يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Tampilkan postingan dengan label akal. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label akal. Tampilkan semua postingan

Kamis, 13 Februari 2025

Ruh, Hati dan Akal

Ruh perkara ghaib yang hanya Allah subhānahu wa ta'ala yang mengetahui hakikatnya. Adapun pendapat yang dibuat manusia baik itu definisi ataupun lainnya tidak bisa diyakini kebenarannya, yang bisa diyakini kebenarannya hanyalah apa yang difirmankan Allah subhānahu wa ta'ala terkait ruh sebagaimana disebutkan dalam Alquran. 

Dengan demikian, mendefiniskan ruh dengan akal manusia bisa menjadi pendapat yang menyimpang, karena Allah subhānahu wa ta'ala sejauh yang penulis ketahui, tidak mendefinisikannya. Menjelaskan ruh tanpa bersandar pada Alquran juga bisa menjadi salah. Allah subhānahu wa ta'ala telah menerangkannya demikian,

وَيَسۡئَلُونَكَ عَنِ ٱلرُّوحِ ۖ قُلِ ٱلرُّوحُ مِنۡ أَمۡرِ رَبِّي وَمَآ أُوتِيتُم مِّنَ ٱلۡعِلۡمِ إِلَّا قَلِيلًا

"Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh, katakanlah, "Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit."" (QS. Al-Isra' 17: Ayat 85)

Allah subhānahu wa ta'ala sebagaimana ayat 85 surah al Isra' tersebut menginformasikan bahwa manusia hanya sedikit diberi pengetahuan tentang ruh. Diantara pengetahuan yang telah Allah subhānahu wa ta'ala berikan adalah;

Pertama, ruh bermakna nyawa, sebagaimana dalam firman Allah subhānahu wa ta'ala berikut ini,

ثُمَّ سَوَّىٰهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِۦ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡأَبۡصَٰرَ وَٱلۡأَفۡئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَّا تَشۡكُرُونَ

"Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan ruh (ciptaan)-Nya ke dalam (tubuh)nya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati bagimu, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur." (QS. As-Sajdah 32: Ayat 9)

Dengan fisik yang telah disempurnakan, ditiupkannya ruh (nyawa) ke dalam tubuh, diberikan penglihatan, pendengaran, hati, dan akal, menjadilah ia diri (nafsun) yang utuh. Dan ia akan hidup dan akan tetap hidup di dunia ini hingga tiba ajalnya (berakhirnya masa hidup). Allah subhānahu wa ta'ala berfirman;

هُوَ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن طِينٍ ثُمَّ قَضَىٰٓ أَجَلًا ۖ وَأَجَلٞ مُّسَمًّى عِندَهُۥ ۖ ثُمَّ أَنتُمۡ تَمۡتَرُونَ

"Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian Dia menetapkan ajal, dan batas waktu tertentu yang hanya diketahui oleh-Nya. Namun demikian kamu masih meragukannya." (QS. Al-An'am 6: Ayat 2)

Ketika sudah sampai ajalnya, maka Allah subhānahu wa ta'ala mengirim malaikat maut untuk memwafatkannya. Allah subhānahu wa ta'ala berfirman:

قُلۡ يَتَوَفَّىٰكُم مَّلَكُ ٱلۡمَوۡتِ ٱلَّذِي وُكِّلَ بِكُمۡ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُمۡ تُرۡجَعُونَ

"Katakanlah, "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu, kemudian kepada Tuhanmu, kamu akan dikembalikan."" (QS. As-Sajdah 32: Ayat 11)

Kedua, ruh yang bermakna malaikat jibril. Allah subhānahu wa ta'ala menyebut malaikat Jibril dengan ruhul qudus. Hal ini sebagaimana dalam firmanNya berikut ini,

قُلۡ نَزَّلَهُۥ رُوحُ ٱلۡقُدُسِ مِن رَّبِّكَ بِٱلۡحَقِّ لِيُثَبِّتَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَهُدًى وَبُشۡرَىٰ لِلۡمُسۡلِمِينَ

"Katakanlah, "Ruhulqudus (Jibril) menurunkan Al-Qur'an itu dari Tuhanmu dengan kebenaran, untuk meneguhkan (hati) orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang yang berserah diri (kepada Allah).""(QS. An-Nahl 16: Ayat 102)

Ketiga, ruh bermakna Alquran. Allah subhānahu wa ta'ala menurunkan kepada Nabi Muhammad shallallāhu 'alaihi wa sallam ruh dengan makna Alquran. Dan dengan Alquran ini beliau shallallāhu 'alaihi wa sallam menunjuki manusia ke jalan yang lurus. 

وَكَذَٰلِكَ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ رُوحًا مِّنۡ أَمۡرِنَا ۚ مَا كُنتَ تَدۡرِي مَا ٱلۡكِتَٰبُ وَلَا ٱلۡإِيمَٰنُ وَلَٰكِن جَعَلۡنَٰهُ نُورًا نَّهۡدِي بِهِۦ مَن نَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِنَا ۚ وَإِنَّكَ لَتَهۡدِيٓ إِلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسۡتَقِيمٍ

"Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al-Qur'an) dengan perintah Kami. ..," (QS. Asy-Syura 42: Ayat 52)

Inilah tiga makna ruh yang dapat penulis temukan dalam Alquran. Wallahua'lam bila masih ada makna yang lainnya.

Ruh dan Akal

Berdasarkan ketiga makna ruh sebagaimana tersebut sebelumnya, hanya ruh dengan makna nyawa yang ada dalam diri setiap manusia yang hidup. 

Ketika manusia hidup dalam kondisi sehat, ada ruh (nyawa) dalam dirinya dan akalnya berfungsi normal. Seorang muslim dalam kondisi demikian dan sudah baligh, maka ia terkena taklif hukum (perbuatannya dihisab). Adapun ketika seseorang dalam kondisi gila, ada ruh (nyawa) pada dirinya dan akalnya tidak berfungsi normal. Dalam kondisi gila ini meski sudah baligh, seorang muslim tidak terkena taklif hukum. 

Berdasarkan fakta tersebut, maka ruh (nyawa) dan akal adalah dua hal yang berbeda.

Akal termasuk perkara ghaib tetapi bisa di rasa adanya oleh manusia. Aktivitas akal adalah berfikir dari menganalisis, merencanakan, merenungkan, menghitung, mentadabburi, menggaitkan, menghafal, dan lainnya. Jadi, akal yang diberikan Allah subhānahu wa ta'ala kepada manusia berkemampuan untuk berfikir. Orang berakal artinya ia bisa berfikir.

Orang-orang yang berakal sehat disebutkan dalam Alquran dengan ulul albab. Seperti dalam ayat berikut ini,

هَٰذَا بَلَٰغٞ لِّلنَّاسِ وَلِيُنذَرُواْ بِهِۦ وَلِيَعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَا هُوَ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞ وَلِيَذَّكَّرَ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ

"Dan (Al-Qur'an) ini adalah penjelasan (yang sempurna) bagi manusia, agar mereka diberi peringatan dengannya, agar mereka mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa, dan agar orang yang berakal mengambil pelajaran." (QS. Ibrahim 14: Ayat 52)

Ketika Allah subhānahu wa ta'ala mengarunia akal kepada manusia, maka Allah subhānahu wa ta'ala memberi jalan agar akal ini menghantarkan manusia pada pemikiran yang benar dan digunakan untuk berfikir yang benar. 

Jalan yang Allah subhānahu wa ta'ala berikan adalah menciptakan alam semesta untuk menjadi objek yang dipikirkan. Dengan memikirkan penciptaan alam semesta, manusia bisa menemukan bahwa ia lemah dan ia hanyalah makhluk sebagaimana alam semesta, dan ada alkhaliq sebagai pencipta, sebagai Tuhan semesta alam yaitu Allah subhānahu wa ta'ala. 

إِنَّ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ لَأٓيَٰتٍ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,"

ٱلَّذِينَ يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمۡ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبۡحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 190-191)

Dan ketika seseorang sudah berislam, Allah subhānahu wa ta'ala mewajibkan dia untuk menuntut ilmu agama (fardhu 'ain) maupun ilmu umum (fardhu kifayah).

Menuntut ilmu agama adalah mengisi otak dengan berbagai maklumat sekaligus memfungsikan potensi akal manusia untuk berfikir, sehingga ia dari tholabul ilminya mendapatkan petunjuk dari bab iman, takwa hingga berbagai macam hukum syariah. 

Dengan demikian, akal inilah yang menjadikan manusia bisa sampai pada kesadaran akan dirinya sebagai hamba. Dan kesadaran ini akan terus hidup ketika manusia terus menuntut ilmu, beribadah, membaca, mentadabburi dan mengamalkan Alquran, mempelajari dan mengamalkan Alhadist, mentafakkuri ciptaanNya, dan berkumpul dengan orang-orang shalih. Dengan cara ini Allah subhānahu wa ta'ala akan membimbing hambaNya tersebut sehingga akal dan hatinya mudah menerima hidayah dan taufiqNya. 

Allah subhānahu wa ta'ala berfirman:

لَّيۡسَ عَلَيۡكَ هُدَىٰهُمۡ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهۡدِي مَن يَشَآءُ ۗ ...

"Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki..." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 272)

Ruh dan Hati

Ruh (nyawa) selalu menyertai jasad selama manusia itu hidup. Dalam kondisi hidup ini seluruh organ tubuh manusia berfungsi normal, kecuali yang sakit. Hati, salah satu organ yang memiliki kekhususan, hingga amal hatipun akan dimintai pertanggungnawaban. Allah subhānahu wa ta'ala berfirman:

وَلَا تَقۡفُ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَٰٓئِكَ كَانَ عَنۡهُ مَسۡئُولًا

"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 36)

Hati, tempat berfikir, tempat perasaan, menimbang baik dan buruk. Hati bisa salah memutuskan jika tanpa koordinasi dengan akal. Akal menunjuki hati dengan ilmu. Sehingga keputusan hati bisa benar. 

Dari Abu Abdillah an Nu'man bin Basyir, radiyallāhu 'anhuma berkata, aku mendengar Rasulullah shallallāhu'alaihi wa sallam bersabda, "... Ketahuilah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal darah, apabila dia baik, maka baiklah seluruh jasad dan apabila dia buruk maka buruklah seluruh jasad. Dia adalah hati" (HR. Bukhari dan Muslim)

Hati, tempat keyakinan. Seseorang tidak dikatakan beriman jika hatinya tidak mengimani, tidak meyakini. Allah subhānahu wa ta'ala berfirman, 

قَالَتِ ٱلۡأَعۡرَابُ ءَامَنَّا ۖ قُل لَّمۡ تُؤۡمِنُواْ وَلَٰكِن قُولُوٓاْ أَسۡلَمۡنَا وَلَمَّا يَدۡخُلِ ٱلۡإِيمَٰنُ فِي قُلُوبِكُمۡ ۖ وَإِن تُطِيعُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ لَا يَلِتۡكُم مِّنۡ أَعۡمَٰلِكُمۡ شَيۡئًا ۚ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٞ رَّحِيمٌ

"Orang-orang Arab Badui berkata, "Kami telah beriman." Katakanlah (kepada mereka), "Kamu belum beriman, tetapi katakanlah "Kami telah tunduk (Islam)," karena iman belum masuk ke dalam hatimu. Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalmu. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."" (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 14)

Berdasarkan ayat tersebut, untuk kemudian dikatakan beriman, seseorang harus membenarkan dalam hatinya, mengimani dalam hatinya tanpa keraguan, diucapkan dengan lisannya dan dibuktikan dengan amal ketaatan kepada Allah subhānahu wa ta'ala dan RasulNya.

Sedemikian pentingnya hati, hingga Rasulullah shallallāhu 'alaihi wa sallam mengajari umatnya untuk senantiasa berdoa:

ياَ مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبًِتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ وَ طَاعَتِكَ 

"Wahai Dzat yang Maha membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu dan taat padaMu"

Dan hingga Allah subhānahu wa ta'ala pun berfirman bahwa orang yang selamat di hari kebangkitan ialah mereka yang menghadap Allah subhānahu wa ta'ala dengan qalbun salim. 

Allah subhānahu wa ta'ala berfirman:

إِلَّا مَنۡ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلۡبٍ سَلِيمٍ

"kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih," (QS. Asy-Syu'ara' 26: Ayat 89)

Ketika Akal Tidak Berfungsi

Semua keelokan manusia saat sehatnya, dimana akalnya sehat, hatinya sehat, jasadnya sehat, berubah 180⁰ ketika Allah subhānahu wa ta'ala mengambil satu fungsi darinya yaitu akal. 

Ketika akal hilang (gila) maka indahnya jasad jadi tidak terawat, baiknya hati menjadi kehilangan rasa, tinggallah jasad dengan ruh (nyawa) yang berkelana seolah tidak tahu mau kemana. Tidak lagi ingat siapa Tuhannya, tidak lagi tahu siapa hakikat dirinya, tidak lagi tahu mau berbuat apa.

Dan betapa manusiawinya agama ini, yang mengangkat pena dari orang gila. Mereka tidak dimasukkan ke dalam golongan mukallaf. Berlindung kita kepada Allah subhānahu wa ta'ala dari gila. 

Khatimah

Ruh, akal dan hati bukti kuasaNya Allah subhānahu wa ta'ala. Dengan akal yang sehat dan qalbun yang salim jadilah ia diri yang tenang (nafsul mutmainnah), hingga ruh kembali kepada pemilikNya Allah subhānahu wa ta'ala.

Wallahua'lam bis shawāb.

Selasa, 26 Juli 2022

Jalan Haram Memanggil Malaikat Maut

Akal anugerah istimewa dari Allah SWT. Dan hanya manusia yang dikarunia akal. Malaikat tidak, setanpun tidak. Maka manusia harus bersyukur atas karunia akal. Dan menggunakan akalnya untuk berfikir dengan benar.

Bunuh Diri Adalah Putusan Diluar Normal

Mendengar berita  mahasiswa bunuh diri, ataupun bunuh diri-bunuh diri lainya, membuat kita miris dan berlindung kepada Allah SWT dari perbuatan diluar normal tersebut. Na'udzubillahi min dzalik. 

Berikut diantara kasus bunuh diri kalangan pemuda/i periode Juni-Juli 2022. Seorang perempuan dikabarkan meninggal dunia diduga bunuh diri seperti nadzarnya jika tidak lulus ujian masuk perguruan tinggi negeri.   (https://amp.suara.com/news/2022/07/13/141936/tidak-untuk-ditiru-tak-lolos-masuk-ptn-perempuan-ini-bunuh-diri-diduga-untuk-menepati-nazar).

Berikutnya, seorang mahasiswa asal Kalimantan Tengah ditemukan bunuh diri di kamar kosnya di Babakan Jeruk Bandung (https://prfmnews.pikiran-rakyat.com/citizen-report/amp/pr-134627392/mahasiswa-ditemukan-bunuh-diri-di-kamar-kos-di-babakan-jeruk-bandung).

Bunuh diri adalah keputusan akal diluar normal. Karena normalnya manusia tidak akan menghabisi dirinya sendiri. Di dunia binatang saja, yang ia tidak dikarunia akal, belum pernah terdengar cerita hewan bunuh diri. Dengan demikian, bunuh diri seharusnya sangat tidak boleh terjadi pada manusia yang ber-akal.

Berfikirnya manusia memang tidak semata dengan akal. Ada hati yang juga diberi potensi berfikir oleh Allah SWT. Hati juga tempatnya gunjangan kejiwaan seseorang. 

Ketika seseorang menghadapi masalah, maka akal dan hatinya akan bereaksi. Akal dan hati yang menyatu akan menunjukkan reaksi yang sama. Dan ini bisa refleks, buah dari akal dan hati yang ditempa dengan informasi yang sama.

Sebagai contoh; seseorang yang menggunakan akalnya untuk memikirkan ayat-ayat Allah SWT, baik yang qauliyah maupun qauniyah akan menjadikan otaknya menyimpan informasi sebagaimana petunjuk Al Qur'an. Sehingga ketika inderanya menangkap fakta (masalah) akalnya dengan mudah mengingat pesan dari Al Qur'an.

Dan hati yang senantiasa diajak taqarub ilallah, akan mudah menerima segala kondisi yang ia hadapi. Hal ini  juga pengaruh dari aktivitas tadabbur dan tafakkur yang dilakukan akal. 

Orang-orang yang demikian inilah, yang akal dan hati satu irama. Dan jenis iramanya benar atau salah tergantung dengan apa ia tempa akal dan hatinya tersebut. Dengan ajaran Islam ataukah lainnya. 

Tipe berikutnya adalah akal dan hati yang tidak menyatu. Tipe inilah yang berpotensi menghasilkan aksi yang diluar normal. 

Contohnya; seorang muslim pasti menempa ilmu agama. Ilmu agama yang dipelajarinya menjadi ma'lumat yang tersimpan di dalam otaknya. Secara akal, seorang muslim menerima semua ilmu agama yang ia pelajari. Tapi, untuk menerapkannya, tidak jarang masih ada yang enggan, berat, malas atau bahkan tidak mau. 

Putusan enggan, berat, malas hingga tidak mau mengamalkan sebagaimana ilmu agama yang ia pelajari adalah bagian dari putusan hati. Karena hati letak kejiwaan seseorang ini menentukan pemenuhan atas kebutuhan dan kemauan seseorang. Makanya letaknya niat ada di dalam hati.

Enggan, malas, menolak taat pada ketentuan syariah buah hati yang lalai dari dzikrullah.

Kondisi hati yang lalai, akan mudah dimasuki bisikan setan. Dan setiap bisikan setan tidak ada yang mengajak kepada kebenaran. Sebagaimana janji setan sendiri yang disebutkan dalam Al Qur'an.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

قَا لَ فَبِمَاۤ اَغْوَيْتَنِيْ لَاَ قْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَا طَكَ الْمُسْتَقِيْمَ 

"(Iblis) menjawab, "Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus,"(QS. Al-A'raf 7: Ayat 16)

ثُمَّ لَاٰ تِيَنَّهُمْ مِّنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ اَيْمَا نِهِمْ وَعَنْ شَمَآئِلِهِمْ ۗ وَلَا تَجِدُ اَكْثَرَهُمْ شٰكِرِيْنَ

"Kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 17

Itulah janji setan yang disampaikan langsung dihadapan Allah SWT. Bahwa ia -setan- akan menghalangi manusia dari mentaati Allah SWT hingga hari kiamat. 

Oleh karena itulah, Allah SWT menyebut setan adalah musuh bagi manusia. 

 وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ۗ اِنَّهٗ لَـكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

"... dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 168)

Akhirnya, orang-orang yang akal dan hatinya tidak menyatu ini, ketika menghadapi fakta masalah, putusan solusi yang diambil bisa dipengaruhi setan sehingga berbeda dari petunjuk agama yang dipahami akalnya. Contohnya adalah keputusan bunuh diri. 

Bunuh diri adalah putusan yang abnormal, menyalahi  agama, menyalahi akal dan hati yang benar.

Dan dalam kehidupan yang sekuler seperti saat ini, banyak dijumpai orang-orang yang akal dan hatinya tidak menyatu sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT. Karena sistem sekuler memisahkan urusan agama dari kehidupan. Pemisahan ini  mengakibatkan seseorang ketika menghadapi persoalan kehidupan, akan  menempuh solusi yang keluar dari ajaran Islam, semisal bunuh diri. 

Agar Tidak Ada Lagi Bunuh Diri

Allah SWT berfirman; 

 ۗ وَلَا تَقْتُلُوْۤا اَنْـفُسَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَا نَ بِكُمْ رَحِيْمًا

"... Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 29)

Bunuh diri haram dilakukan. Allah SWT melarang perbuatan tersebut. Sehingga segala jalan yang bisa menghantarkan kepada bunuh diri harus ditutup. Berikut kiat yang bisa dilakukan agar kita tidak terbersit untuk mengakhiri hidup dengan tangan sendiri.

Pertama, tips untuk individu muslim adalah membuat benteng pada dirinya dengan senantiasa tholabul ilmi, tafaqquh fid dien. Menempa akal dan hatinya dengan ilmu Islam. Beribadah dengan sepenuh kesadaran dalam beribadah (khusyuk) dan istiqamah. Ibadah yang khusyuk ini akan menyehatkan akal, membentuk qalbun salim dan jiwa yang mutmainnah. 

Mengamalkan yang fardhu dan berusaha menambah yang sunnah. Bergaul dengan orang-orang shalih. Orang shalih shalihah akan mengajak pada yang ma'ruf mencegah dari yang munkar dan selalu hadir baik dikala suka dan duka. 

Berikutnya, tilawah Al Qur'an. Ada masalah ataupun tidak ada masalah tetap membaca Al Qur'an setiap hari dan sempatkanlah membaca terjemah dari ayat Al Qur'an yang telah dibaca agar kita mengetahui arti dari ayat yang kita baca. Dan terus berdoa mohon perlindungan kepada Allah SWT dari godaan setan yang terkutuk.

Tips selanjutnya untuk individu muslim adalah menyadari bahwa Allah SWT tidak menuntut manusia untuk hal yang ia tidak kuasai. Tapi Allah SWT menuntut atas perbuatan yang telah dilakukannya. Sehingga Allah SWT memerintahkan kita untuk berilmu/berfikir sebelum berbuat (QS. Al Isra'; 36)

Ketika seseorang gagal melakukan sesuatu atau dihadapkan pada masalah maka fokuslah pada apa yang diminta Allah SWT dalam menghadapi masalah tersebut.  Jangan fokus pada kemauan diri karena hal itu menyebabkan perasaan tertekan, tidak ridho dengan kegagalan itu. Atau jangan fokus apa yang dimaui atau penilaian manusia. Karena itu menjadikan kita tidak percaya diri atas kegagalan. Tapi fokuslah pada apa yang diinginkan Allah SWT saat masalah atau kegagalan itu menimpa diri kita.

Pemahaman inilah yang akan menetralisir racun depresi, patah semangat ataupun perilaku negatif lainnya. 

Inilah diantara tips yang bisa dilakukan individu untuk membentengi diri dari bunuh diri dan perbuatan keliru lainnya.

Kedua, tips skala sistem. Faktor pendorong bunuh diri umumnya karena adanya masalah. Hampir tidak ada cerita orang bunuh diri tanpa latar belakang masalah. 

Bisa masalah ekonomi, sosial, pendidikan, gaya hidup dan lainnya. Masalah-masalah ini tidak bisa dikatakan masalah karena faktor pribadi seseorang. Malah masalah-masalah ini muncul berkesinambungan karena buah penerapan sistem yang keliru oleh negara. 

Sistem yang keliru itu adalah sistem sekuler- kapitalisme. Sistem ini membentuk pola berfikir dunia oriented, materi sebagai tujuan, memisahkan agama dari kehidupan, penerapan liberalisme diberbagai bidang, memisahkan akal dan hati untuk bertakwa kepada Allah SWT. Sistem yang demikian ini tidak sesuai fitrahnya manusia. Maka wajar jika di sistem ini banyak orang depresi, stres, gila.

Meninggalakan kapitalisme dan menggantinya dengan  sistem yang tidak memisahkan agama dari kehidupan, sistem yang memberikan kedaulatan ditangan asy syari', sistem yang membentuk pribadi beriman dan bertakwa, sistem yang menyatukan akal dan hati untuk tunduk kepada Allah SWT, sistem yang menyuburkan yang ma'ruf dan menumpas kemunkaran, sistem yang tidak meliberalkan di segala bidang adalah keharusan. Inilah sistem Islam. Sistem yang bersumber dari Allah SWT. Sistem Islam ini akan tegak ketika umat Islam kaffah dalam menjalankan seluruh syariahNya. 

Allah SWT berfirman;

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ کَآ فَّةً ۖ وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ۗ اِنَّهٗ لَـکُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 208)

Khatimah

Bunuh diri bukan perintah Allah SWT. Tapi bujukan setan dan dikondisikan oleh sistem sekuler yang liberal. Jika berjumpa dengan Allah SWT adalah akhir perjalanan manusia, lantas berjumpakah orang yang bunuh diri dengan Rabbnya? Menikmatikah ia kenikmatan surga firdausNya? Padahal akhirat adalah kehidupan yang kekal. Mari berlindung kepada Allah SWT dari putusan diluar normal ini.  

Wallahua'lam bis showwab   


Minggu, 23 Januari 2022

Ketika Akal dan Hati Tanpa Ekspresi

Jiwa sebagaimana didefinisikan dengan ekspresi akal dan hati -baca disini-,  maka ungkapan orang sakit jiwa sebagai sebutan bagi orang gila, sudahkah tepat? 

Manusia dan hewan memiliki otak. Tapi hewan tidaklah berakal. Sedang manusia berakal. Artinya, otak bukanlah akal. Otak adalah organ. Adapun manusia untuk disebut berakal membutuhkan otak. 

Akal adalah qadar (potensi) yang Allah SWT tetapkan atas manusia. Berakal artinya bisa berfikir. Jadi akal adalah potensi atau kemampuan manusia untuk berfikir. 

Syekh Taqiyuddin an Nabhani menjelaskan berfikir membutuhkan 4 komponen. Yaitu, otak, indera, fakta, dan ma'lumat tsabiqah. 

Otak organ yang beratnya kurang lebih 1 kilo 2 ons ini mampu menampung informasi sekitar 90 juta jilid disket. Satu disket buatan manusia bisa berisi ratusan file. Jadi otak manusia ini bisa menyimpan milyaran informasi. 

Betapa Allah SWT Maha Kuasa menjadikan saraf-saraf di otak bisa menyimpan informasi. Terkait hal ini ada pakar yang menyebut informasi tidak di simpan di saraf-saraf otak. Wallahua'lam.

Indera, ada 5 indera yang dimiliki manusia. Indera penglihatan, indera pendengaran, indera penciuman, indera perasa, indera peraba. Indera ini bertugas menangkap fakta. Tanpa indera manusia diam. Tidak ada yang dilihat, didengar, dicium, dirasa dan diraba. Tidak ada yang difikirkan. 

Fakta adalah apa yang ditangkap indera. Fakta inilah yang akan dihukumi, dipikirkan.

Ma'lumat tsabiqah (informasi-informasi terdahulu) yang telah tersimpan di otak ibarat eksekutor atas fakta yang telah diindera. Jika informasi terdahulu tentang fakta ini tidak ada di otak maka manusia tidak bisa memutusi fakta yang dilihatnya. Contohnya; jika kita sebelumnya pernah merasakan permen maka keesokan harinya bila disuguhkan dengan permen yang sama, pasti kita bisa bercerita tentang permen itu walau belum dibuka bungkusnya. Dari rasanya, keras atau lembut, warnanya dan lainnya. 

Adapun jika kita belum pernah melihat, belum pernah mendengar tentang buah tin, maka ketika diminta menceritakan buah tin tidak akan bisa. Sama seperti kita yang tidak pernah belajar bahasa Jepang kemudian diminta membaca tulisan dengan bahasa Jepang, pasti kita tidak bisa.

Ketidakmampuan ini disebabkan tidak adanya ma'lumat tsabiqah terkait buah tin dan bahasa Jepang di dalam otak kita. 

Berfikir adalah proses penginderaan fakta oleh panca indera diserap oleh otak untuk dikaitkan dengan informasi terdahulu yang telah tersimpan di dalam otak kemudian dihukumilah fakta tersebut. 

Betapa hebatnya potensi berfikir yang Allah SWT berikan, karena proses berfikir itu hanya sekian detik, dan manusia bisa memberi putusan terkait fakta yang ia indera.

Bagaimana perjalanan antar saraf sehingga manusia bisa melakukan proses berfikir dan menghasilkan buah pikiran adalah benar-benar Allah SWT semata yang mengetahui dan mengaturnya.

Hati yang Berfikir 

Hati -qalbun- jamaknya qulub juga menjalankan fungsi berfikir. Quran surah. Al A'raf ayat 179 menyebutkan demikian. 

Dengan kuasa Allah SWT, organ hati ini memiliki potensi -qodar- untuk bisa berbicara. Contohnya; ketika kita niat dalam hati, membaca dalam hati dan perkataan lain yang tidak dilisankan.

Kita tidak pernah menyebut jiwa yang berbicara, jiwa yang berfikir. Jadi berfikir adalah akal dan hati. Dan setahu penulis Al Qur'an juga belum pernah menyebutkan jiwa yang berfikir. Bila pernyataan ini salah, pembaca bisa meluruskan.

Disebutkan salah satunya dalam Al Qur'an, nafsu yang mutmainnah -jiwa yang tenang-. Jiwa yang tenang adalah buah dari akal yang sehat -ulul albab- dan qalbun salim.

Fenomena Gila

Berakal menjadi syarat seorang muslim terkena taklif hukum. Seorang muslim yang mabuk (minum alkohol) tidak diterima sholatnya hingga ia sadar. Tapi, mohon maaf, fakta hampir tidak ada yang menunjukkan orang mabuk sholat. Demikian pula dengan ibadah lainnya.

Ketika hewan hanya memiliki otak tanpa akal ia tidak disebut gila.

Berbeda dengan manusia. Walau punya otak jika potensi akalnya -kemampuan berfikirnya- tidak berfungsi maka ia disebut gila. 

Walau punya organ hati yang juga memiliki potensi berfikir, tapi jika potensi berfikir di hati ini dicabut maka disebut gila. 

Tidak pernah kita menemukan kondisi orang gila -tidak berfungsi akalnya- tapi berfungsi hatinya untuk berfikir. Yang ada pada orang gila itu tidak berfungsi seluruh potensi akalnya juga hatinya. 

Inilah fenomena orang gila. Jadi orang gila itu adalah orang yang dicabut potensi akalnya. Atau disebut hilang akalnya. Sehingga lepaslah atas orang gila ini dari taklif hukum syariat.

Ketika orang hilang akalnya maka yang disebut jiwa pada orang tersebut tidak ada. Karena sebagaimana definisi yang penulis sebutkan bahwa jiwa adalah ekspresi akal dan hati. Sedang akal tidak berfungsi, dan hatinya juga sudah tidak bisa berfikir. Sehingga tidak menghasilkan ekspresi dari akal dan hati pada orang gila tersebut.

Wallahua'lam, hanya Allah SWT yang mengetahui pergerakan orang gila. Fisiknya yang masih keluyuran kemana-mana dengan ijin Allah SWT, tapi potensi akal dan hatinya untuk berfikir diangkat oleh Allah SWT. 

Khatimah

Semua fenomena yang ada harusnya menjadi bahan tafakkur bagi manusia. Betapa kuasanya Allah SWT sebagai arsitek kehidupan. Wallahua'lam bis showwab.








 










  


Minggu, 03 Januari 2021

AKAL

Assalaamu'alaikum pengunjung blog saranakebaikan.blogspot.com. 


Kita lanjutkan ngaji by literasinya ya. 

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah azza wa jalla. Hari ini materi ngaji by literasi sampai materi ke-5. Nah kita akan membahas tentang Thaqatul Hayawiyah (Potensi Kehidupan). 

Nah setiap kita pasti merasa haus saat berjalan jauh dibawah terik matahari. Selain haus lapar juga mendera. Saat lelah jadi mengantuk. Dan saat ditimpa bencana kita bersedih menangis. 

Kita juga menyukai sesuatu، pun juga membenci sesuatu. Apakah sesuatu itu berupa manusia ataupun barang. Kita juga merasa jengkel ketika di sakiti orang lain. Marah dan serasa ingin membalas. 

Nah kita juga berkali kali menyebut nama Tuhan. Kita juga memiliki banyak ide dan strategi dalam menjalankan aktivitas keseharian. Ini semua adalah perwujudan dari Thaqatul hayawiyah atau potensi kehidupan yang ditetapkan Allah azza wa jalla atas manusia. 

Semua manusia memiliki potensi kehidupan yang sama. Sejak manusia pertama nabi Adam. Kecuali pada individu tertentu yang Allah azza wa jalla ciptakan berbeda. 

Apabila diperinci Thaqatul hayawiyah atau potensi kehidupan dibedakan menjadi 3 yaitu: akal, hajatul udhowiyah (kebutuhan jasmani) dan naluri. 

Pertama, akal. Akal adalah potensi yang membedakan manusia dengan makhluk ciptakan Allah azza wa jalla lainnya. Manusia memiliki akal, malaikat tidak, hewan juga tidak. Akal adalah kemampuan manusia untuk berfikir. Potensi akal ini diberikan Allah azza wa jalla bukan tanpa maksud. Dengan akal manusia bisa memikirkan ayat-ayat Allah dialam semesta ini. Sehingga ia bisa menemukan siapa Al khaliq yang haq itu. Dengan akal manusia bisa menemukan agama apa yang haq- itu. Dengan akal manusia bisa berfikir mana yang baik mana yang buruk. Dengan akal manusia bisa menembus langit dan bumi dengan ilmu pengetahuan. Dengan akal manusia bisa mengimani akan adanya akhir kehidupan. Bahwa tidak ada manusia abadi, tidak ada makhluk hidup yang abadi. Yang kekal hanya Sang Pencipta -Allah azza wa jalla-.Nah, makanya Allah azza wa jalla akan meminta pertanggungjawaban atas apa yang dilakukan manusia. 
 
Nan beda dengan binatang. Yang bebas hisab. Karena hewan tidak dikaruniai akal. Walau punya otak tapi hewan tidak bisa berfikir. Hewan hanya dikaruniai insting. Kambing menyusui anaknya bukan karena akalnya, tapi karena insting yang telah Allah azza wa jalla berikan. Induk ayam mencarikan makan anak-anaknya bukan karena akalnya, tapi insting yang Allah azza wa jalla tetapkan atasnya. 

 Tapi anehnya, didunia ini, manusia yang dianugerahi akal bisa sesat melebihi hewan. Tidak ada didunia hewan suka sesama jenis. Tidak ada juga ayam yang tega membunuh anaknya sendiri. Tapi kenapa di dunia manusia ada lesbi, homo, biseksual, transgender (LGBT)? Kenapa ibu/ayah tega membunuh anaknya sendiri? Btw juga pernah dengar hewan bunuh diri? Seperti nya belum pernah dengarkan? Nah kenapa manusia ada yang bunuh diri? 

 Ya Allah, sungguh benar firmanMu:
 وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ " Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai" (Qs. Al A'raf: 179). 

Jadi, Allah azza wa jalla menganugerahkan akal kepada manusia sebagai anugerah yang luar biasa. Dengan akal manusia bisa mulia, dengan akal manusia bisa sesat. 

Nah, btw supaya manusia ini bisa berfikir setidaknya ada empat hal. Pertama, ada fakta yang dipikirkan. Kedua, ada indera yang menyerap fakta. Ketiga ada matlumat tsabiqah/informasi awal. Keempat ada otak yang menyimpan berbagai macam informasi. Nah bila salah satu diantara 4 komponen ini tidak ada maka akal tidak menghasilkan pemikiran. Contohnya: kamu orang jawa berbangsa Indonesia dihadapkan pada buku berbahasa Jerman yang kamu belum pernah membelajarinya. Maka dijamin saat membaca nya kamu tidak mengerti sama sekali apa isi buku itu. Betul kan? Itu karena didalam otak kita tidak tersimpan matlumat tsabiqah tentang kosa kata bahasa Jerman. Sehingga mata hanya bisa melihat tulisan tapi tidak bisa mencerna maksud tulisan tersebut. 

Nah, oleh karena itulah, Allah azza wa jalla melarang kita mengikuti sesuatu tanpa kita ketahui ilmunya. Sebagaimana Allah berfirman: 
وَإِن جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَن تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا "Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, ..." (Qs. Luqman: 15) 

Disinilah pentingnya kita untuk menuntut ilmu. Oleh karena itu pula Allah azza wa jalla memfasilitasi hambaNya dengan mewajibkan menuntut ilmu. Supaya dengan ilmu manusia bisa berfikir dan menjadi hamba Allah azza wa jalla yang shalih shalihah selamat dunia akhirat. 

Sudah cukup ya untuk materi Akal ini. Dan untuk ngaji by literasi berikutnya kita bahas potensi kehidupan / Thaqatul hayawiyah selanjutnya. 

Nah, silahkan bila ada pertanyaan untuk disampaikan via comment. Semoga ngaji by literasi hari ini diberkahi Allah azza wa jalla dan diberikan selalu kelapangan untuk kita menuntut ilmu. Aamiin aamiin yaa mujiibassaailiin.

Dipun Waos Piantun Kathah