Musim penerimaan siswa baru sudah dimulai. Pamflet, selebaran, spanduk dari berbagai lembaga sekolah menghiasi ruang-ruang dibeberapa jalan utama. Slogan dan prestasi lembaga ditampilakan sebagai promosi untuk menarik minat orang tua dan anak-anak usia sekolah.
Tetapi, promosi itu ternyata belum menjadikan orang tua tenang. Tidak sedikit diantara orang tua yang bingung memilih sekolah yang tepat bagi buah hatinya. Kasus pelecehan seksual yang terjadi di sekolah Internasional JIS sedikit atau banyak telah menggeser persepsi masyarakat atas sekolah bertaraf Internasioanal yang selama ini. Kasus-kasus kenakalan remaja, tindak pemerkosaan dan pembunuhan remaja yang marak menghiasi media menjadikan orang tua memberikan konsentrasi yang cukup dalam memilihkan sekolah bagi putra-putrinya.
Hal ini tentu wajar sekali, orang tua mana yang rela buah hatinya dinodai, disakiti dan berakhir dengan kehilangan sang buah hati? Orang tua mana yang rela anaknya menjadi berandal? Sejahat-jahatnya orang tua tentu mereka menginginkan buah hatinya jadi orang baik dan bernasib lebih mapan dari orang tuanya. Lain ceritanya bila ada kelainan mental pada orang tua.
Mengambil Pelajaran
Kasus kenakalan remaja menjadi pelajaran berharga bagi orang tua. DIsadari atau tidak oleh kita, mungkin inilah cara Allah SWT untuk membangunkan orang tua yang terlelap dalam kesibukan kerjanya sehingga tiada waktu untuk sang buah hati.
Orang tua pun tersadar bahwa berkwalitas tidaknya sekolah bukan dilihat dari berlabel apakah sekolah tersebut, Local? Nasional? Ataukah Internasional? Orang tuapun mulai menyadari bahwa bukan label itu yang mereka cari tapi perubahan sikap yang baik dari anak setelah disekolahkan itulah yang utama. Orang tua juga mulai sadar bahwa sekolah dengan biaya mahal belum tentu menjamin lulusan yang kompeten dan bermoral mulia.
Pelan-pelan orang tua akan menemukan bahwa peran agama sebagai pondasi dan benteng tidak dapat dipungkiri. Hal apalagi yang menjadikan anak berakhlaq mulia kalau bukan keimanannya atas pengawasan Allah SWT dan akan adanya alam penghisapan amal? Teladan siapa lagi yang akan dihadapakan kepada anak kalau bukan Muhammad SAW manusia sempurna yang dunia sudah mengakuinya? Maka menyekolahkan anak dilembaga yang menjadikan anak kuat aqidahnya, paham urusan agamanya, dan berakhlaq mulia itulah yang sekarang seharusnya menjadi lirikn para orang tua.
Melirik Sekolah Islam
Biarpun swasta, ternyata tidak sedikit sekolah Islam yang dominan dipilih oleh orang tua. Dikota dimana saya tinggal ada SD yang hanya memperoleh murid sekitar 10 anak, padahal MI lebih dari 25 anak. Demikian pula SMP Islam disebuah kecamatan menerima murid yang jumlahnya jauh lebih banyak dari SMP Negeri yang ada dikecamatan tersebut.
Selain sekolah Islam, Pesantren juga menjadi incaran para orang tua. Semaraknya sekolah hafidz lumayan menarik minat para orang tua untuk memondokkan buah hatinya. Fakta ini menjadi salah satu bukti akan bertambahnya kesadaran para orang tua untuk menjadikan agama sebagai pijakan bukan semata prestasi akademik anak.
Namun, hal yang harus disadari orang tua bahwa tanggungjawab mendidik itu tetap menjadi tugas utama mereka. biarpun sudah dipondokkan atau disekolahkan disekolah Islam, tetaplah anak menjadi tanggungjawab mereka. lembaga pendidikan hakikatnya memabantu tugas pendidikan orang tua. Dengan demikian orang tua harus tetap memberikan perhatian, control dan evaluasi terhadap pendidikan yang diperoleh putra putrinya.
Hal lain yang harus disadari oleh orang tua, bahwa kenakalan remaja yang terjadi saat ini tidak bisa dilepasakan dari model pergaulan bebas yang mengelayuti area pergaulan saat ini. Sehingga upaya individual dan komunal dari para orang tua dan masyarakat menjadi penting dilakukan untuk menanamkan model pergaulan Islam yang mengenal batas pergaulan antara mahrom dan non mahrom.
Demikian pula Negara memiliki andil besar dalam mengatur hubungan interaksi yang seharusnya ada diantara rakyatnya agar tercipta hubungan yang diliputi rasa saling menghormati, memuliakan, menjaga kehormatan diantara laki-laki dan perempuan. Dalam bahasa Islam maka bagi umat Islam hendaknya melaksanakan syariat pergaulan Islam. Dan aturan syariat inilah yang bila dilaksanakan oleh umat Islam akan membawa pada kondisi saling menjaga dan melindungi diantara insane manusia. Jadi, mencetak anak yang berakhlaq mulia, tinggi prestasi dan berjiwa pahlawan tidak cukup dibebankan pada sekolah. Melainkan membutuhkan konsepsi yang benar dari Negara, kerjasama yang bagus antara orangtua dan masyarakat dalam mendidik anak manusia. wallahua’lam.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Dipun Waos Piantun Kathah
-
Kamu, Pasti punya orang tua Ada bapak, ada ibu Senang pastinya kamu, memiliki kedua orang tua Tenang hidup bersama mereka Semua kebutuhan ...
-
Terhitung dari hari ini, Indonesia dipimpin oleh presiden dan wakil presiden baru. Pak Prabowo dan Pak Gibran. Baarakallaahu fiikum. Sebaga...
-
Presiden Jokowi menandatangani PP No 28 Tahun 2024 tentang kesehatan. Pada pasal 103 ayat 1 disebut upaya kesehatan sistem reproduksi anak s...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar