Apa yang
akan anda jawab misal dialam kubur ada pertanyaan,” siapa kamu?” Akankah kamu
akan menjawab, “saya harokah A, saya harokah B dan seterusnya?”. Tentu jawaban
yang seperti itu tidak sealiran dengan pertanyaan alam kubur, “man rabbuka?
Siapa Tuhanmu?”
Dhoruri,
penting kiranya berhati-hati dalam berbicara dan membangun keilmuan dan
kesadaran umat Islam. Umat ini tidak akan sampai pada kebangkitan jika hal syathi
–dangkal- terus diumbar. Pencerahan akan hakikat hidup dan kehidupan di dunia
ini harus dibangun dari iman yang benar. Sehingga terseretnya seorang muslim
sebagaimana asshabiqunal awwalun generasi awal Islam. Mereka terseret pada
makna hidup yang berarti. Hingga menjadi generasi yang mendapat pujian dari
Allah azza wa jalla dan jaminan surga Nya.
“Siapa kamu?
Siapa kita?”
“Hamba Allah
subhaanahu wa ta’ala”
Inilah
harusnya jawaban seorang muslim. Inilah jawaban yang akan membangkitkan iman,
kesadaran untuk taat dan meninggikan kalimat Allah azza wa jalla. Inilah
jawaban yang akan menyatukan umat Islam. Inilah jawaban yang akan menghilangkan
beda.
Sungguh,
persatuan umat Islam terasa sangat mahal. Ketika atmosfer ashobiah terus
didengungkan. Sikut sana sikut sini baik dengan perkataan maupun tindakan.
Betapa rakusnya manusia saat ini untuk kepentingan golongannya masing-masing.
Mati-matian membela muruah/marwah/kehormatan/harga diri golonganya dengan
kurang jernih melihat akar kelemahan umat Islam. Hingga menjatuhkan, menyakiti
orang lain/golongan lain seolah tidak peduli. Yang penting kelompoknya sendiri
jaya. Astagfirullah. Syatqi –dangkal- pola pikir demikian.
Berikutnya,
Jika ada pertanyaan alam kubur, “Apa harga mati bagi kamu?” .
Akankah kamu akan menjawab, “ Golongan ku harga mati, negara ku harga mati,
suku ku harga mati”. Pastinya, Malaikat Munkar Nakir akan tertawa mendengarnya.
“Kok ngak nyambung dengan pertanyaan “man rabbuka?”
Pertanyaan
tersebut menyangkut aqidah, menyangkut iman. Mari lah kita hati-hati mendidik
umat ini. Marilah ajak umat kepada iman yang lurus.
“Islam
itulah harga mati”
Sampai-sampai
Allah azza wa jalla mewanti-wanti dalam QS Ali Imran: 102
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu
mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam”
Kalau Allah azza
wa jalla mewanti-wanti begitu, itu artinya meninggal dalam kondisi iman dan Islam
itu sulit sekali. Perlu latihan dari semasa hidup untuk terus mentauhidkan
Allah azza wa jalla dan mencintai agama ini –Islam- dengan sepenuhnya. Apalagi,
ditengah, kondisi pergolakan politik, ekonomi dan serangan budaya Barat yang
bertubi-tubi. Bisa merapuhkan pendirian iman dan keterikatan seorang muslim
pada hukum syara’. Jadi jangan ditambah terus pergolokan antar harakah dengan
hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dilakukan.
Oleh karena
itu mari belajar untuk membiasakan berkata yang baik. Supaya saat ajal
menjemput, asma Allah azza wa jalla yang kita sebut. Bukan yang lainnya.
Wa ma
taufiqi illa billah. Wallahua’lam bisshowwab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar