يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Jumat, 30 Mei 2014

MAHASISWA KRISIS IMAN


Jumat (25/4/2014) jadwal saya memberi kuliah assessment. Ketika saya tiba sudah 90% mahasiswa hadir sehingga kuliahpun dimulai. Baru berjalan lima menit, pintu kelas diketuk seorang mahasiswa. Saya tanya kepada mahasiswa tersebut, “Jam berapa sekarang?”.
Diapun menjawab, “14.40 bu”.
“Ok, saudara belum terkena sanki”
Mahasiswa tersebut berterimaskih dan lekas ambil tempat duduk. 
Baru beberapa menit saya memulai kuliah, terketuk lagi pintu kelas. Kali ini mahasiswi berkerudung lebar yang terlambat. Dan sepertinya sudah beberapa kali dia selalu kalah dulu dengan dosennya. Hehe..
“Nah, kena sanki yang ini Bu!” celetuk salah seorang mahasiswa
Lainnyapun riuh sepakat tuk menghukum si mahasiswi berkerudung besar ini. Saya tanya kepada mahasiswa,” apa sudah kelewat 10 menit?”.
Mereka menjawab, “belum bu kurang dikit”.
Akhirnya si kerudung besar inipun bebas hukuman. Dan pesan saya agar dirinya menjadi muslimah yang disiplin. 
Sayapun melanjutkan kuliah. Saat sedang tanya jawab dengan mahasiswa tiba-tiba pintu kembali diketuk lengkap dengan salam yang has. Hafal saya dengan mahasiswa satu ini. sebut namanya Dadang. Dengan wajah diliputi guratan bekas tidur, dia mendekati meja saya.
“hayo ngaji, hafalan surat aja bu!” suara salah satu mahasiswa yang diikuti sorakan mahasiswa lainnya.
“Dadang, pukul berapa sekarang?”, tanya saya.
“15.00 Bu!” Jawaban santai khas Dadang lengkap dengan senyum merekah kearah temen2nya
Diawal kuliah sudah ada nota kesepakatan bahwa barangsiapa yang datang terlambat lebih dari 10 menit terhitung dari dimulainya perkuliaahan maka mahasiswa tersebut wajib dikenai sanksi. Sanksi bisa berupa mencium tembok, mencium bangku, menghafal surat al Quran, menghafal doa atau bernyanyi. Pilihan sanksi ada ditangan saya. Kontrak ini menurut saya perlu untuk menanamkan sikap disiplin mahasiswa. Bagaimanapun juga bukti kesungguhan mereka dalam menuntut ilmu adalah dengan menepati jam kuliah sebagaiman ketentuan yang diberlakukan kampus. Dan mereka waktu itu setuju-setuju aja. Jadi bila ada yang melanggar maka layak dikenai sanki.
"Dadang, kamu tadi sudah sholat dhuhur?” tanya saya melihat guratan bekas tidur diwajahnya  nampak sekali.
“Ga sholat bu!” jawab dia dengan santi
“Jujur saya bu!”, Lanjutnya
“Hari inikan Jumat, apa kamu tidak jumatan?”
“Tidak bu!” jawab nya sambil tersenyum.
Beberapa mahasiswa lainnya mengucapkan “Astagfirullah” sebagai wujud keheranan sekaligus keprihatinan pada Dadang.
“Klo subuh tadi sholat?” selidikku
“Saya jarang sholat bu, jadi kadang sholat kadang tidak?”
“Kenapa kok begitu?”
“Ya ga kenapa kenapa bu!”, jawab dia santai tanpa menunjukkan raut muka bersalah dan berdosa
Meski saya bukan dosen agama jawaban-jawaban yang  Dadang sampaikan membuat hati saya pilu dan sedih. Anak segede ini masih bolong sholatnya. Tanpa alasan yang jelas.
“Saya hargai kejujurannmu, Dadang!. Tapi betapa kamu tidak menghargai Allah SWT yang telah menciptakanmu!” jawabku
“Kamu berani janji untuk rajin sholat?”, tanyaku bernada memaksa
“Ya inshaAllah bu!” jawabanya tetap dengan wajah seperti pelawak.
Nah memang begitulah Dadang adanya. Dikelas sering membuat temen-temenya tertawa. Tapi kini dia ditertawakan syetan karena telah meninggalkan sholat.
Sobat, cerita ini hanyalah satu kasus kondisi mahasiswa saat ini. Bisa jadi diruang dimana saya mengajar itu ada Dadang-Dadang lainnya “ga sholat”. Apalagi diluar sana, tentu lebih banyak lagi. astagfirllah..
Sebagai seorang muslim, tentu kita mengelus dada. Generasi Islam yang akan melanjutkan estafet perjuangan dan masa depan Islam telah mengalami krisis iman, krisis khouf kepada Allah SWT. Untuk urusan dunia mereka rela bersusah payah tapi tidak untuk urusannya dengan Allah SWT. Padahal siang malam, pagi sore Allah SWT senantiasa memelihara kita dan memberikan kebaikan kepada umatnya.
Maka bila kita seorang pendidik, mengajar mata pelajaran atau mata kuliah apapun, jangan pisahkan dengan agama. Materi apapun itu sebenarnya bisa untuk menanamkan keimanan kepada Allah SWT. Cuman kadang kita sebgai pendidik yang kurang berani dan kreatif menyusun materi sehingga tetap bisa menyertakan islam dalam materi. Sistem kehidupan yang sekuler ini, menuntut keseriusan setiap umat Islam untuk saling tolong menolong urusan agama saudaranya. Sebisa kita menasehati anak didikdengan Islam..
Allahummagfirlii, ya Allah ampuni kami bila masih belum bisa menjadi insane yang bertakwa dan dengan sepenuh hati mentaati Mu. Rahmat dan HidayahMu senantiasa kami pinta, ya Allah.. aamiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dipun Waos Piantun Kathah