Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis baik pada anak ataupun orang dewasa memiliki gejala yang sama, diantaranya; cepat lapar sehingga banyak makan, cepat haus sehingga banyak minum, banyak kencing alias sering ngompol, dan mengalami penurunan berat badan drastis dalam 2-6 Minggu sebelum terdiagnosis.
Padahal banyak makan banyak minum tapi si penderita diabetes melitus tidak gendut, karena penyakit ini menyerang pembuluh darah. Akhirnya, terjadi masalah dalam penyerapan gula darah dalam tubuh, sehingga menyebabkan jaringan otot dan lemak menyusut.
Apapun yang Dirasa Enak, Dimakan Anak
Penderita Diabetes Melitus (DM) dikalangan anak dialami oleh anak dari usia 0- 14 tahun lebih. Masing-masing rentang usia memiliki prosentase jumlah penderita yang berbeda-beda.
Walau makanan bukan faktor satu-satunya penyakit DM ini, tapi kecenderungan tidak disiplin dalam menjaga makanan ataupun minuman dimiliki oleh penderita DM.
Usia anak-anak masihlah menstandarkan pemenuhan makan minum mereka pada rasa. Apa yang dilidah enak, manis, akan diulang-ulang untuk dikonsumsi anak.
Mereka belum berfikir makanan atau minuman itu menyehatkan ataukah tidak. Persepsi mereka akan berubah ketika orang tua memberikan mamlumat atau informasi tentang tujuan makan, makanan yang dimakan harus halal dan tayyib bagi tubuh, dijelaskan bahaya makanan tidak sehat dan lain-lainnya.
Jadi, orang tua memiliki tanggungjawab untuk mendidik anak akan pola hidup sehat dan pola makan sehat. Jika tanggungjawab ini tidak dijalankan dengan benar, maka secara langsung ataupun tidak langsung orang tua berkontribusi dalam sakit yang di derita anak.
Pihak berikutnya adalah produsen makanan. Produsen makanan tidak boleh hanya berpegang pada 1 konsep ekonomi kapitalis yaitu meraup untung semata. Tapi harus menstandarkan produk makanannya berasal dari bahan baku yang halal dan tidak berbahaya bagi kesehatan anak.
Untuk mengontrol dan mengawasi peredaran makanan ini, menjadi tugas negara untuk melaksanakannya. Pemerintah harus rutin, serius dan tidak abai dengan berbagai macam jajanan anak-anak yang diperjual-belikan. Karena negara bertanggungjawab dalam menjamin keamanan makanan yang beredar di masyarakat.
Hidup Sehat Dalam Kedokteran Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam adalah pribadi yang mencerminkan Al Qur'an. Beliau shalallaahu alaihi wa sallam memiliki pola hidup sehat, karena Rasulullah mempraktekkan petunjuk Al Qur'an. Allah Subhaanahu wa ta'ala berfirman:
يٰۤاَ يُّهَا النَّا سُ كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَ رْضِ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖ وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ۗ اِنَّهٗ لَـكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
"Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 168)
Dalam ayat tersebut Allah subhaanahu wa ta'ala menyeru semua manusia untuk makan yang halal dan tayyib. Allah Subhaanahu wa ta'ala mengingatkan bahwa setiap yang dihalalkanNya tidak ada mudarat di dalamnya. Dan Allah subhaanahu wa ta'ala juga mengingatkan meski tidak ada mudarat pada makanan yang halal, tapi ketika manusia dalam sistem tubuhnya sudah ada yang eror, makanan yang halal tadi bisa tidak thayyib baginya.
Maka, Allah subhaanahu wa ta'ala perintahkan kepada semua manusia baik itu muslim atau non muslim untuk mengkonsumsi yang halal dan yang thayyib baginya. Jadi halal menjadi syarat wajib bagi setiap makanan yang akan dikonsumsi manusia. Adapun thayyib menyesuaikan kondisi tubuh manusia tersebut.
Contohnya; ada makanan gula-gula yang itu manis. Makanan ini halal. Tapi tidak thayyib dikonsumsi bagi anak yang obesitas atau punya gejala diabetes melitus.
MasyaAllah, betapa Allah subhaanahu wa ta'ala Maha Rahman sehingga seruannya dalam ayat tersebut untuk semua manusia. Sungguh Allah subhaanahu wa ta'ala menginginkan semua manusia itu sehat, meski mereka mengingkari Allah subhaanahu wa ta'ala sebagai Rabb alam semesta.
Maka sebagai umat Islam, tentunya kita harus taat dengan perintah Allah subhaanahu wa ta'ala tersebut. Pola makan sehat yang halal dan thayyib ini, harus orang tua pahamkan dan terapkan kepada anak-anak.
Berikutnya, dalam Buku Pintar Sehat Islami Karya dr. M. Ali Toha Assegaf dijelaskan, bahwa penyakit yang menyerang pembuluh darah dan sel-sel darah (seperti diabetes melitus) sebaiknya diobati dengan resep kedokteran Rasulullah yaitu dengan bekam. Lakukan terapi refleksi dan pembekaman 2 Minggu sekali. Adapun bekam basah dilakukan jika gula darah puasa kurang 160 mg/dl.
Selain melakukan bekam, yang harus dilakukan adalah menjaga asupan makan dan minum, mengendalikan pikiran sehingga tidak kacau sistem hormonnya, puasa Senin-Kamis jika dilakukan rutin akan menghancurkan racun-racun dalam tubuh, olah raga rutin, banyak zikir, konsumsi juz tomat (mengandung likopen) atau juz wortel (mengandung betakaroten) tanpa gula secara berselang-seling atau tambahkan madu untuk meningkatkan kebugaran, mengkonsumsi daging bebas lemak dan ikan berselang-seling, dan berdoa memohon kesehatan kepada Allah subhaanahu wa ta'ala.
Khatimah
Resep hidup sehat itu sudah ada dalam Al Qur'an dan al Hadits. Bila orang dewasa, orang tua, masyarakat, dan negara keluar dari ketentuan itu, jangan bertanya kenapa anak sakit atau orang dewasa sakit.
Wallaahua'lam bis shawwab.