Menjadi
mahasiswa untuk saat ini sepertinya masih menjadi sesuatu yang dibanggakan. Kayaknya
tidak hanya mahasiswa S1 saja, tapi yang udah sepuh-sepuh ketika menempuh S2,
S3 juga pada bangga loh. Senang githu diberi rezeki berlebih sehingga bisa studi lanjut. setelah itu alamat
mendapatkan gelar sarjana, master dan doktor. Wow.. namanya menjadi panjang dan
berbobot. Misalnya: Dr. Pronotoprojo, S.E, M.E. wihh panjangkan. Apalagi klo
ada hajinya akan tambah panjang lagi! Idih…
Orang yang sudah sarjana tentu punya
bargaining sendiri di tengah masyarakat. Tapi sepertinya untuk kondisi saat ini menyandang gelar sarjana Biasa saja!. Bahkan kadang punya
sebutan yang ngak enak di dengar. Seperti “sarjana pengangguran “,
“penggangguran terdidik”, “Biang kerusuhan” dan seterunya. Ya… gelar-gelar itu
menempel pada mahasiswa tentunya ada ulah yang dibuat mahasiswa hingga menjadi
begitu. Heran dech!
Nah,
pembicaraan kita sekarang konsentrasi pada mahasiswa sebagai generasi muda.
Namanya pemuda itu memiliki power, karakter, pemikiran, yang serba fresh. Alias
masih seger dan kinyis-kinyis. Hehe.. kayak apa aja. Yang memang begitulah
seharusnya. Seorang ulama yang sudah mashur yaitu Yusuf al Qardhawi menyebut pemuda
itu laksana matahari pada pukul 12 siang. Waow, panas… ya seperti itulah
harusnya pemuda. Pemikirannya seterang matahari, energinya sepanas matahari dan
karakternya kuat sekuat matahari menyinari bumu. Waduh.. hebat banget klo begtu
mahasiswa.
Nah, dalam
eret-eretan kali ini, saya ingin berbagi pada pembaca. Bahwa mahasiswa itu
harus punya impian, harapan, cita-cita yang harusnya ia miliki selama
menyandang gelar mahasiswa. Karena tidak mungkin kita menjadi mahasiswa abadi,
amit-amit dech!. Nah makanya itu, dalam waktu yang cukup singkat itu harusnya
mahasiswa trengginas mengatur timenya sehingga mampu mengukir kenangan indah
selama menjai mahasiswa. Jadi buka sekedar bangga –banggaan dengan gelar
mahasiwa. Tapi benar ada yang bisa dibanggakan!. Setuju!!! Yuk….
Berikutnya, mahasiswa
itu harus diligent alias pinter. Nah pinter yang bagaimana? Sejauh penulis
ketahui tidak ada manusia yang pinter dalam segala hal. Pasti dia memiliki
kelemahan. Secara IQ mahasiswa itu bisa dibilang diatas rata-rata. Buktinya berhasil
menakhlukan soal ujian masuk perguruan tinggi. Jadi minimal mahasiswa itu
pinter dibidang ilmu yang ia geluti. Sekarang pertanyaanya, cukupkah mahasiswa
muslim pinter hanya pada bidang keilmuannya? Alias IQ nya saja? Tentu jawabannya
tidak.
Ada hal lain
yang harus dikuasai oleh mahasiswa muslim yaitu masalah agama. Bab agama ini
wajib nglontok di setiap kepala mahasiswa muslim. Kenapa sebab? Karena ilmu
agama inilah sejatinya bekal sesungguhnya untuk mengarungi kehidupan sehingga
selamat dunia dan akhirat. betapa banyak orang pinter tapi keblinger. Betapa tidak
sedikit orang yang Cuma lulusan SD tapi mulia? Jadi mulia tidaknya sesorang itu
ukurannya adalah agamanya alias ketakwaanya. Sehebat apapun sesorang menguasai
ilmu matematka misalnya, tapi bila tidak paham agama maka ia terkategori
keblinger. Karena ilmu pengetahuian itu sejatinya adalah sarana bagi manusia
untuk mengenal Tuhannya. Sehingga korelasi yang seharusnya ada, semakin pinter
seseorang dalam ilmu pengetahuan seharusnya semakin tawadhu dan merunduk
dihadapan Rabbnya dan semakin tekun belajar ilmu agama. Nah demikian juga
hendaknya seorang mahasiswa. Jadi kesimpulannya, mahasiswa muslim itu harus
cerdas ilmu agama dan juga menguasai ilmu pengetahuan. Banyak teladan dari para
pemuda dimasa kekhilafahan Islam. Seperti, Ibnu Kaldun, Al kindi, Ibnu Batutah,
Ibnu Sina dan ilmuwan-ilmuwan lainnya yang mereka kesemuanya capable dalam ilmu
agama juga. Jadi tidak ada pengkotak-kotakan alias pemisahan antara ilmuwan
dengan agamawan sebagaimana di agama nasrani.
Selanjutnya mahasiswa
itu harus responsive. Apa itu responsisve? Responsive dalam artinan mahasiswa
itu harus peduli dengan kondisi di sekitarnya. Gelar mahasiswa agent of change
di peroleh mahasiswa karena sifat kritis, peduli dan dinamis yang dimiliki
mahasiswa. Bila mahasiswa hanya tidur-tiduran di kos, tawuran, hura-hura maka
itu bukan sosok mahasiswa muslim. mahasiswa muslim itu adalah mahasiswa yang
punya kepedulian tinggi dengan kondisi sekitar. Bila kondisi disekitarnya jauh
dari ajaran agama maka ia akan memberikan tenaga dan pikirannya untuk merubah
kondisi itu. Baginya, tidak ada kata mendiamkan maksiat. Maka mahasiswa muslim
adalah sosok yang mobile dan tidak apatis dengan keadaan. Inilah namanya
mahasiswa agnet of change alias agen perubah. Apa-apa yang tidak sesuai syariat
maka akan ia luruskan semampunya.
Kesibukan mahasiswa
muslim bukan berarti menjadikan dirinya melupakan peran utama dia yakni sebagai
penuntut ilmu alias pelajar. Tugas ini adalah amanah ketika sesorang berstatus
sebagai mahasiswa. Namun kemudian, yang harus diingat oleh kita semua bahwa
hidup ini adalah amanah dari Allah swt. jadi menyandang jabatan, posisi apapun
tetap kita tidak boleh lupa akan kewajiban-kewajiban lainnya yang telah Allah
tetapkan kepada hambaNya. Mulai dari beribadah kepadaNya, melaksanakan syariatNya,
serta mendakwahkan agamaNya.
Hem.. sampai
disini maka saya katakan bahwa mahasiswa muslim itu haruslah berkarakter
pejuang. Sebagaimana para pemuda dimasa Rasulullah dan generasi berikutnya yang
senantiasa menghabiskan hari-harinya, menit-menitnya dan detk-detiknya untuk
kemuliaan agamanya. Berprofesi sebagai apapun bagi mereka meninggikan kalimat
Allah adalah jalan hidupnya.
Allah tujuan
kami
Nabi
Muhammad teladan kami
Wallahua’lam.