT BCA Tbk, dan Amerika Serikat yaitu USAID ( https://www.detik.com/jateng/berita/d-5963721/angka-stunting-di-indonesia-244-bkkbn-melebihi-standar-who/amp)

Memang negara harus serius mengatasi stunting. Negara melalui lembaganya hingga perangkat desanya telah mengenggam nama-nama anak dengan stunting. Jika stunting karena faktor kebutuhan pokok/makan/gizi yang tidak terpenuhi maka bisa dipastikan mereka masuk daftar keluarga miskin. Sehingga menyatukan data keluarga miskin dengan anak pengidap stunting bisa mudah di lakukan.

Dengan glontoran dana dari APBN, APBD, APBDesa dan semua perangkat / SDM pemerintahan, mengapa masih menggait swasta dan asing? 

Seharusnya hal ini tidak dilakukan. Karena persoalan stunting ini (diluar stunting genetik) bukan persoalan teramat sulit diatasi. Tinggal keseriusan kerja dari semua pihak terkait untuk mendata secara rutin, memberikan pendidikan gizi, stunting dan pola hidup sehat, pengawasan yang kontinyu dan memecahkan faktor penyebab utamanya yaitu terjaminnya kebutuhan pokok (makan) rakyat. 

Jadi, tanpa swasta dan asing seharusnya pemerintah bisa mengatasi stunting ini.

Menjalin kerjasama dengan swasta dan asing bisa membuka celah lepas tanggungjawab negara dengan diserahkannya kepada swasta dan asing. Lebih dari itu, kerjasama dengan asing dalam menyelesaikan masalah yang itu faktor penyebabnya tidak terkait dengan negara asing, malah menunjukkan kelemahan bangsa ini. Ketakberdayaannya dan melemahkan kualitas SDM negara ini dalam mengatasi persoalan teknis stunting.

Keterlibatan AS khususnya melalui USAID menunjukkan betapa negara AS memiliki power di negara berkembang. Sehingga mereka bisa mudah meraih hati pemerintah untuk terlibat dalam penyelesaian problem internal bangsa ini. Padahal data hingga Desember 2021 diseluruh wilayah AS masih ada sekitar 6 jutaan anak stunting. (https://www.antaranews.com/infografik/2615789/prevalensi-dan-jumlah-balita-stunting-di-dunia) 

Selain dari hal itu, bahwasannya, dipertimbangkannya posisi suatu negara dimata dunia, salah satunya ditentukan oleh kemandirian bangsa itu dalam membangun dan menyelesaikan masalah bangsanya. Bukan banyaknya melibatkan asing atau swasta. 

Manusia Normal Dimata Islam

Pencegahan stunting adalah bagian untuk mewujudkan manusia Indonesia yang normal. Nah, manusia normal itu yang seperti apa?.

Dalam prespektif penulis, manusia normal adalah manusia yang secara fisik sehat. Akalnya berfungsi dengan baik, tidak hilang potensinya untuk berfikir. Hatinya hidup bisa untuk berfikir atau perasaan. Dan memahami dirinya sebagai makhluk memiliki kewajiban kepada Tuhannya -Allah SWT-, dirinya dan sesamanya. 

Allah SWT dalam banyak ayatnya menyebut ulul albab yaitu orang yang berakal, orang yang berfikir, berakal sehat. Sebagaimana dalam ayat berikut;

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

قُلْ لَّا يَسْتَوِى الْخَبِيْثُ وَا لطَّيِّبُ وَلَوْ اَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيْثِ ۚ فَا تَّقُوا اللّٰهَ يٰۤاُ ولِى الْاَ لْبَا بِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

"Katakanlah (Muhammad), "Tidaklah sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya keburukan itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat, agar kamu beruntung." (QS Al-Ma'idah 5: Ayat 100)

Manusia normal dalam pandangan Islam adalah ditandai dengan berfungsi akal mereka dengan benar. Akal digunakan untuk berfikir sehingga manusia memahami peran ia sebagai khalifatullah di bumi. Untuk itulah beban hukum -taklif hukum- syara' dalam Islam dimulai sejak manusia baligh. Dan dibebaskan dari beban hukum bagi mereka yang baligh tapi tidak berakal (hilang potensi akalnya/gila). 

Meskipun hanya dari satu indikator bahwa manusia normal adalah yang berakal sehat, tidak bermakna stunting (kerdil) tidak dipandang masalah dalam Islam.

Sistem pengaturan kesejahteraan dalam Islam mewajibkan negara untuk menjamin setiap rakyatnya tercukupi kebutuhan pokoknya (sandang, pangan dan papan). Jika ada rakyatnya stunting (diluar faktor genetik) maka menjadi evaluasi atas penjaminan kebutuhan pokok (makan) oleh negara. 

Penjaminan negara atas kebutuhan pokok -makan- rakyatnya juga bentuk penjaminan negara kepada rakyatnya agar tercukupi gizinya sehingga bisa tumbuh dan berkembang secara normal fisiknya, sehat akalnya. Dengan akal sehat maka seseorang akan produktif didunia, punya kontribusi pada umat dan tentunya dengan akal sehat pula seseorang bisa memahami hakikat dirinya sebagai hamba Allah SWT yang mengharuskan ia bertakwa dan berakhlaq mulia.

Dengan mekanisme yang demikian, dalam sistem Islam bisa zero stunting yang disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan makanan (gizi dan nutrisi).

Khatimah

Stunting memang masalah, tapi manusia dengan lemah akal itu jauh lebih masalah.

Sehatkan akalnya, sehatlah fisiknya. Rusak akalnya, rusak moral manusia. 

Islamlah sistem yang jika diterapkan secara kaffah dan benar bisa mewujudkan manusia yang normal -sehat fisik, akal dan hatinya-, selamat di dunia dan di akhirat, bi idznillah.

Wallahua'lam bis showab.





 

Selasa, 26 Juli 2022

Jalan Haram Memanggil Malaikat Maut

Akal anugerah istimewa dari Allah SWT. Dan hanya manusia yang dikarunia akal. Malaikat tidak, setanpun tidak. Maka manusia harus bersyukur atas karunia akal. Dan menggunakan akalnya untuk berfikir dengan benar.

Bunuh Diri Adalah Putusan Diluar Normal

Mendengar berita  mahasiswa bunuh diri, ataupun bunuh diri-bunuh diri lainya, membuat kita miris dan berlindung kepada Allah SWT dari perbuatan diluar normal tersebut. Na'udzubillahi min dzalik. 

Berikut diantara kasus bunuh diri kalangan pemuda/i periode Juni-Juli 2022. Seorang perempuan dikabarkan meninggal dunia diduga bunuh diri seperti nadzarnya jika tidak lulus ujian masuk perguruan tinggi negeri.   (https://amp.suara.com/news/2022/07/13/141936/tidak-untuk-ditiru-tak-lolos-masuk-ptn-perempuan-ini-bunuh-diri-diduga-untuk-menepati-nazar).

Berikutnya, seorang mahasiswa asal Kalimantan Tengah ditemukan bunuh diri di kamar kosnya di Babakan Jeruk Bandung (https://prfmnews.pikiran-rakyat.com/citizen-report/amp/pr-134627392/mahasiswa-ditemukan-bunuh-diri-di-kamar-kos-di-babakan-jeruk-bandung).

Bunuh diri adalah keputusan akal diluar normal. Karena normalnya manusia tidak akan menghabisi dirinya sendiri. Di dunia binatang saja, yang ia tidak dikarunia akal, belum pernah terdengar cerita hewan bunuh diri. Dengan demikian, bunuh diri seharusnya sangat tidak boleh terjadi pada manusia yang ber-akal.

Berfikirnya manusia memang tidak semata dengan akal. Ada hati yang juga diberi potensi berfikir oleh Allah SWT. Hati juga tempatnya gunjangan kejiwaan seseorang. 

Ketika seseorang menghadapi masalah, maka akal dan hatinya akan bereaksi. Akal dan hati yang menyatu akan menunjukkan reaksi yang sama. Dan ini bisa refleks, buah dari akal dan hati yang ditempa dengan informasi yang sama.

Sebagai contoh; seseorang yang menggunakan akalnya untuk memikirkan ayat-ayat Allah SWT, baik yang qauliyah maupun qauniyah akan menjadikan otaknya menyimpan informasi sebagaimana petunjuk Al Qur'an. Sehingga ketika inderanya menangkap fakta (masalah) akalnya dengan mudah mengingat pesan dari Al Qur'an.

Dan hati yang senantiasa diajak taqarub ilallah, akan mudah menerima segala kondisi yang ia hadapi. Hal ini  juga pengaruh dari aktivitas tadabbur dan tafakkur yang dilakukan akal. 

Orang-orang yang demikian inilah, yang akal dan hati satu irama. Dan jenis iramanya benar atau salah tergantung dengan apa ia tempa akal dan hatinya tersebut. Dengan ajaran Islam ataukah lainnya. 

Tipe berikutnya adalah akal dan hati yang tidak menyatu. Tipe inilah yang berpotensi menghasilkan aksi yang diluar normal. 

Contohnya; seorang muslim pasti menempa ilmu agama. Ilmu agama yang dipelajarinya menjadi ma'lumat yang tersimpan di dalam otaknya. Secara akal, seorang muslim menerima semua ilmu agama yang ia pelajari. Tapi, untuk menerapkannya, tidak jarang masih ada yang enggan, berat, malas atau bahkan tidak mau. 

Putusan enggan, berat, malas hingga tidak mau mengamalkan sebagaimana ilmu agama yang ia pelajari adalah bagian dari putusan hati. Karena hati letak kejiwaan seseorang ini menentukan pemenuhan atas kebutuhan dan kemauan seseorang. Makanya letaknya niat ada di dalam hati.

Enggan, malas, menolak taat pada ketentuan syariah buah hati yang lalai dari dzikrullah.

Kondisi hati yang lalai, akan mudah dimasuki bisikan setan. Dan setiap bisikan setan tidak ada yang mengajak kepada kebenaran. Sebagaimana janji setan sendiri yang disebutkan dalam Al Qur'an.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

قَا لَ فَبِمَاۤ اَغْوَيْتَنِيْ لَاَ قْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَا طَكَ الْمُسْتَقِيْمَ 

"(Iblis) menjawab, "Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus,"(QS. Al-A'raf 7: Ayat 16)

ثُمَّ لَاٰ تِيَنَّهُمْ مِّنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ اَيْمَا نِهِمْ وَعَنْ شَمَآئِلِهِمْ ۗ وَلَا تَجِدُ اَكْثَرَهُمْ شٰكِرِيْنَ

"Kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 17

Itulah janji setan yang disampaikan langsung dihadapan Allah SWT. Bahwa ia -setan- akan menghalangi manusia dari mentaati Allah SWT hingga hari kiamat. 

Oleh karena itulah, Allah SWT menyebut setan adalah musuh bagi manusia. 

 وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ۗ اِنَّهٗ لَـكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

"... dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 168)

Akhirnya, orang-orang yang akal dan hatinya tidak menyatu ini, ketika menghadapi fakta masalah, putusan solusi yang diambil bisa dipengaruhi setan sehingga berbeda dari petunjuk agama yang dipahami akalnya. Contohnya adalah keputusan bunuh diri. 

Bunuh diri adalah putusan yang abnormal, menyalahi  agama, menyalahi akal dan hati yang benar.

Dan dalam kehidupan yang sekuler seperti saat ini, banyak dijumpai orang-orang yang akal dan hatinya tidak menyatu sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT. Karena sistem sekuler memisahkan urusan agama dari kehidupan. Pemisahan ini  mengakibatkan seseorang ketika menghadapi persoalan kehidupan, akan  menempuh solusi yang keluar dari ajaran Islam, semisal bunuh diri. 

Agar Tidak Ada Lagi Bunuh Diri

Allah SWT berfirman; 

 ۗ وَلَا تَقْتُلُوْۤا اَنْـفُسَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَا نَ بِكُمْ رَحِيْمًا

"... Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 29)

Bunuh diri haram dilakukan. Allah SWT melarang perbuatan tersebut. Sehingga segala jalan yang bisa menghantarkan kepada bunuh diri harus ditutup. Berikut kiat yang bisa dilakukan agar kita tidak terbersit untuk mengakhiri hidup dengan tangan sendiri.

Pertama, tips untuk individu muslim adalah membuat benteng pada dirinya dengan senantiasa tholabul ilmi, tafaqquh fid dien. Menempa akal dan hatinya dengan ilmu Islam. Beribadah dengan sepenuh kesadaran dalam beribadah (khusyuk) dan istiqamah. Ibadah yang khusyuk ini akan menyehatkan akal, membentuk qalbun salim dan jiwa yang mutmainnah. 

Mengamalkan yang fardhu dan berusaha menambah yang sunnah. Bergaul dengan orang-orang shalih. Orang shalih shalihah akan mengajak pada yang ma'ruf mencegah dari yang munkar dan selalu hadir baik dikala suka dan duka. 

Berikutnya, tilawah Al Qur'an. Ada masalah ataupun tidak ada masalah tetap membaca Al Qur'an setiap hari dan sempatkanlah membaca terjemah dari ayat Al Qur'an yang telah dibaca agar kita mengetahui arti dari ayat yang kita baca. Dan terus berdoa mohon perlindungan kepada Allah SWT dari godaan setan yang terkutuk.

Tips selanjutnya untuk individu muslim adalah menyadari bahwa Allah SWT tidak menuntut manusia untuk hal yang ia tidak kuasai. Tapi Allah SWT menuntut atas perbuatan yang telah dilakukannya. Sehingga Allah SWT memerintahkan kita untuk berilmu/berfikir sebelum berbuat (QS. Al Isra'; 36)

Ketika seseorang gagal melakukan sesuatu atau dihadapkan pada masalah maka fokuslah pada apa yang diminta Allah SWT dalam menghadapi masalah tersebut.  Jangan fokus pada kemauan diri karena hal itu menyebabkan perasaan tertekan, tidak ridho dengan kegagalan itu. Atau jangan fokus apa yang dimaui atau penilaian manusia. Karena itu menjadikan kita tidak percaya diri atas kegagalan. Tapi fokuslah pada apa yang diinginkan Allah SWT saat masalah atau kegagalan itu menimpa diri kita.

Pemahaman inilah yang akan menetralisir racun depresi, patah semangat ataupun perilaku negatif lainnya. 

Inilah diantara tips yang bisa dilakukan individu untuk membentengi diri dari bunuh diri dan perbuatan keliru lainnya.

Kedua, tips skala sistem. Faktor pendorong bunuh diri umumnya karena adanya masalah. Hampir tidak ada cerita orang bunuh diri tanpa latar belakang masalah. 

Bisa masalah ekonomi, sosial, pendidikan, gaya hidup dan lainnya. Masalah-masalah ini tidak bisa dikatakan masalah karena faktor pribadi seseorang. Malah masalah-masalah ini muncul berkesinambungan karena buah penerapan sistem yang keliru oleh negara. 

Sistem yang keliru itu adalah sistem sekuler- kapitalisme. Sistem ini membentuk pola berfikir dunia oriented, materi sebagai tujuan, memisahkan agama dari kehidupan, penerapan liberalisme diberbagai bidang, memisahkan akal dan hati untuk bertakwa kepada Allah SWT. Sistem yang demikian ini tidak sesuai fitrahnya manusia. Maka wajar jika di sistem ini banyak orang depresi, stres, gila.

Meninggalakan kapitalisme dan menggantinya dengan  sistem yang tidak memisahkan agama dari kehidupan, sistem yang memberikan kedaulatan ditangan asy syari', sistem yang membentuk pribadi beriman dan bertakwa, sistem yang menyatukan akal dan hati untuk tunduk kepada Allah SWT, sistem yang menyuburkan yang ma'ruf dan menumpas kemunkaran, sistem yang tidak meliberalkan di segala bidang adalah keharusan. Inilah sistem Islam. Sistem yang bersumber dari Allah SWT. Sistem Islam ini akan tegak ketika umat Islam kaffah dalam menjalankan seluruh syariahNya. 

Allah SWT berfirman;

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ کَآ فَّةً ۖ وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ۗ اِنَّهٗ لَـکُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 208)

Khatimah

Bunuh diri bukan perintah Allah SWT. Tapi bujukan setan dan dikondisikan oleh sistem sekuler yang liberal. Jika berjumpa dengan Allah SWT adalah akhir perjalanan manusia, lantas berjumpakah orang yang bunuh diri dengan Rabbnya? Menikmatikah ia kenikmatan surga firdausNya? Padahal akhirat adalah kehidupan yang kekal. Mari berlindung kepada Allah SWT dari putusan diluar normal ini.  

Wallahua'lam bis showwab   


Jumat, 13 Mei 2022

LGBT Penyimpangan Berfikir Tentang Pelampiasan Seksual

LGBT diperbincangkan publik. Momentnya mengambil unggahan podcast Dedy Corbuzier yang berisi diskusi Dedy Corbuzier dengan pasangan gay. Satu laki-laki dari Indonesia, satunya laki-laki dari Jerman. Dua laki-laki ini menikah di Jerman, disana LGBT legal. 

Bagaimana perasaan dan pikiran kita saat mendengar pernikahan sesama jenis ini? Jawaban atas pertanyaan ini bisa menjadi identitas keimanan, kemanusiaan dan kenormalan kita sebagai manusia.

LGBT, Penyimpangan Berfikir

Manusia dari penciptaan pertamanya yakni Nabi Adam As hingga manusia terakhir yang dicipta Allah SWT, dikarunia potensi yang sama. Termasuk manusia yang hidup saat ini. 

Syekh Taqiyuddin an Nabhani menyebutkan ada 3 potensi yang ada pada manusia yaitu akal, naluri (naluri beragama, naluri melestarikan jenis, naluri mempertahankan diri) dan kebutuhan jasmani. 

Perilaku manusia dari dahulu hingga sekarang adalah sama, yaitu hidup untuk memenuhi potensinya tersebut. 

Akal, adalah potensi berfikir. Dalam Al Qur'an orang yang mau berfikir  disebut dengan ulul albab (QS. Ali Imran: 90-91). Orang yang berfikir akan bertindak dan berbicara sesuai dengan hasil berfikirnya. 

Kalau manusia sudah tidak berfikir lagi atau hilang potensi akalnya sedang badannya masih sehat, nyawanya masih ada, maka ia disebut dengan orang gila/hilang akal.

Dengan demikian, seseorang melakukan LGBT itu sesuai hasil berfikirnya. Artinya, hasil berfikirnya orang tersebut menyatakan LGBT itu boleh. 

Bagaimana orang tersebut bisa sampai pada hasil berfikir yang demikian? 

Orang bisa berfikir itu bila ada fakta -objek- yang dipikirkan, informasi atas  hal yang dipikirkan/diinderanya itu. Dan Informasi tersebut bisa berupa ilmu pengetahuan, berita, info berkaitan hal yang dipikirkan tersebut. Informasi-informasi ini kemudian terserap dan tersimpan di dalam otak.  

Ketika seseorang dalam dirinya muncul muyul -kecenderungan- pada sesama jenis, akal dia akan berfikir. Hatinya akan merenung. Nafsunya akan berbicara. Karena setiap perkara yang keluar dari fitrahnya itu akan meresahkan.

Saat informasi-informasi di dalam otak yang tersimpan adalah pengetahuan bahwa LGBT itu boleh, LGBT bagian dari HAM, rekaman hasil melihat video LGBT, berita pro LGBT, sedangkan pengetahuan agama tentang haramnya LGBT  tidak ada di otaknya -karena tidak mau mencari tahu atau pura-pura melupakan agama- maka pada saat itu dalam diri seseorang akan bergejolak. Pemikiran, perasaan, nafsu, bertempur. Hasil dari proses berpikirnya adalah pemikiran yang terealisasi dalam tindakan yang dilakukannya. 

Jadi, penyimpangan yang terjadi pada pelaku LGBT adalah penyimpangan dalam berfikir orang tersebut tentang pelampiasan seksual.  

Seseorang melampiaskan seksualnya atau tidak, itu pilihan. Seseorang melampiaskan seksualnya pada lawan jenis atau sesama jenis, itu pilihan. Seseorang melampiaskan seksualnya melalui pernikahan yang sah atau tidak, itu pilihan. Pilihan itu jatuh pada yang mana, ditentukan berfikirnya orang tersebut. 

Selama ia berfikir ada faktor selain informasi yang tersimpan di dalam otak yang mempengaruhi keputusannya. Yaitu faktor iman, nafsu dan bisikan syetan. Jika iman yang menang maka keputusannya akan benar. Adapun jika nafsu dan bisikan syetan yang menang, maka keputusan yang dihasilkan salah. Dan inilah yang terjadi pada pelaku LGBT. 

Mengatasi LGBT

LGBT itu perilaku keluar fitrah, buah dari penyimpangan berfikir. Sebagaimana pemikiran yang bisa ditularkan kepada yang lainnya, demikian pula LGBT ini. Misalkan ada satu pelaku LGBT disuatu kota, ia bisa menularkan ke seantero jagad. Entah bermedia medsos ataupun lainnya. Buktinya, fakta LGBT saat ini yang telah mendunia.

Dengan demikian, mengatasi LGBT tidak cukup individu. Dibutuhkan kerjasama semua pihak dari level individu, keluarga, masyarakat, negara hingga sistem kehidupan.

Pertama, Individu. Individu harus sadar diri. Bahwa ia adalah makhluk. Makhluk berarti akan mati. Dan ada pencipta yang menciptakannya. Kesadaran ini adalah hal pertama yang harus dimiliki individu. 

Kasus kaum Nabi Luth yang juga berperilaku LGBT adalah buah kesombongannya yang tidak mau mengakui adanya Al Khaliq -Allah SWT-. Sehingga mereka berbuat semaunya. Pun demikian juga dengan manusia saat ini. Hanya saja, saat ini menggunakan istilah HAM, kekebebasan. Inilah ajaran yang menjadikan manusia sombong tidak mau taat pada Allah SWT. Maunya bebas, seolah dunia dan seisinya diciptakan manusia. Astagfirullah.

Kedua, Keluarga. Fungsi keluarga sebagai tempat tarbiyah/ pendidikan pertama dan utama, membentuk generasi shalih shalihah harus diwujudkan para orang tua. Anak cerminan orang tuanya. Mau hasil cerminan yang lebih baik atau lebih buruk, ditentukan keseriusan orang tua dalam membina, mendidik anak-anaknya. 

Sejak kecil anak harus diajarkan ajaran yang benar. Sehingga anak paham, kalau laki-laki harus berperilaku seperti laki-laki, kalau perempuan ya berperilaku sebagai perempuan. Sehingga tidak menyimpang cara berfikirnya, dan benarlah seluruh pemenuhan naluri dan hajat hidupnya.

Ketiga, masyarakat. Ada banyak hal yang bisa dilakukan masyarakat. Dari amar ma'ruf nahi munkar akan haramnya LGBT, hingga muhasabah kepada penguasa agar membuat kebijakan akan haramnya LGBT dan tindakan tegas kepada pelakunya.

Keempat, negara. Dengan kekuasaan negara memiliki power untuk memberantas LGBT. Banyak tokoh telah memberikan masukan atas persoalan LGBT. Pemerintah harusnya segera merespon. Dan tidak membiarkan kasus LGBT ini mengular panjang tanpa kejelasan hukum di negara yang berhukum. Hal yang harus tidak dilupakan, bahwa pemerintah memiliki tanggungjawab untuk menyelamatkan rakyatnya dari siksa di akhirat.

Kelima, sistem kehidupan. Adanya 31 negara yang melegalkan LGBT (suara.com, 10/5/2022) menunjukkan bahwa sistem kehidupan saat ini adalah sekuler-kapitalisme. Yaitu sistem yang memberikan kebebasan seluas-luasnya bagi individu untuk berperilaku. Sistem yang demikian tentunya tidak benar. 

Maka, agar LGBT dan kerusakan lainnya tidak terjadi maka sistem kehidupan ini harus diganti. Diganti dengan sistem kehidupan yang mendatangkan berkah dan rahmat (QS: Al A'raf: 96). Itulah sistem Islam. Sistem yang menjadikan manusia berfungsi sebagaimana tujuan penciptaannya manusia (QS. Az Zariyat: 56). Sistem yang memanusiakan manusia, melindungi manusia dari kesesatan yang lebih sesat dari binatang (QS: Al A'raf: 179). Biidznillah. 

Khatimah

Dunia memang tidak akan kosong dari kekeliruan. Manusia sudah di nashkan sebagai insan tempat salah dan lupa. Tapi ada Islam yang telah diturunkan sang pencipta alam semesta beserta isinya -Allah SWT- sebagai dien/agama. Jadi, jangan teruskan kekeliruan berfikir kalian wahai kaum LGBT. Taubatlah, pelajarilah dinul Islam. Jadilah pemenang dengan meninggalkan LGBT. 

Wallahua'lam bis showwab.

 



Sabtu, 26 Februari 2022

Belum Dibuktikan, Sudah Terbit Regulasi

Menjadikan rakyat melaksanakan kebijakan pemerintah dengan senjata regulasi yang mengandung ancaman ketiadaan layanan publik jika tidak mengikuti kebijakan tersebut, bisa menjadi indikator kediktatoran. Seolah negara berdagang dengan rakyatnya.

Seperti salah satu kebijakan yang ramai dibicarakan masyarakat. Dikutip dari kompas.com, pada 6 Januari 2022 Presiden Joko Widodo meneken Inpres No 1 Tahun 2022. Dalam instruksi tersebut mengintruksikan kepada 30 kementerian dan lembaga untuk menyukseskan program BPJS kesehatan. 

Aturan yang ditetapkan dalam instruksi tersebut bahwa rakyat harus memiliki keanggotaan BPJS Kesehatan untuk mendapatkan layanan publik seperti jual beli tanah, mengurus SIM, STNK, SKCK, layanan haji dan umrah, pembuatan paspor. (https:/amp.kompas.com/tren/read/2022/02/22/090000165/daftar-layanan-publik-yang-mewajibkan-syarat-bpjs-kesehatan-apa-saja-)

Sekjen Kementerian Kesehatan Kunta Wibawa Dasa Nugraha menyebutkan bahwa alasan kebijakan presiden tersebut karena banyak masyarakat tidak puas dengan pelayanan BPJS kesehatan. Dengan Inpres tersebut akan diperluas kepesertaan dan kepatuhan iuran dengan cara menjadikan sebagai syarat layanan publik, peningkatan akses dan mutu layanan JKN KIS, penguatan peran Pemda, perbaikan tata kelola JKN. (https://www.cnbcindonesia.com/news/20220224141305-4-318043/asal-mula-jokowi-patenkan-bpjs-kesehatan-syarat-semua-urusan/amp)

Jlimet Merogoh Kocek Rakyat

Kebijakan keharusan menjadi anggota BPJS untuk mendapatkan layanan publik bukanlah putusan yang tepat. 

Pertama, kesehatan sebagai kebutuhan pokok rakyat seharusnya dijamin negara. Sedang melalui mekanisme BPJS ini rakyat menjamin sendiri pembiayaan kesehatannya. Rakyat harus membayar iuran perbulannya. Terlebih kepesertaan BPJS ini mengharuskan seluruh anggota keluarga yang tercantum dalam KK harus didaftarkan semuanya. Sakit, tidak sakit harus bayar iuran perbulannya. 

Kedua, jika sebagaimana disebutkan oleh Sekjen Kementerian Kesehatan terkait alasan Inpres no 1 tahun 2022 adalah ketidakpuasan rakyat atas layanan BPJS, seharusnya kualitas layanan BPJS dibuktikan dulu kualitasnya, kredibelitasnya, profesionalitasnya, amanahnya, sehingga rakyat puas dengan layanan BPJS. 

Nah, ini malah balik merogoh rakyat dengan memanfaatkan layanan publik sebagai senjata agar rakyat daftar BPJS  dan rutin bayar iuran. Kalau layanan bagus, dapat dipercaya, menjamin pembiayan kesehatan, tentu rakyat akan sadar dengan sendirinya. Nah ini, belum dibuktikan perbaikan kinerjanya, sudah njlimet merogoh kocek rakyat. Dananya mau digunakan untuk apa? Hem.

Ketiga, BPJS kesehatan itu konsep yang lahir dari ideologi kapitalisme. Model pembiayaan kesehatan yang dibebankan pada rakyat dengan negara penyedia fasilitas kesehatan. Rakyat membeli fasilitas kesehatan yang disediakan negara. 

Dalam sistem kapitalisme, negara memang membantu pembiayaan rakyat miskin, tapi itu tidaklah sepenuhnya gratis. Bahkan kualitas pengobatan yang diberikan kepada rakyat miskin berbeda dengan yang kaya. Padahal seharusnya, penjaminan kesehatan atas rakyat itu sama kualitasnya untuk semua. Baik kepada rakyat miskin ataupun kaya. 

Kesimpulannya, kualitas layanan yang diberikan akhirnya kembali kepada berapa kocek yang mampu rakyat bayar, seukuran itulah kualitas layanan kesehatan yang diberikan kepada rakyat. Oleh karena itulah dalam BPJS kesehatan ada kelas 1, 2 dan 3. 

Jaminan Kesehatan dalam Islam

Islam sebagai agama yang rahmatan lil'alamin memiliki konsep pengaturan atas seluruh bidang kehidupan manusia. 

Dalam Islam, kesehatan, pendidikan dan keamaanan adalah hajat pokok masyarakat yang harus dijamin negara. 

Pembiayaan untuk kebutuhan pokok publik ini diambilkan dari Baitul mal. Yakni dari pos pendapatan dari pengelolaan kepemilikan negara dan kepemilikan umum yang mandiri dikelola negara. Jadi, bukan dari pajak, bukan dari hutang, bukan pula dari iuran rakyat. Karena tidak ada konsep penarikan iuran kesehatan dari rakyat.

Pengaturan ini membuktikan jaminan atas kesehatan bagi rakyat. Baik rakyat miskin, rakyat kaya, semua mendapatkan layanan yang sama berkualitas.

Sungguh berbeda konsep dalam Islam dengan kapitalisme. Islam benar-benar menempatkan rakyat sebagai pihak yang diriayah -diurus, diayomi, dilayani-. Tidak seperti dalam kapitalisme.

Sebagai contoh sebagaimana diceritakan dalam buku Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia karangan Prof. Dr. Raghib As Sirjani; bahwa ketika pasien telah menginap di RS, ia diberi obat yang telah diresepkan dokter, juga makanan yang sesuai dengan kondisi kesehatannya dan dengan kadar yang telah ditentukan untuknya pula. Para pasien tidak pernah dipersulit dalam mendapatkan jenis makanan yang mereka inginkan. 

Ketika pasien telah berada dalam kondisi baru sembuh, maka ia dimasukkan ke dalam ruang yang khusus untuk para pasien yang baru sembuh. Dan ketika kesembuhannya sempurna, maka ia diberi sejumlah harta yang mencukupi hingga ia mampu bekerja lagi. Hal ini agar ia tidak memaksa untuk bekerja selama ia baru sembuh, sehingga sakitnya tidak kambuh lagi. 

MasyaAllah, betapa mengagumkan pelayanan yang diberikan oleh negara yang menerapkan Islam kepada rakyatnya. Sangat-sangat jauh berbeda dengan pelayanan dalam negara yang menerapkan kapitalisme. Pertanyaannya, masihkah mau bertahan di sistem kapitalisme? 

Wallahua'lam bis showwab.

 








Minggu, 23 Januari 2022

Ketika Akal dan Hati Tanpa Ekspresi

Jiwa sebagaimana didefinisikan dengan ekspresi akal dan hati -baca disini-,  maka ungkapan orang sakit jiwa sebagai sebutan bagi orang gila, sudahkah tepat? 

Manusia dan hewan memiliki otak. Tapi hewan tidaklah berakal. Sedang manusia berakal. Artinya, otak bukanlah akal. Otak adalah organ. Adapun manusia untuk disebut berakal membutuhkan otak. 

Akal adalah qadar (potensi) yang Allah SWT tetapkan atas manusia. Berakal artinya bisa berfikir. Jadi akal adalah potensi atau kemampuan manusia untuk berfikir. 

Syekh Taqiyuddin an Nabhani menjelaskan berfikir membutuhkan 4 komponen. Yaitu, otak, indera, fakta, dan ma'lumat tsabiqah. 

Otak organ yang beratnya kurang lebih 1 kilo 2 ons ini mampu menampung informasi sekitar 90 juta jilid disket. Satu disket buatan manusia bisa berisi ratusan file. Jadi otak manusia ini bisa menyimpan milyaran informasi. 

Betapa Allah SWT Maha Kuasa menjadikan saraf-saraf di otak bisa menyimpan informasi. Terkait hal ini ada pakar yang menyebut informasi tidak di simpan di saraf-saraf otak. Wallahua'lam.

Indera, ada 5 indera yang dimiliki manusia. Indera penglihatan, indera pendengaran, indera penciuman, indera perasa, indera peraba. Indera ini bertugas menangkap fakta. Tanpa indera manusia diam. Tidak ada yang dilihat, didengar, dicium, dirasa dan diraba. Tidak ada yang difikirkan. 

Fakta adalah apa yang ditangkap indera. Fakta inilah yang akan dihukumi, dipikirkan.

Ma'lumat tsabiqah (informasi-informasi terdahulu) yang telah tersimpan di otak ibarat eksekutor atas fakta yang telah diindera. Jika informasi terdahulu tentang fakta ini tidak ada di otak maka manusia tidak bisa memutusi fakta yang dilihatnya. Contohnya; jika kita sebelumnya pernah merasakan permen maka keesokan harinya bila disuguhkan dengan permen yang sama, pasti kita bisa bercerita tentang permen itu walau belum dibuka bungkusnya. Dari rasanya, keras atau lembut, warnanya dan lainnya. 

Adapun jika kita belum pernah melihat, belum pernah mendengar tentang buah tin, maka ketika diminta menceritakan buah tin tidak akan bisa. Sama seperti kita yang tidak pernah belajar bahasa Jepang kemudian diminta membaca tulisan dengan bahasa Jepang, pasti kita tidak bisa.

Ketidakmampuan ini disebabkan tidak adanya ma'lumat tsabiqah terkait buah tin dan bahasa Jepang di dalam otak kita. 

Berfikir adalah proses penginderaan fakta oleh panca indera diserap oleh otak untuk dikaitkan dengan informasi terdahulu yang telah tersimpan di dalam otak kemudian dihukumilah fakta tersebut. 

Betapa hebatnya potensi berfikir yang Allah SWT berikan, karena proses berfikir itu hanya sekian detik, dan manusia bisa memberi putusan terkait fakta yang ia indera.

Bagaimana perjalanan antar saraf sehingga manusia bisa melakukan proses berfikir dan menghasilkan buah pikiran adalah benar-benar Allah SWT semata yang mengetahui dan mengaturnya.

Hati yang Berfikir 

Hati -qalbun- jamaknya qulub juga menjalankan fungsi berfikir. Quran surah. Al A'raf ayat 179 menyebutkan demikian. 

Dengan kuasa Allah SWT, organ hati ini memiliki potensi -qodar- untuk bisa berbicara. Contohnya; ketika kita niat dalam hati, membaca dalam hati dan perkataan lain yang tidak dilisankan.

Kita tidak pernah menyebut jiwa yang berbicara, jiwa yang berfikir. Jadi berfikir adalah akal dan hati. Dan setahu penulis Al Qur'an juga belum pernah menyebutkan jiwa yang berfikir. Bila pernyataan ini salah, pembaca bisa meluruskan.

Disebutkan salah satunya dalam Al Qur'an, nafsu yang mutmainnah -jiwa yang tenang-. Jiwa yang tenang adalah buah dari akal yang sehat -ulul albab- dan qalbun salim.

Fenomena Gila

Berakal menjadi syarat seorang muslim terkena taklif hukum. Seorang muslim yang mabuk (minum alkohol) tidak diterima sholatnya hingga ia sadar. Tapi, mohon maaf, fakta hampir tidak ada yang menunjukkan orang mabuk sholat. Demikian pula dengan ibadah lainnya.

Ketika hewan hanya memiliki otak tanpa akal ia tidak disebut gila.

Berbeda dengan manusia. Walau punya otak jika potensi akalnya -kemampuan berfikirnya- tidak berfungsi maka ia disebut gila. 

Walau punya organ hati yang juga memiliki potensi berfikir, tapi jika potensi berfikir di hati ini dicabut maka disebut gila. 

Tidak pernah kita menemukan kondisi orang gila -tidak berfungsi akalnya- tapi berfungsi hatinya untuk berfikir. Yang ada pada orang gila itu tidak berfungsi seluruh potensi akalnya juga hatinya. 

Inilah fenomena orang gila. Jadi orang gila itu adalah orang yang dicabut potensi akalnya. Atau disebut hilang akalnya. Sehingga lepaslah atas orang gila ini dari taklif hukum syariat.

Ketika orang hilang akalnya maka yang disebut jiwa pada orang tersebut tidak ada. Karena sebagaimana definisi yang penulis sebutkan bahwa jiwa adalah ekspresi akal dan hati. Sedang akal tidak berfungsi, dan hatinya juga sudah tidak bisa berfikir. Sehingga tidak menghasilkan ekspresi dari akal dan hati pada orang gila tersebut.

Wallahua'lam, hanya Allah SWT yang mengetahui pergerakan orang gila. Fisiknya yang masih keluyuran kemana-mana dengan ijin Allah SWT, tapi potensi akal dan hatinya untuk berfikir diangkat oleh Allah SWT. 

Khatimah

Semua fenomena yang ada harusnya menjadi bahan tafakkur bagi manusia. Betapa kuasanya Allah SWT sebagai arsitek kehidupan. Wallahua'lam bis showwab.








 










  


Selasa, 04 Januari 2022

Sehat Jiwa Sehat Raga

Qalbun
Jiwa, kalau di runut definisinya, tidak tunggal jawabannya. Beda ilmuwan bisa beda mendefinisikan. 

Tulisan kali ini tidak membahas berbagai definisi dari berbagai ilmuwan. 

Penulis mendefinisikan jiwa bukanlah fisik. Nah itu semua orang tahu. Hehe

Jiwa itu terkait dengan ekspresi hati dan pikiran. Soalnya manusia itu terdiri dari unsur fisik alias raga yang bisa dilihat. Nah berikutnya ruh (nyawa). Jadi, jiwa itu bukan ruh dalam artian nyawa. 

Nah, selanjutnya, manusia itu diberi qodar berupa akal. Selain itu Allah SWT juga menganugerahkan qalbu. Nah qalbu ini punya qodar juga. Yang salah satunya bisa berfungsi sebagai akal (berfikir). Mari kita simak ayat Allah SWT berikut:

وَلَـقَدْ ذَرَأْنَا لِجَـهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَا لْاِ نْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَا ۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَا ۖ وَلَهُمْ اٰذَا نٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَا ۗ اُولٰٓئِكَ كَا لْاَ نْعَا مِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰٓئِكَ هُمُ الْغٰفِلُوْن

"Dan sungguh, akan Kami isi Neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 179)

Nah, jelas kan ayat di atas menyebut kata qulub -bentuk jama' dari qalbun- 

Selanjutnya Rasulullah SAW dalam hadist nya menyebutkan demikian.

"Ketahuilah, bahwa dalam tubuh manusia ada segumpal (daging), yang kalau segumpal daging itu baik, maka akan baik seluruh (anggota) tubuhnya. Dan jika segumpal daging itu buruk, maka akan buruk seluruh (anggota) tubuh. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati (manusia)". (HR. Bukhari)

Wah, itulah the power of heart sebagaimana disabdakan Nabi kita. 

Balik lagi ke pembahasan jiwa ya. 

Jadi jiwa yang dibahas disini sesuai dengan definisi yang penulis sebutkan di atas. Bahwa jiwa adalah ekspresi hati dan pikiran (akal). Pembaca boleh setuju boleh ngak setuju dengan definisi ini.

Ekspresi hati dan akal (selanjutnya saya sebut ekspresi jiwa) ini bila ditelusuri setidaknya ada 2. 

Pertama, ekspresi jiwa sadar. Kedua ekspresi jiwa tidak sadar. 

Ekspresi Jiwa Sadar 

Ekspresi jiwa sadar adalah ekspresi dibawah perintah akal dan hati. Nah ekspresi jiwa sadar ini diklasifikasi menjadi 2. Ada ekspresi jiwa sadar yang baik. Dan ekspresi jiwa sadar yang buruk. Perbedaan ini disebabkan oleh hati dan akal tadi itu di tuntun oleh apa. Bila tuntunan yang digunakan adalah iman, ayat-ayat suci Al-Qur'an, sabda Nabi Saw, hikmah dari kisah para shalihin maka ekspresi jiwa sadar yang terbentuk adalah shahih/baik.

Nah jika akal dan hati ini dituntun oleh nafsu, bisikan syetan, teladan buruk dari kalangan maksiat maka terbentuk ekspresi jiwa sadar yang buruk.

Akal yang sehat dan qalbun yang salim akan membentuk jiwa yang sehat. Jiwa yang tenang. Dzan yang positif. Dan selalu ingat dengan Allah SWT. Sungguh karunia bagi seseorang yang memiliki jiwa sadar yang baik ini. Maka mari kita memintanya kepada Allah SWT.

Jiwa sadar yang baik ini akan membentuk perilaku yang baik pula. Bahkan memberikan efek kesehatan fisik. Inilah kelebihan jiwa. Bila ia sehat, bisa menyehatkan fisik. Tapi, saat jiwa ini sakit, maka bisa membawa sakitnya badan. Betapa tidak jarang, seorang dokter memberi nasehat kepada pasiennya supaya mengurangi beban pikiran, jangan banyak mikir, lapangkan hati dan lainnya.

Adapun sehatnya fisik belum tentu bisa menyehatkan jiwa. Betapa banyak orang sehat fisik tapi berbuat kejahatan, dalang kemaksiatan, pelaku angkara murka, tidak baik dengan sesama dll. Dan sakitnya fisik belum tentu berimbas pada sakitnya jiwa. Betapa tidak sedikit orang yang sakit fisiknya, tapi tetap sabar, berbuat baik, tetap taat kepada Allah SWT.

Ekspresi Jiwa Tidak Sadar

Manusia ternyata tidak selalu sadar. Ada beberapa kondisi yang menjadikan seseorang disebut tidak sadar. Yaitu, saat ia tidur, saat ia dalam pengaruh alkohol, saat ia terasuki jin, saat ia dicabut qodar akal nya (disebut gila). 

Ekspresi yang ditunjukkan oleh seseorang dalam kondisi di atas adalah diluar kendali akal dan hatinya. 

Saat seseorang tidur, Allah SWT pegang ruh (nyawa) dan dilepaskan jika Allah SWT berkehendak membangunkan dan memberi usia lagi bagi hambaNya tersebut. Saat tidur, ekspresi pikiran terkadang muncul. Ada yang bicara -mengigau-. Orang tidur ini tidak dihisab perbuatanya hingga ia sadar/terbangun.

Saat seseorang dalam pengaruh alkohol ia pun tidak sadar. Makanya Allah SWT mengharamkan alkohol/khamr. Jadi, apa-apa yang bisa menghantarkan pada hilangnya akal menjadi haram dikonsumsi. 

Jiwa dalam pengaruh khamr adalah jiwa tidak sadar. Dan efek dari konsumsi barang haram ini menuai ekspresi jiwa yang buruk pula. Penulis belum pernah mendengar cerita, orang habis minum alkohol (dalam kondisi mabuk) kemudian ia berdzikir, berbuat baik pada orang lain, berkata baik. Yang ada adalah ekspresi kotor, buruk, berujung kriminalitas hingga pembunuhan. Na'udzubillah.

Berikutnya orang dalam kondisi kerasukan jin. Seseorang yang dirinya dikuasai jin maka fisiknya menjadi rumah jin. Na'udzubillah. Jin yang bisa merasuk dalam pembuluh darah seorang manusia bisa menggantikan akal orang yang disinggahi. Ketika manusia hingga dikuasai jin maka ia bukanlah dirinya. Beranekaragam ekspresi seseorang yang kerasukan jin. Ada yang pingsan, ada juga yang berekspresi sesuai kemauan jin. 

Sungguh syetan adalah musuh bagi manusia. Dan manusia harus memeranginya. Allah SWT memerintahkan kepada hambaNya untuk meminta perlindungan kepada Nya. Melalui firmanNya, dan sabda Nabi Nya, diajarkan doa-doa untuk memperoleh perlindungan dari gangguan jin dan syetan.

Dengan demikian, jangan sekali-kali kita menjadikan kalangan jin dan syetan sebagai teman. Atau bahkan penolong atas urusan kita. Na'udzubillah

Jiwa tidak sadar berikutnya adalah saat seseorang dicabut qodar akalnya -gila-. Ketika akal ini dicabut, maka lepaslah taklif hukum atas orang tersebut. Ekspresi jiwa sudah tidak bisa didefinisikan bagi orang gila ini. Baik buruk tidak bisa lagi dilekatkan padanya. 

Khatimah

Sehat jiwa sehat raga. Sehatnya jiwa butuh nutrisi makanan dan minimum halal, sebagaimana tubuh. Selain itu akal perlu suplai ilmu dan hati perlu dzikrullah. Semoga Allah SWT mudahkan bagi kita untuk menjadi pribadi takwa dengan nafsun mutmainnah dan kembali kepada Allah SWT dengan hati yang rida dan diridaiNya. Aamiin.

Wallahua'lam bis showwab.

















Minggu, 15 Maret 2020

BPJS NGAK JADI NAIK, RAKYAT MASIH MENJERIT?

Media Indonesia beberapa hari ini selain corona juga memberitakan terkait putusan Mahkamah Agung yang menolak kenaikan iuran BPJS.

Kabar itupun mendapat sambutan dari Bupati Sukabumi dengan mengatakan sebaiknya BPJS dibubarkan saja. Senada dengan itu adalah apa yang disampaikan oleh Fadli Zon (suaraislam.id, 11/03/2020).

Apabila bupati dan anggota DPR yang secara finansial tidak memiliki problem membayar BPJS berkomentar demikian, tentu ada alasan ketidaktepatan lain dari BPJS, dalam kaca mata mereka.

Adapun rakyat biasa tentu bersyukur dengan putusan MA tersebut. Rakyat baru akan bersyukur sekali jika tidak ada sama sekali iuran kesehatan yang harus mereka bayarkan kepada negara disaat mereka sehat.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

BPJS sebagai badan penyelenggara jaminan kesehatan adalah mewakili negara dalam menjalankan fungsi layanan kesehatan kepada rakyat. Menjamin rakyatnya sehat adalah bagian tugas negara. Aktivitas menjamin berarti negara harus memberikan layanan nir laba tanpa perbedaan kasta kepada rakyat. Dengan menyediakan layanan terbaik mulai dari tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan, pengobatan, hingga biaya yang murah. Inilah bentuk menjamin, melindungi rakyat biar pasti sehat.

Slogan BPJS dengan gotong royong semua tertolong adalah slogan yang tidak tepat. Pasalnya, memberikan jaminan dan layanan kesehatan adalah tugas negara. Sehingga apabila pembiayaan dibebankan kepada rakyat seperti yang dipraktekkan oleh BPJS pasti menuai problematika. Gotong royong dalam terminologi Indonesia adalah tindakan tolong menolong dilandasi keikhlasan bukan keterpaksaan. Amal yang tidak ikhlas tidak barokah tidak diterima oleh Allah ta'ala. Akibatnya rakyat bukan tertolong malah sebaliknya polemik yang muncul.

Faktanya, BPJS saat ini mengalami defisit. Yang hal itu disinyalir disebabkan banyak anggota BPJS yang belum setor iuran.

Dalam situasi ekonomi yang sulit seperti saat ini tentu wajar jika dana nasabah BPJS dipakai untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka. Namun, jika terhadap rakyat dengan ekonomi sulit diberi sanksi karena belum setor iuran BPJS akan menjadi perilaku dzalim penguasa kepada rakyatnya.

Solusinya?

Andai betul negara belum mampu menyediakan layanan kesehatan tanpa melibatkan iuran dari rakyat, maka penulis mengusulkan untuk membuat Lembaga Sedekah Kesehatan. Bukan model BPJS yang serupa asuransi namun iuran tidak bisa kembali jika nasabah tidak sakit.

Lembaga Sedekah Kesehatan akan menjadikan aqad jelas antara rakyat dengan negara. Yakni negara membutuhkan bantuan dana sehingga bagi rakyat yang berada bisa mensedekahkan hartanya. Dan kemudian negara serius mengurus dana tersebut. Dipegang orang amanah, kredibel, berintegritas.

Dan negarapun terus melakukan pengelolaan SDA dengan benar. Kekayaan alam milik umum adalah untuk hajat hidup rakyat Indonesia. Hal ini sebagaimana amanah UUD '45.

Jumat, 07 Februari 2020

WABAH, EPIDEMI, PANDEMIK DAN ENDEMIK



Virus Corona hingga hari ini terus menjadi pembahasan. Sampai tulisan ini dibuat virus Corona telah menjangkiti lebih dari 20 ribu manusia. Dan diperkirakan korban tewas karena virus ini mencapai  lebih dari 500 orang.

Dunia jadi geger dengan wabah virus Corona.

Nah, mumpung lagi membahas virus, sekalian saja, saya ajak pembaca blogger for ummah untuk mengenal beberapa istilah di bidang penyakit. hehe.

Wabah adalah istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang. Wabah juga bisa digunakan untuk menyebut penyakit yang menyebar tersebut. Wabah dipelajari dalam ilmu Epidemiologi.

Dalam ilmu Epidemiologi dijelaskan bahwa epidemi  berasal dari bahasa Yunani epi –pada- dan demos –rakyat-. Jadi Epidemi adalah penyakit –wabah- yang timbul sebagai kasus baru pada suatu populasi tertentu dalam suatu periode waktu tertentu dengan laju yang melampaui ekspektasi. Adapun jumlah kasus baru penyakit di dalam suatu populasi dalam periode waktu tertentu disebut dengan incidence rate –laju timbulnya penyakit-

Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu disebut dengan outbreak –serangan penyakit-. Adapun jika mencakup lingkup yang lebih luas disebut epidemi. Dan jika mencakup lingkup global disebut pandemik. Jadi, virus corona ini bila menimbulkan wabah global –mendunia- jadilah ia kasus pandemik. Bukan lagi epidemi. 

Dan jika penyakit –wabah- itu terjadi pada laju konstan namun cukup tinggi pada suatu populasi disebut dengan endemik.  Contoh kasus endemik yang pernah terjadi adalah wabah Malaria yang menyerang sebagian Afrika.


Wabah Amwas

Nah btw ditahun 18 Hijriah umat Islam di Syam pernah dilanda wabah Amwas –Tha’un Amwas-. Amwas adalah nama kota kecil antara Quds dan Ramallah –wilayah Palestina-. Dan di daerah inilah wabah itu pertama kali muncul. Kemudian menyebar ke seluruh wilayah Syam.

Al Waqidi menuturkan akibat wabah Amwas ini dikabarkan 25.000 manusia meninggal dunia bahkan dalam Kitab Bidayah wa an Nihayah disebutkan oleh Imam Ibnu Katsir ada 30.000 orang meninggal.

Rasulullah pernah bersabda, “Umatku tidak akan musnah kecuali oleh dua perkara; tha’n –pengkhianatan- dan tha’un –wabah-“. Aisyah berkata, “Wahai Rasulullah, kalau tha’n kami sudah tahu. Tetapi apa yang dimaksud dengan tha’un?”. Rasulullah menjawab, “Ia wabah penyakit seperti penyakit unta. Orang yang tetap bermukim disana, ia setara dengan orang yang mati syahid. Dan orang yang lari dari sana, sama dengan orang yang lari dari peperangan” (HR. Ahmad)

Rabu, 24 Juli 2019

OBAT ALAMI ATASI KOLESTEROL TINGGI

Jenis penyakit yang satu ini lagi ngetrend. Tidak orang desa tidak pula orang kota menjadikan kolesterol sebagai salah satu bahan pembicaraan kesehatan. Hingga berbagai jenis cara pengobatan silih berganti tayang ditelevisi. Dari herbal hingga obat kimia dan lain-lain.

Namun ternyata, resep yang ditawarkan oleh dr. Mohammad Ali Toha Assegaf dalam bukunya Hidup Pintar Sehat Islami sangat mudah sekali. Tinggal berjalan ke dapur saja. Apa resepnya?

Obat kolesterol tinggi itu adalah bawang putih. Cukup murah meriah bukan?
Caranya, ambil 2 siung bawang putih kemudian kukus selama 15 menit (untuk menghilangkan baunya). Kemudian jadikan bawang putih yang telah dikukus ini sebagai teman sarapan pagi dan makan siang anda.

Cukup mudah kan? Tidak perlu merogoh kocek dalam untuk mengatasi kolesterol tinggi ini.

Namun perlu dicatat, jangan lupa berdoa untuk kesembuhan dan menjaga pola makan sehat.

Oiya, btw ini bawah putih berkhasiat juga untuk mencegah penggumpalan darah dan mencegah serangan jantung loh!

MasyaAllah, Allah SWT telah menyediakan obat dari segala penyakit di alam ciptaannya ini. Dan segala penyakit itu ada obatnya.

Semoga resep alami mengatasi kolesterol tinggi ini bermanfaat bagi blogger sekalian. Aamiin. Wallahua’lam.

Jumat, 19 Juli 2019

HILANG KONSENTRASI?

Hilangnya konsentrasi, bisa menimpa siapapun. Penyebab penyakit satu ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, bisa jadi karena faktor kejiwaan. Semisal, kegagalan dalam meraih obsesi tertentu yang disertai dengan pemikiran yang mendalam.

Kedua, faktor penyakit fisik. Semisal, sakit yang lama –beberapa tahun- seperti sakit kencing manis, hiperteroid, gangguan pada mata, gangguan pada otak. Para penderita sakit ini biasanya akan mengalami hilang konsentrasi setelah mengalami penyakit-penyakit tersebut.

Ketiga, faktor spiritual. Semisal dorongan untuk bermaksiat dapat menjadi jalan hilangnya konsentrasi.

Menyembuhkan penyakit ini dapat ditempuh dengan beberapa jalan.

Pertama, membentukpola hidup yang sehat. Sehingga fisik sehat. Membangun kebiasaan yang baik dan melakukan pengobatan herbal.

Kedua, melakukan taqarub ilallah. Yaitu dengan memperbanyak istigfar, dzikir dan doa syifa’ setelah sholat. Adapun doa yang bisa dibaca adalah:
Thibbil quluub wa dawaaiha wa aafiyatal abdaani wa syifaa-iha, wa nuuril abshaari wa dziyaa-iha, wa quuthil ajsaadi wa ghidbaa-iha, wa shallallahu ‘alaa sayyidinaa muhammad wa alihi wa shahbihi wa sallam wa hamdulilli robbil’alamiin.

Nah, tiupkan doa ini ke tangan, lalu usapkan ke kepala inshaAllah akan bermanfaat.

Oiya adapun herbal yang bisa diminum adalah teh pegagan. Minumlah secangkir teh pegagan ini 2x sehari dan tambahkan madu untuk pemanisnya. Dan selain teh pegagan bisa ditambah dengan herbal lainnya yang meningkatkan stamina. Karena hal ini juga akan meningkatkan daya konsentrasi. Dan juga minuman yang memberikan efek panas sepeti wedang jahe dan wedang pala.

Demikian ya blogger forummah.blogspot.com, semoga resep tersebut diatas bermanfaat dan bisa membantu anda dalam mengatasi masalah hilangnya konsentrasi.

Selamat mencoba!

Sumber: Buku Pintar Sehat Islami dr. Mohammad Ali Toha Assegaf. Terbitkan Mizan.

Kamis, 18 Juli 2019

OBAT ALAMI AMANDEL

Pengunjung blog forummah.blogspot.com yang dirahmati Allah SWT. Edisi kali ini saya akan berbagi informasi seputar kesehatan. Tentunya, info yang akan saya share valid sumbernya. Kalau tidak merujuk, hem, saya bukan dokter.

Baiklah, langsung saja ya. Kali ini informasi terkait pengobatan alami untuk penyakit amandel. Beberapa hari lalu keponakan minta di cek kan amandelnya. Nah jadi terinspirasi untuk buka-buka resep kesehatan alami Islami. Lembar demi lembar dibuka, ketemu juga bahasan obat amandel.

Penyakit yang satu ini sering dijumpai dikalangan anak-anak. Tapi, orang dewasa ada juga yang amandelan. Klo amandel ini membesar tentunya menganggu makan, nafas dan rasanya tidak enak. Berikut saya bagikan obat alami untuk si amandel biar tidak meradang.

Bahan:
3 Jari Temulawah
3 Jari Jahe
1 Jari Lengkuas

Cara membuat ramuannya:
1. Iris tipis ketiga bahan (temulawak, jahe    dan lengkuas)
2. Masak dalam 500 cc air ketiga bahan tersebut (temulawak, jahe dan lengkuas)
3. Jika air rebusan kira-kira tinggal 250 cc, matikan api
4. Saring air rebusan dan biarkan sampai dingin
5. Tambahkan 250 cc madu dan aduk rata dengan air rebusan

Njreng-njreng....
Obat alami amandel siap untuk diminum

Aturan minum
Dua sendok makan setiap minum, 3x sehari
Lakukan hal ini kira-kira 1 bulan, dengan ijin Allah SWT akan sembuh

Demikian ya blogger, semoga resep diatas bermanfaat dan selamat mencoba.

Sumber: Buku Pintar Sehat Islami dr. Mohammad Ali Toha Assegaf terbitan Mizan.

Dipun Waos Piantun Kathah