يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Tampilkan postingan dengan label Akhlaq. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Akhlaq. Tampilkan semua postingan

Rabu, 31 Juli 2024

Senang dan Tidak Senang, Pada Apa?

Keunikan Islam yang muncul dari pancaran aqidah Islam akan banyak sekali kita jumpai. Salah satunya adalah penempatan rasa cemburu. 

Cemburu yang dalam KBBI diartikan dengan merasa tidak atau kurang senang melihat orang lain beruntung dan sebagainya, nah, akan kita dapati pemaknaan yang berbeda dalam Islam.

Cemburu sebagai ungkapan perasaan, dalam perspektif Islam harus dikembalikan kepada aqidah Islam. Dimana, keimanan kepada Allah subhaanahu wa ta'ala menuntut untuk menstandarkan cemburu atau tidak cemburu, senang atau tidak senang, kepada apa yang disenangi dan tidak disenangi Allah subhaanahu wa ta'ala.

Konsep ini menyatukan pemikiran, perasaan dan perbuatan pada satu titik akhir yang harus diraih seorang mukmin yaitu rida Allah subhaanahu wa ta'ala. Dan meraih rida Allah subhaanahu wa ta'ala adalah capain tertinggi seorang hamba. 

Apa Yang Allah Subhaanahu wa ta'ala Senangi dan Tidak Senangi?

Kutipan ayat-ayat berikut bisa mewakili pencarian kita, pada apa Allah subhaanahu wa ta'ala menempatkan rasa senangNya.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ

"... Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 195)

... إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُقۡسِطِينَ

"...Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang adil." (QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 42)

... ۚ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ

"... Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 93)

... ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَّقِينَ

"... Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang bertakwa." (QS. At-Taubah 9: Ayat 4)

... ۚ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُطَّهِّرِينَ

"... Allah menyukai orang-orang yang bersih." (QS. At-Taubah 9: Ayat 108)

Adapun kutipan ayat-ayat berikut ini, akan menunjukkan kepada kita, pada apa saja Allah subhaanahu wa ta'ala menempatkan rasa tidak senangNya.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

... ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُعۡتَدِينَ

"... Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 190)

... فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡكَٰفِرِينَ

"... Maka sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang kafir."" (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 32)

... ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلظَّٰلِمِينَ

"...Dan Allah tidak menyukai orang zalim." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 57)

... إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخۡتَالًا فَخُورًا

"... Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri," (QS. An-Nisa' 4: Ayat 36)

... ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ خَوَّانًا أَثِيمًا

"... Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat dan bergelimang dosa," (QS. An-Nisa' 4: Ayat 107)

لَّا يُحِبُّ ٱللَّهُ ٱلۡجَهۡرَ بِٱلسُّوٓءِ مِنَ ٱلۡقَوۡلِ إِلَّا مَن ظُلِمَ ۚ ...

"Allah tidak menyukai perkataan buruk, (yang diucapkan) secara terus terang kecuali oleh orang yang dizalimi. .." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 148)

... ۚ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ

"... Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 64)

... ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُسۡرِفِينَ

"... Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan," (QS. Al-An'am 6: Ayat 141)

... ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ خَوَّانٍ كَفُورٍ

"... Sungguh, Allah tidak menyukai setiap orang yang berkhianat dan kufur nikmat." (QS. Al-Hajj 22: Ayat 38)

... ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡفَرِحِينَ

"... Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang membanggakan diri."" (QS. Al-Qasas 28: Ayat 76)

... ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ

"...Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al-Qasas 28: Ayat 77)

Muqallid Pada Allah subhaanahu wa ta'ala, Mampukah?

Muqallid istilah yang disematkan pada orang-orang yang mengikuti pendapat orang lain. Dalam pembahasan ini, bukan menjadi pengikutnya manusia, tapi mengikuti penempatan rasa senang dan tidak senangNya Allah subhaanahu wa ta'ala. Menjadi muqallidnya Allah subhaanahu wa ta'ala.

Apa yang Allah subhaanahu wa ta'ala tidak senangi, menjadi ketidaksenangan kita sebagai hambaNya. Apa yang Allah subhaanahu wa ta'ala senangi, menjadi kesenangan kita sebagai hambaNya.

Inilah penempatan rasa, hasil dari keimanan kepada Allah subhaanahu wa ta'ala. Apabila seseorang sudah sampai pada derajat ini, bukan saja akhlaq mulia yang terpanjar dari hamba tersebut, tapi ia bisa menjadi manusia yang membawa rahmat. 

Bukti akan hal itu bisa dilihat pada diri Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam. Beliau menjadi rahmat bagi semesta alam. 

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَةً لِّلۡعَٰلَمِينَ

"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam." (QS. Al-Anbiya 21: Ayat 107)

Adapun kita sebagai manusia biasa, wajar bila kita mengatakan atau menjudgment diri pribadi bahwa teramat sulit untuk menempatkan rasa senang atau tidak senangnya kita sebagaimana kutipan ayat di atas. Karena, ada nafsu, ada hasrat, ada ambisi dalam diri. 

Inilah yang kadang membuat seseorang senang dengan sesuatu yang tidak disenangi Allah subhaanahu wa ta'ala. Dan kadang tidak senang dengan apa yang disenangi Allah subhaanahu wa ta'ala. Kadang tidak senang dengan hal-hal berbau taqwa, kadang senang dengan dusta, kadang senang berbuat atau melihat kezaliman, kadang senang dengan kemunkaran dan kesalahan penempatan rasa lainnya. 

Adapun ditingkat keluarga, kadang ada kepala keluarga yang tidak cemburu atau cuek saja atau malah senang melihat istrinya atau anaknya melanggar syariah Islam semisal tidak berhijab, berkhalwat dengan lawan jenis atau maksiat lainnya. Laki-laki yang demikian ini terkena sifat dayyuts. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

" Tiga jenis manusia yang Allah haramkan atasnya surga, yaitu peminum khamr, pendurhaka (kepada orang tuanya), dan dayyuts yaitu orang yang merelakan kekejian dalam keluarganya" (HR. Bukhari)

Di luar hubungan dengan sesama manusia, ada lagi peluang kesalahan penempatan rasa pada seorang muslim. Semisal senang atau tidak cemburu, saat hukum-hukum Allah subhaanahu wa ta'ala atau syariahNya dilupakan manusia. Malah ia senang dengan penerapan aturan yang sekuler dan liberal.

Ada Hisab Atas Rasa

Rasa salah satu amal hati. Sebagaimana amal lahiriah yang terkena hisab, maka atas rasapun ada hisabnya. 

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

 ۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَٰٓئِكَ كَانَ عَنۡهُ مَسۡئُولًا

"...Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 36)

Dengan demikian, jangan dilalaikan hati kita dari mengingat Allah subhaanahu wa ta'ala. Bisa dengan menunaikan ibadah wajib ataupun sunnah. Dengan mengingatNya selalu, Allah subhaanahu wa ta'ala akan menghantarkan hati hambaNya tersebut sesuai dengan keridaanNya.

Khatimah

Semoga Allah subhaanahu wa ta'ala membimbing kita dalam menempatkan rasa. Sehingga bisa sesuai dengan apa yang diridaiNya. Aamiin aamiin yaa rabbal'aalamiin.

Wallahua'lam bis shawaab

Rabu, 08 Mei 2024

Pahala Perjodohan Berganti Dosa, Kenapa?

Melihat kalender hijriyah, besuk sudah tanggal 1 Dzulqa'dah 1445 H. Artinya, hari ini terakhir bulan Syawal dan mulai besuk memasuki bulan haram. Bulan haram berturut-turut yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah dan Muharam. 

Berikut tulisan sebagai penutup bulan syawal tahun ini. Bulan syawal adalah bulan hari Raya Idul Fitri, bulan puasa sunnah syawal, juga bulan yang dipilih untuk hajatan pernikahan.

Sejak selepas kupatan sering terdengar suara musik hajatan pernikahan. Kenapa dipilih bulan syawal? Bisa ada beberapa alasan. Tapi satu saja alasan yang cukup mewakili semua kebaikan yaitu mengikuti nabi yang juga pernah menikah di bulan Syawal.

Pernikahan Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dengan istri-istri beliau, ada yang dilaksanakan di bulan Muharam, Rabiul Awal, Sya'ban, Syawal dan Dzulqa'dah.

Nah ngomongin pernikahan, jadi ingat bagaimana akhlaq Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, dalam menjodohkan para sahabatnya

Berikut diantara contoh kisahnya. Dikutip dari buku Seni Interaksi Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, Uqbah bin Amir meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bertanya kepada seorang laki-laki, "Maukah kamu menikah dengan fulanah?"

Laki-laki itu menjawab, "Mau".

Kemudian beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam menanyakan hal yang sama kepada pihak perempun, apa yang beliau sebutkan kepada laki-laki tadi, "Maukah kamu menikah dengan fulan (dengan menyebut nama laki-laki yang beliau tanya sebelumnya)?"

Perempun itu menjawab, "Mau"

Maka Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam menikahkan keduanya.

Akhlaq apa yang bisa dipetik dari kisah ini?Bahwasanya Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam tidak menikahkan seorang perempuan kecuali yang bersangkutan setuju.

Nah, inilah salah satu akhlaq yang harus diketahui bagi para orang tua ataupun para perantara perjodohan. Bila sudah tahu akhlaq ini, maka akan menghindarkan dari pemaksaan pernikahan baik atas kehendak orang tua, perantara perjodohan ataupun salah satu pihak diantara 2 orang yang hendak dijodohkan.

Apabila Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam saja tidak memaksakan pernikahan, lantas siapa kita bila sampai memaksa dengan menghalalkan berbagai cara agar seseorang menikah dengan orang tertentu?.

Bila mempertemukan seseorang dengan jodohnya adalah amal shalih yang berbuah pahala, tapi ketika tidak memahami bagaimana  akhlaq dalam menjodohkan, yang terjadi malah kemaksiatan dan berbuah dosa.

Wallahua'lam bis shawaab.

Kamis, 11 Januari 2024

Ruang Digital Bersih, Sehat, Beretika, Produktif, Berkeadilan, Caranya?

UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) telah mengalami perubahan hingga dua kali. Perubahan terakhir menghasilkan UU ITE No 1 Tahun 2024.

Pertimbangan UU tersebut menyebutkan bahwa untuk menjaga ruang digital Indonesia yang bersih, sehat, beretika, produktif dan berkeadilan, perlu diatur pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik yang memberikan kepastian hukum, keadilan dan melindungi kepentingan umum. (https://www.rri.co.id/iptek/503399/kenali-sanksi-revisi-uu-ite-terbaru)

Teknologi Atau Manusia Yang Bermasalah?

Gadget, komputer, dan produk teknologi lainnya hanyalah sarana. Ia tidak akan memiliki guna jika manusia tidak menggunakannya. Ia pun bukan sumber masalah yang akhir-akhir ini berkembang dari ujaran kebencian, berita bohong, pencemaran nama baik dan lainnya. 

Kasus-kasus tersebut muncul karena penggunaan sarana tersebut. Dan yang menggunakannya adalah manusia. Maka sumber penyebab munculnya masalah di dunia ITE atau medsos itu adalah manusia. Jadi manusianya ini yang harus diluruskan. 

Ada yang tidak benar dalam pemikiran dan perbuatan manusia terkait akhlaq berinteraksi dengan sesama manusia, pemanfaatan teknologi, dan  tujuan amal perbuatannya.

Jika hal-hal tersebut belum tertanam dengan benar pada manusia, maka potensi pelanggaran ITE hingga pemanfaatan hukum untuk kepentingan tertentu akan tetap ada. 

Adapun jika otaknya dan hatinya manusia tadi sudah benar, UU ITE tidak perlu serumit yang ada bahkan tidak perlu ada UU ITE. Asal masing-masing manusia bisa mengendalikan dirinya dan bisa istiqamah dalam kebaikan dan kebenaran. 

Tapi faktanya, makin canggih teknologi makin mudah manusia terpeleset, makin variatif ide kejahatannya, dan makin rakus. Terlebih di sistem demokrasi dimana tidak memiliki standart kebenaran yang jelas. Semua balik kepada individunya dan pemikiran manusia.

Mewujudkan Ruang Digital Bersih, Sehat, Beretika, Produktif dan Berkedilan

Bagi seorang muslim ada kepastian hukum syara' yang harus ia amalkan dalam kehidupannya. Baik ia berinteraksi di dunia nyata maupun dunia maya. 

Ia boleh memanfaatkan berbagai kemajuan teknologi, tapi ia harus terikat dengan hukum syara' dalam aktivitasnya. Dan ruang digital yang bersih, sehat, beretika, produktif dan berkeadilan itu akan terwujud ketika hukum-hukum syara' tadi diamalkan manusia. 

Pertama, ruang digital akan bersih dan sehat dengan mengamalkan firman Allah subhaanahu wa ta'ala berikut ini.

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنْ جَآءَكُمْ فَا سِقٌ   بِۢنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْۤا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا   بِۢجَهَا لَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu." (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 6)

Menyaring dan mengecek data dan informasi adalah hal yang harus dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang benar. Sehingga bersih data dan informasi dari berita bohong, pemalsuan, fitnah dan lainnya. 

Bila data dan informasi sudah bersih, maka data dan informasi yang dibagikan adalah data dan informasi yang sehat. Bila data dan informasinya sehat maka pembacanya pun akan sehat.

Kedua, ruang digital akan beretika dengan mengamalkan firman Allah subhaanahu wa ta'ala berikut ini:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰۤى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّنْ نِّسَآءٍ عَسٰۤى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۚ وَلَا تَلْمِزُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَا بَزُوْا بِا لْاَ لْقَا بِ ۗ بِئْسَ الِا سْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِ يْمَا نِ ۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 11)

Etika sebagaimana disebutkan dalam ayat 11 itulah yang telah ditinggalkan sehingga muncul pertengkaran diruang digital. Saling ujar berujar keburukan orang lain, saling tuduh menuduh, hingga saling panggil memanggil dengan gelar buruk. Seperti cebong, kadal gurun, lalat hijau dan lainnya. Maka bertaubatlah dari itu semua.

Ketiga, ruang digital akan produktif dengan mengamalkan firman Allah Subhanahu wa ta'ala berikut ini:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّ ۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًا ۗ اَ يُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ ۗ وَا تَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّا بٌ رَّحِيْمٌ

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 12)

Prasangka salah satu unsur yang bisa menjadikan orang tidak produktif. Prasangka menjadikan otak seseorang berisi suudzan (buruk sangka) pada lainnya. Akhirnya, habis waktu dimakan prasangka, tanpa produk positif yang dihasilkan. Akibat terparah adalah menghasilkan produk-produk negatif bertujuan untuk memakan daging saudaranya (menjatuhkan).

Keempat, ruang digital akan berkeadilan dengan mengamalkan firman Allah subhaanahu wa ta'ala berikut ini:

وَاِ نْ طَآئِفَتٰنِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اقْتَتَلُوْا فَاَ صْلِحُوْا بَيْنَهُمَا ۚ فَاِ نْۢ بَغَتْ اِحْدٰٮهُمَا عَلَى الْاُ خْرٰى فَقَا تِلُوا الَّتِيْ تَبْغِيْ حَتّٰى تَفِيْٓءَ اِلٰۤى اَمْرِ اللّٰهِ ۚ فَاِ نْ فَآءَتْ فَاَ صْلِحُوْا بَيْنَهُمَا بِا لْعَدْلِ وَاَ قْسِطُوْا ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ

"Dan apabila ada dua golongan orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap (golongan) yang lain, maka perangilah (golongan) yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlakulah adil. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil." (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 9)

Bila interaksi di ruang digital terjadi pertengkaran, penyadapan, pembatasan akses digital tanpa alasan yang benar ataupun kejahatan lainnya, maka hukum memang harus ditegakkan. Undang-undang jadi berguna untuk memberikan kepastian hukum bagi pelanggarnya. 

Adapun dalam Islam telah ada sistem sanksi yang akan ditegakkan oleh khalifah ataupun mahkamah peradilan Islam, sesuai dengan ijtihad khalifah untuk hukum-hukum diluar hudud dan jinayat. 

Sungguh, Islam memiliki seperangkat aturan, dan jika manusia mengamalkannya secara kaffah, Islam rahmatan lil'alamin itu bukan ilusi.

Khatimah

Bila dengan UU ITE belum bisa menjadikan manusia berbuat yang benar, ingatlah ada Malaikat Rakib dan Atit yang memantau ruang digital juga. Jadi jangan asal pencet keyboard dan tekan mouse, semua dicatat dan ada hisabnya. 

Wallahua'lam bis shawaab.






Senin, 02 Oktober 2023

Tak Malu, Berbuatlah Sesukamu!

Nabi Muhammad shallallaahu 'alahi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya dari apa yang didapatkan manusia dari perkataan nubuwwah yang terdahulu adalah apabila kamu tidak punya rasa malu, maka berbuatlah sesukamu" (HR. Bukhari)

Dalam syarah Hadist Arbain Ibnu Daqiiqil Ied dijelaskan bahwa malu adalah salah satu syariat para nabi-nabi terdahulu. 

Sabda nabi, "...maka berbuatlah sesukamu", mengandung dua makna. Pertama, kalimat itu bukanlah perintah akan tetapi ancaman dan peringatan keras. Karena sebenarnya telah jelas apa-apa yang haq (harus dikerjakan) dan apa-apa yang batil (harus ditinggalkan). 

Nah, umumnya manusia, apabila menasehati seseorang, kemudian orang tersebut tidak berubah baik, ia akan membiarkannya. Akan dikatakan kepadanya, "Terserah kamu". Jadi, ibarat itulah makna pertama dari sabda nabi tersebut. Sehingga pelajarannya, jangan melakukan sesuatu yang batil itu.

Makna kedua dari sabda nabi, "...maka berbuatlah sesukamu", adalah lakukankah setiap sesuatu yang tidak malu orang mengerjakannya. Artinya lakukan yang haq. Dan rasa malu itu mencegah seseorang berbuat maksiat atau kekejian.

Akhlaq Malu Yang Menghilang 

Sabda nabi shallallaahu 'alahi wa sallam di atas menjadi penting untuk diketahui, dihafal, dan diamalkan oleh umat akhir zaman ini. Dimana, rasa malu yang itu bagian dari sifat fitrah manusia, kian terkikis. Bagaimana tidak terkikis, ketika manusia sudah menganggap bukan hal tabu untuk mengambil peran sebagai mucikari atau pelacuran. Bahkan pelacuran dianggap pekerjaan. Muncullah istilah pekerja seks komersial, na'udzubillahi min dzalik. 

Fakta, Polda metro jaya beberapa waktu lalu menangkap seorang mucikari FEA di Johor Baru, Jakarta Pusat, disebutkan ada 21 anak yang diperjual-belikan FEA dengan jaringan di beberapa wilayah. (https://m.kbr.id/indonesia/09-2023/pemerintah-belum-serius-mengatasi-prostitusi-anak/112742.html).

Betul sabda nabi yang menyatakan bahwa rasa malu itu beriringan dengan iman dalam hati seseorang. Nabi bersabda, "Malu itu bagian dari iman" (HR. Bukhari). 

Ketika iman masih ada, walau secuil, ia akan menjaga fitrah sifat malu. Sebaliknya, ketiadaan iman, bisa mencerabut fitrah sifat malu tersebut. 

Benar yang difirmankan Allah subhaanahu wa ta'ala, bahwa manusia bisa lebih sesat dari binatang ketika punya hati, mata, pendengaran tapi tidak digunakan untuk memikirkan ayat-ayatNya. (QS. Al A'raf: 179). 

Fenomena seseorang memilih sebagai mucukari, atau PSK adalah satu contoh dari hilangnya rasa malu dan lemahnya keimanan kepada Allah subhaanahu wa ta'ala.

Iman Dizona Tidak Aman

Iman adalah benteng bagi orang beriman. Ketika benteng itu diserang dari berbagai arah dan dengan berbagai sarana, lama-lama ia bisa ambruk. Jebol dan masuklah musuh-musuh iman. 

Musuh-musuh iman bukan hanya setan. Ada yang berupa pemikiran, seperti liberalisme,  konsumerisme, hedonisme, dan isme-isme turunan dari ideologi sekulerisme-kapitalisme lainnya. 

Ketika musuh-musuh iman ini masuk, maka nafsu, jadi penguasa atas diri manusia. Nafsu akan menyisihkan sifat-sifat fitrah seperti malu. Akhirnya, berbuatlah manusia seperti kemauan nafsunya. 

Muncullah berbagai perilaku yang kadang membuat manusia lainnya heran, 'Kok ada manusia yang berbuat begitu!'.

Ceritanya akan melebar tatkala musuh-musuh iman tadi menyerang suatu masyarakat atau negara. Masyarakat adalah komunitas dengan jumlah individu yang banyak dan diikat dengan perasaan dan peraturan tertentu. Demikian pula negara, cakupannya lebih luas lagi. Ketika benteng masyarakat atau negara jebol maka kerusakan perilaku bisa menimpa satu kaum, satu suku, hingga satu negara.

Misal, ketika tatanan sosial yang diterapkan di kehidupan bermasyarakat ataupun bernegara adalah liberal-sekuler, maka perilaku yang hewanpun tidak melakukannya bisa dapat ruang. Seperti seks bebas, LGBT, prostitusi, dan perilaku menyimpang lainnya. Maksiat jadi cepat menyebar dan meningkat kuantitasnya.   

Jadi, inilah bahayanya, ketika penduduk suatu kaum atau negara tidak menerapkan sistem kehidupan yang lahir dari keimanan kepada Al Khaliq (Allah subhaanahu wa ta'ala).

Adapun jika suatu kaum atau bangsa itu beriman dan menerapkan sistem dari Allah subhaanahu wa ta'ala maka keberkahan untuk umat atau bangsa tersebut.

Allah Subhaanahu wa ta'ala berfirman:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَا تَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَا لْاَ رْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَ خَذْنٰهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ

"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 96)

Dengan demikian, mengatasi masalah eksploitasi anak, mucikari, PSK atau lainnya tidak cukup dengan mengembalikannya pada individu, tapi dibutuhkan masyarakat dan negara yang mendukung iman para individu rakyat, sehingga kokoh bentengnya baik dilapisan individu, masyarakat hingga negara. Dan masyarakat dan negara yang demikian hanya terwujud jika Islam diterapkan secara kaffah, bi idznillah

Khatimah 

Ibarat buih di lautan Rasulullah mengibaratkan umatnya di akhir zaman. Tidakkah kita malu menjadi buih padahal Allah subhaanahu wa ta'ala menyebut kita sebagai umat terbaik? Berpegang pada Al Qur'an dan As Sunnah itulah yang akan merubah keadaan dari buih menjadi gelombang yang rahmatan lil 'alamin. 

Wallahua'lam bis shawwab.



 



Selasa, 21 Februari 2023

Akhlaq Makin Rusak, Kenapa?

Miris dan hati bertanya-tanya, kok bisa pendidik (guru) berbuat begitu. Membuka web kabartrenggalek.com ada berita terkait aksi cabul guru pada siswanya. Membaca buletin kaffah disebutkan di Ponorogo ada ratusan siswi SMP dan SMA meminta dispensasi nikah akibat hamil sebelum nikah.

Guru dan siswa, nah kok sama terjerat kasus terkait dengan seks bebas. Astagfirullah. Kita berlindung kepada Allah subhaanahu wa ta'ala dari perbuatan demikian (Na'udzubillahi min dzalik).

Trenggalek Ponorogo tetanggaan. Bukan saling menularkan. Memang pergaulan bebas buah zaman. Zaman sekuler yang menyebarkan paham kebebasan. 

Sudah Zamannya, Lalu Bagaimana?

Anak sekolah hamil, ada yang menyebut itu sudah biasa. Biasa karena sering ditemukan fakta demikian. Akhirnya, masyarakat tidak lagi kaget, tidak terenyuh, tidak merasa ada dosa sehingga didiamkan. 

Bahkan hingga guru atau kyai atau ustadz melakukan tindak pencabulan hingga perkosaan, jadi bahan gunjingan dan seolah itu juga zamannya. Zaman edan, begitu menyebutnya. Banyak manusia berakal, tapi perbuatannya diluar akal normalnya manusia. 

Zaman, memang berputar. Hingga apa yang telah terjadi di zaman sebelum Islam datang, terjadi lagi di zaman sekarang. Penyuka sesama jenis, sudah ada di zaman Nabi Luth, sekarang marak lagi. Seks bebas sudah ada di zaman jahiliyah, sekarang marak lagi. 

Jika, maraknya perilaku bebas telah ada sebelum datangnya Islam, maka zaman saat ini, dimana Islam sudah dianut oleh milyaran manusia, kenapa perilaku melebihi binatang itu muncul lagi?

Itu jawabannya, karena Islam tidak diamalkan lahir batin. Secara batin mengimani 6 rukun iman, menyakini kebenaran Islam. Tapi secara lahiriah, tidaklah mengamalkan ajaran Islam secara kaffah. Padahal, iman itu adalah diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan.

Percaya Allah subhaanahu wa ta'ala Maha Melihat, percaya ada malaikat pencatat amal, iman sama Al Qur'an, tapi ya sekedar percaya. Akhirnya, salat ia, pacaran jalan, zina jalan. Yang parah, salat ngak, Islam hanya jadi identitas agama semata. Na'udzubillahi min dzalik.

Nah, yang membuat perilaku manusia makin jauh dari agamanya ini adalah pensuasanaan yang dibuat oleh sistem kapitalisme yang berasaskan sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan). 

Kalau sebelum Islam turun dikenal dengan zaman jahiliyah, maka saat ini disebut zaman sekulerisme-kapitalisme.

Inilah zaman, yang mengaduk-aduk antara haq dan batil. Difasilitasi dengan kebebasan beribadah, tapi sebenarnya itu jebakan. Menjebak umat Islam agar ternina bobokkan dalam sistem sekulerisme-kapitalisme ini. Sehingga tidak menuntut perubahan sistem walau kerusakan akhlaq dan moral menjamur. 

Tidak merasa ada yang keliru, walau banyak hukum syariah yang ditinggalkan umat Islam.

Nah, dari uraian ini, berarti umat Islam harus memutar  zaman. Maksudnya, hadirkan kembali Islam dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana yang Allah subhaanahu wa ta'ala perintahkan.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ کَآ فَّةً ۖ وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ۗ اِنَّهٗ لَـکُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 208)

Hadirkan Islam dalam ranah privat (ibadah mahdhoh dan ghoiru mahdhoh). Hadirkan Islam dalam sistem pendidikan, hadirkan Islam dalam berekonomi, hadirkan Islam dalam pergaulan (bersosial), hadirkan Islam dalam mengurus pemerintahan (politik), hadirkan Islam dalam berbudaya, dll.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَا تَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَا لْاَ رْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَ خَذْنٰهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ

"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 96)

Khatimah

Cukuplah ayat Allah subhaanahu wa ta'ala berikut sebagai pengingat.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَلَـقَدْ ذَرَأْنَا لِجَـهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَا لْاِ نْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَا ۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَا ۖ وَلَهُمْ اٰذَا نٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَا ۗ اُولٰٓئِكَ كَا لْاَ نْعَا مِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰٓئِكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ

"Dan sungguh, akan Kami isi Neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 179)

Wallaahua'lam bis shawwab.




Senin, 13 Juli 2020

SABAR, ADAKAH BATAS WAKTUNYA?

Sabar, kata 5 huruf tapi membutuhkan energi positif yang luar biasa untuk sampai padanya. Sabar setidaknya terbagi dalam 3 perkara. Pertama, sabar dalam ketaatan. Kedua, sabar tidak bermaksiat, ketiga, sabar dalam ujian.

Taat butuh kesabaran. Misal saja sholat. Andai tidak sabar akan ada banyak orang yang meninggalkan sholat. Karena sholat akan mengambil sebagian dari waktu kita, akan menganggu pekerjaan kita, akan berkurang jatah istirahat kita dan lainnya. Kalaupun tidak sampai meninggalkan sholat ia akan terburu-buru dalam sholatnya. Akibatnya sholat tidak khusyuk jauh dari tumakninah. Demikian pula dengan sabar dalam menjalani ketaatan lainnya.

Tidak bermaksiat juga membutuhkan kesabaran. Sabar disini dimaknai dengan kemampuan menahan telampiaskannya nafsu. Ambil contoh saat seorang laki-laki melihat wanita cantik dengan aurat terbuka. Pasti nafsu untuk memandang dan menikmati kecantikan wanita itu muncul. Atau bahkan jika tak sabar bisa dilanjut dengan menyapa, mencolek, hingga membujuk. Tapi ketika seseorang sabar maka ia akan mampu menahan nafsu nya untuk tidak melanjutkan tatapannya tersebut. Demikian juga tuk maksiat lainnya seperti dugem, miras, mencuri, dll. Jadi tidak bermaksiat juga membutuhkan kesabaran.

Ujian juga membutuhkan kesabaran. Apapun itu ujiannya. Cenderungnya ujian disini berkonotasi negatif. Berupa cobaan. Apakah sakit, kekurangan harta, kehilangan orang yang dicintai ataupun lainnya. Sabar adalah implementasi iman. Iman bahwa ada Allah subhanahu wa ta'ala yang mengatur segala urusan hambaNya. Dan akan memberikan balasan atas setiap reaksi kita saat ujian itu menimpa. Tanpa iman, ujian akan terasa berat. Tanpa iman ujian akan seolah tiada akhir. Tapi dengan iman, bahwa Allah sedang melihat kita, menyaksikan kita, bisa membantu untuk sabar.

Pada intinya, sabar itu ternyata dibutuhkan dalam segala kondisi. Karena sabar terkait dengan kemampuan untuk menahan diri. Baik menahan diri dalam kebaikan maupun menjauhi kemaksiatan. Baik perkataan maupun perbuatan. Dan itu semua membutuhkan belajar sepanjang masa  (Qs. Al 'Ashr: 1-3). Perlu ditempa. Karena sabar bukan perkara mudah. Berat. Tapi pahalanya juga melimpah.

Dalam Al Quran Allah subhanahu wa ta'ala menjelaskan bahwa Allah bersama orang-orang yang sabar  (Qs. Al Baqarah: 154) Dan Allah subhanahu wa ta'ala akan memberikan ampunan dan pahala bagi mereka (Qs. Al ahzab: 35). Dan masih banyak ayat lain yang menjelaskan tentang sabar. Wallahua'lam bis showwab. 

Tulisan ringan saat di Masjid Jami Al Munawar Tulungagung
11 Juli 2020

Senin, 15 Juni 2020

GHIBAH DIANGGAP BIASA DOSANYA LUAR BIASA

Lisan dicipta tidak bertulang. Tentu tidak kebayang ya, bila lisan dan lidah ada tulangnya! Pasti tidak bisa makan dan bicara. Kaku terjulur. Hiii, ngeri tentu dilihat!. Untungnya Allah ﷻ  Maha Hebat. Sudah dipikir matang sebelum menciptakan manusia. Dan Ia cipta manusia dalam bentuk sempurna, sebagaimana Allah azza wa jalla firmankan
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. At Tiin: 4)

“Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang” (QS, Al Infithar: 7)

MasyaAllah! Maha Benar Allah dengan segala firmanNya. Ayuk, bersyukur kepada Allah azza wa jalla atas karunia penciptaan yang sempurna ini.

Nah, adapun salah satu wujud bersyukur adalah menggunakan lisan untuk berkata yang baik dan benar. Kalau ghibah alias rasan-rasan alias membicarakan keburukan orang lain, maka ini termasuk kejahatan lisan. Salah satu bentuk jarimah alias kriminalitas oleh lisan. Bagi pelaku jarimah lisan ini juga ada hukumannya loh!.

Sebagaimana Allah azza wa jalla berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” (QS. Al Hujurat: 12).

Dalam ayat tersebut Allah azza wa jalla terangkan mereka yang membicarakan, mencari-cari, mengorek-ngorek, mengunjing keburukan orang lain seperti memakan bangkai saudaranya. Itu artinya amat buruk perbuatan tersebut. Karena hanya binatang yang mau memakan bangkai. Seorang muslim diharamkan memakan bangkai. Astagfirullah.

 Jadi, ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim, sedang ia tidak suka jika hal tersebut disebutkan. Baik mengenai jasmaninya, agamanya, kekayaannya, akhlaqnya, dan sebagainya.

Dalam hadist Rasulullah SAW ada penjelasan terkait dosa ghibah ini. Berikut hadist Nabi SAW;
“Riba itu ada 72 pintu. Yang paling ringan darinya sama dengan dosa seorang laki-laki yang menyetubuhi ibunya sendiri. Dan riba yang paling berat adalah pergunjingan seorang laki-laki atas kehormatan saudaranya” (AS Silsialah ash Shahihah no 1871).

Dalam kaidah bahasa bahasa arab, seruan yang menggunakan kata berjenis laki-laki berlaku pula untuk perempuan. Jadi, hadist tersebut juga menyasar kaum wanita.

Semoga Allah Yang Pengampun, mengampuni atas dosa ghibah yang pernah kita lakukan. aamiin. Dan mari berusaha sekuat sebisa kita untuk tidak ghibah.
Wallahua'lam.

Rabu, 08 Januari 2020

SIAPA KAMU?


Apa yang akan anda jawab misal dialam kubur ada pertanyaan,” siapa kamu?” Akankah kamu akan menjawab, “saya harokah A, saya harokah B dan seterusnya?”. Tentu jawaban yang seperti itu tidak sealiran dengan pertanyaan alam kubur, “man rabbuka? Siapa Tuhanmu?”
Dhoruri, penting kiranya berhati-hati dalam berbicara dan membangun keilmuan dan kesadaran umat Islam. Umat ini tidak akan sampai pada kebangkitan jika hal syathi –dangkal- terus diumbar. Pencerahan akan hakikat hidup dan kehidupan di dunia ini harus dibangun dari iman yang benar. Sehingga terseretnya seorang muslim sebagaimana asshabiqunal awwalun generasi awal Islam. Mereka terseret pada makna hidup yang berarti. Hingga menjadi generasi yang mendapat pujian dari Allah azza wa jalla dan jaminan surga Nya.
“Siapa kamu? Siapa kita?”
“Hamba Allah subhaanahu wa ta’ala”
Inilah harusnya jawaban seorang muslim. Inilah jawaban yang akan membangkitkan iman, kesadaran untuk taat dan meninggikan kalimat Allah azza wa jalla. Inilah jawaban yang akan menyatukan umat Islam. Inilah jawaban yang akan menghilangkan beda.
Sungguh, persatuan umat Islam terasa sangat mahal. Ketika atmosfer ashobiah terus didengungkan. Sikut sana sikut sini baik dengan perkataan maupun tindakan. Betapa rakusnya manusia saat ini untuk kepentingan golongannya masing-masing. Mati-matian membela muruah/marwah/kehormatan/harga diri golonganya dengan kurang jernih melihat akar kelemahan umat Islam. Hingga menjatuhkan, menyakiti orang lain/golongan lain seolah tidak peduli. Yang penting kelompoknya sendiri jaya. Astagfirullah. Syatqi –dangkal- pola pikir demikian.
Berikutnya,
Jika ada pertanyaan alam kubur, “Apa harga mati bagi kamu?” . Akankah kamu akan menjawab, “ Golongan ku harga mati, negara ku harga mati, suku ku harga mati”. Pastinya, Malaikat Munkar Nakir akan tertawa mendengarnya. “Kok ngak nyambung dengan pertanyaan “man rabbuka?”
Pertanyaan tersebut menyangkut aqidah, menyangkut iman. Mari lah kita hati-hati mendidik umat ini. Marilah ajak umat kepada iman yang lurus.
“Islam itulah harga mati”
Sampai-sampai Allah azza wa jalla mewanti-wanti dalam QS Ali Imran: 102
 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam”
Kalau Allah azza wa jalla mewanti-wanti begitu, itu artinya meninggal dalam kondisi iman dan Islam itu sulit sekali. Perlu latihan dari semasa hidup untuk terus mentauhidkan Allah azza wa jalla dan mencintai agama ini –Islam- dengan sepenuhnya. Apalagi, ditengah, kondisi pergolakan politik, ekonomi dan serangan budaya Barat yang bertubi-tubi. Bisa merapuhkan pendirian iman dan keterikatan seorang muslim pada hukum syara’. Jadi jangan ditambah terus pergolokan antar harakah dengan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dilakukan.
Oleh karena itu mari belajar untuk membiasakan berkata yang baik. Supaya saat ajal menjemput, asma Allah azza wa jalla yang kita sebut. Bukan yang lainnya.
Wa ma taufiqi illa billah. Wallahua’lam bisshowwab 



Jumat, 09 Februari 2018

BERBISIK-BISIK, ADA KAEDAHNYA LOH!

Sebagai makhluk sosial tentu kita pernah kumpul bersama dengan teman-teman. Dalam satu perkumpulan bisa terdiri dari tiga, empat, lima atau lebih. Nah saat bersama ini tentu ada komunikasi dan hal-hal yang kita bicarakan dengan mereka. Terkadang tanpa kita sadari, fokus orang yang kita ajak bicara hanya satu atau dua orang, dan melupakan yang lainnya. Kalau pembicaraan kita umum-umum aja dan tidak mengandung hal yang mencurigakan, mungkin masih bisa dimengerti oleh kawan yang lainnya. Namun bagaimana bila dalam satu perkumpulan kita berbisik-bisik hanya berdua aja. Lainnya ga boleh dengar. Pastinya, yang lain pada mengira yang tidak-tidak atas tindakan ini.

Ternyata, berbisik-bisik yang melupakan keberadaan orang ketiga dan seterusnya, adalah hal yang dilarang dalam Islam. Tindakan ini bisa menjadi jalan bagi syetan untuk memecah belah umat Islam, merusak ukhuwah, memunculkan dzon (prasangka) negatif. Nah Nabi SAW bersabda, " Jika kalian sedang bertiga, maka janganlah dua orang berbisik tanpa seorang yang lain, sehingga kalian berbaur dalam pergaulan dengan manusia, sebab yang demikian itu akan membuatnya sedih" (HR. Bukhari)

Demikian pula ketika kita berbicara dengan bahasa yang tidak dipahami oleh orang ketiga dan seterusnya. Yang demikian ini juga tidak diperbolehkan. Sama saja akan menimbulkan asumsi pada kawan yang tidak memahami bahasa itu. Mereka bisa menduga itu kalimat ejekan, sindiran atau dzon-dzon negatif lainnya. Asumsi-asumsi inilah yang harus dihindari.

Subhanallah, sungguh indah pergaulan yang akan terwujud, jika kita memahami kaidah pergaulan dalam Islam. Betapa sempurnanya agama ini, sampai hal beginian diatur. Tidak terbayang betapa indahnya kehidupan ini, jika seluruh ketentuan (syariat) Islam diterapkan oleh umatnya. Tentunya, rahmat dan kesejahteraan tidak hanya dirasa umat Islam semata. Non muslimpun akan merasakannya.

Mari dari hal yang kecil ini kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Semoga dengan begitu cinta kita kepada Islam semakin dalam. Dan hasrat umat Islam untuk menegakkan keseluruhan ajaran Islam dikabulkan oleh Allah SWT. Aamiin. Wallahua'lam.

Kamis, 08 Februari 2018

MENGAPA MANUSIA KIAN TIDAK MANUSIAWI?

Akhir akhir ini banyak peristiwa meyayat hati. Mengajak manusia berfikir kembali. Akan hakikat diri dan harga diri. Seolah baru kemarin mendengar berita seorang laki laki membuang pacarnya yang sedang hamil ke sungai (www.kompas.com, 29/1/2018),  sudah dikejutkan lagi dengan wafatnya seorang guru yang menjadi korban pemukulan oleh muridnya sendiri (www.jawapos.com, 2/2/2018). Astagfirullah.

Manusia seolah pada kehilangan kendali. Sehingga peristiwa kriminal semakin menjadi. Aksi sadis tidak manusiawi menjadi berita hampir tiap hari. Benarkah manusia saat ini layak mendapatkan predikat lebih buruk dari binatang? Binatang saja tidak tega membunuh anaknya, binatang juga tidak mau berhubungan dengan sejenisnya. Namun itu semua dilakukan manusia. Na'udzubillah.

Ketika agama dijauhkan dari kehidupan. Pelan namun pasti, nafsu dan cinta dunia yang akan berkuasa. Bila ini yang terjadi akan tergerus jiwa kemanusiaan manusia. Dia akan jadi rakus seolah tak bernaluri. Semua orang bisa menjadi lawan demi kepentingan. Demi meraih kesenangan dan kebebasan pribadi.

Rabu, 31 Januari 2018

JANGAN DITERUSKAN, LGBT ITU PENYAKIT

Sebagai warga negara Indonesia yang peduli, tentu kita prihatin dengan berita yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan oleh media. Maraknya LGBT dan molornya putusan hukum akan status LGBT. Apalagi sempat ada berita kalau ada fraksi DPR yang setuju LGBT. Wah bahaya kalau sampe ini benar. Bila memang cinta Indonesia seharusnya tidak menanam benih kehancuran yakni LGBT.

Dalam suasana seperti saat ini maka masyarakat harus teriak biar para pemangku kebijakan menjauhi perkara yang batil dan memilih yang haq. Kalau HAM yang jadi alasan kebimbangan dalam menetapkan hukum LGBT maka perlu mendengar suara ICMI –Anton Tabah D- yang menyatakan, “Kalau LGBT itu HAM, tidak mungkin semua agama melarangnya. Dan tidak mungkin semua kitab suci mengutuknya”. (www.republika.co.id, 22/1/2018). Jadi LGBT itu jelas penyakit, penyakit yang berbahaya dan menular. Bahkan bisa sampai tataran mematikan sebagaimana HIV/AIDS.

Apresiasi juga perlu diberikan kepada Rektor UII yang menghimbau masyarakat untuk memberikan hukuman sosial terhadap para pelaku LGBT dan pendukungnya, serta memberikan hukuman politik terhadap partai politik yang mendukung LGBT. (www.republika.co.id, 23/1/2018).

Selasa, 30 Januari 2018

MENJAGA PANDANGAN

Perintah menundukkan pandangan Allah Swt terangkan dalam QS. An Nur: 30-31. "Allah SWT berfirman: "Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Allah SWT berfirman:

"Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka mengentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung." (QS. An-Nur 24: Ayat 30- 31)

Rabu, 12 Juli 2017

Gaul Bebas Jangan di Praktikkan

Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Sudah lama tidak menulis di blog ini.
Hem, menulis apa ya? Oiya saya jadi ingat, ada kejadian yang seharusnya tidak terjadi kemarin.  Itu, kemarin lusa dipagi hari waktu antar kelengkapan workshop melihat “kejadian seronok” mahasiswa laki dan perempuan praktek cipika cipiki meski tidak sampai menempel pipinya. hiiiii. Astagfirullah. Ini mahasiswa di kampus Islam seperti ini loh. Bagaimana yang diluar sana?  Padahal kuliah diprodi apapun klo dikampus Islam pasti mereka mendapatkan matakuliah agama likes al Quran dan al Hadist yang menjadi sumber hukum dalam Islam. Sedemikian parahkah virus gaul bebas dikalangan pemuda saat ini?

Inilah racun, inilah ajaran radikal yang mengajak manusia kembali kepada masa jahiliyah yaitu ajaran yang menjadikan seseorang menjadi semakin jauh dari Rabb Nya atau bahasa lainnya mengajarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Definisi inilah yang harus dipegang. Biar tidak salah memberi cap radikal.

Kembali pada topik pergaulan remaja saat ini yang memang luar biasa rusak. Ada banyak komentar berkaitan sebab musabab perkara ini. Ada yang bilang rusaknya pergaulan saat ini karena buruknya pendidikan dari keluarga. Ada juga yang bilang karena salah memilih teman, ada juga yang berpendapat karena kurangnya ilmu agama dan lemahnya iman, dan ada juga yang berpendapat karena tidak ta’dhim nya murid kepada guru.

Sekarang mari kita pelajari proses berfikir manusia ini. Manusia oleh Allah dikarunia akal, yang dengan akalnya itu manusia bisa berfikir. Adapun salah satu perangkat berfikir yang menjadi  tempat penyimpanan berbagai informasi yang didengar, dilihat, diraba dan dirasa adalah otak. Nah seluruh informasi ( ilmu pengetahuan) yang didapat manusia tersimpan dalam memori otak ini. Pertanyaanya sumber informasi yang diterima seseorang tadi diperoleh dari mana saja dan apa saja isinya? Inilah nantinya yang akan mempengaruhi hasil berfikir manusia dan sikap yang akan dimunculkannya.

Oiya, kembali kepada pembahasan tentang sumber informasi tadi. Setidaknya ada 4 sumber informasi bagi manusia. Pertama, dari keluarga. Kedua, Lingkungan tempat tinggal dan teman bermain. Ketiga, sekolah. Keempat, media yang diakses.

Sumber pertama dari keluarga. Ayah dan Ibu adalah pihak pertama yang mengenalkan apapun itu kepada anaknya. Orang tua adalah teladan laku maupun kata. Orang tua juga sebagai pihak pertama yang mengenalkan agama dan mengajarkan tauhid kepada mereka. Jadi pendidikan dalam keluarga memiliki pengaruh yang begitu besar terhadap spiritualitas anak, kebiasaan dan juga perilkau mereka.

Sumber kedua adalah lingkungan. Lingkungan tempat tinggal manusia bukanlah lingkungan yang homogen. Heterogenitas penghuni lingkungan/masyarakat adalah keniscayaan. Beranekaragam agamanya, pola pikirnya, pola sikapnya maupun adat kebiasaan masyarakat. Perbedaan ini menghantarkan kepada kenekaragaman informasi yang diserap oleh anak-anak. Selama bergaul dengan teman-temanya, bisa jadi anak bertemu dengan teman yang suka berkata-kata kotor lagi berhati kasar. Atau juga menjumpai temannya yang tidak melaksanakan sholat wajib. Persinggungan anak dengan temanya inilah yang kemudian akan  mempengaruhi perilaku anak. Dalam hal ini apabila tidak ada kontrol dan koreksi dari orang tua maka hal negatif yang akan diterima.

Sumber ketiga yakni sekolah. Dari sekolah seorang siswa menerima ilmu yang sangat banyak. Baik ilmu agama, ilmu umum, maupun ilmu sosial. Dari sekolah seseorang juga menerima informasi tentang berbagai teori dan pandangan hidup. Hal ini pulalah yang mempengaruhi akhlaq pelajar saat ini. Nah terkait dengan ta’dhim kepada guru, maka Islam mengajarkan kepada umatnya untuk menghormati gurunya. Tidak hanya menghormati tetapi juga menjaga rahasia guru, menyanyanginya dan tidak merepotkannya.

Tapi sayangnya tidak semua guru yang ada saat ini bisa diteladani. Masih ingat tentunya kita dengan perilaku guru waktu lalu yang berbuat seronok kepada muridnya, ada juga yang  berbuat kasar kepada muridnya. Bahkan ada yang memaksa muridnya untuk menelan kapur tulis. Bila gurunya saja demikian bagaimana mengharapkan siswanya jadi baik? Hem.. memang gaul bebas produk dari liberalisme ini telah menggigit banyak kalangan dan elemen. Kondisi ini semakin meluas dengan dibiarkannya fenomena praktik gaul bebas asal suka sama suka.

Sumber keempat media yang diakses. Ada banyak pilihan media, mau yang online ataupun offline semuanya tersedia. Hanya saja, Baik yang online maupun offline ini memiliki sisi positif dan negatif. Sisi negatif media inilah yang harus mendapat pengawalan baik dari keluarga maupun negara agar tidak merusak pemuda saat ini. Negara dengan kekuatan hukumnya bisa melakukan perambahan secara tepat agar tidak ada lagi jalan bagi situs situs porno berdikari. Demikian pula konten kekerasan, perilaku bebas dan juga berita berita hoax yang buruk dan merusak.

Nah shobat blogger dari kajian di atas dapat kita diketahui bahwa informasi-informasi yang telah diterima otak mempengaruhi hasil pemikiran manusia nantinya. Semakin tekun seorang muslim mendalami agamanya maka semakin banyak informasi yang diterima. Dan korelasinya semakin baik amaliyahnya. Karena ilmu itu adalah penuntun laku. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa cara berfikir, arah pandang dan life style masyarakat dipengaruhi oleh maklumat yang ada dalam otak manusia dan juga sistem kehidupan.  Sistem sekuler dan liberal saat ini memberikan ruang tuk melakukan gaul bebas ini.

Dengan demikian untuk meminimalisir hingga menghilangkan celah pergaulan bebas ini adalah dengan menyuburkan keimanan dan ketakwaan individu, pendidikan yang berbasis Islam, penegakan hukum Islam,  kontrol dari masyarakat sebagai bagian dari amar ma'ruf nahi munkar dan didukung sistem kehidupan Islam.







Dipun Waos Piantun Kathah