يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Tampilkan postingan dengan label jiwa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label jiwa. Tampilkan semua postingan

Rabu, 26 Oktober 2022

Waspada, Gangguan Akal dan Hati!

Seseorang bisa merasakan nikmatnya hidup ketika sehat.

Sehat badan saja tidak cukup untuk merasakan nikmatnya hidup. Sehat jiwanya saja juga tidak cukup merasakan nikmatnya hidup. Jadi dibutuhkan sehat raga dan jiwa agar hidup ini terasa nikmat.

Tapi faktanya tidaklah semua manusia bisa sehat raga dan jiwanya. 

Direktur jenderal kesehatan masyarakat Maria Endang Sumawi menyebutkan bahwa beberapa tahun terakhir ini prosentase masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan mental meningkat. Gangguan mental pada anak usia di bawah 15 tahun dari 12 juta anak (tahun 2013) meningkat menjadi sekitar 20 juta. (https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20221010/4041246/kemenkes-kembangkan-jejaring-pelayanan-kesehatan-jiwa-di-seluruh-fasyankes/)

WHO menyebutkan bahwa ada sekitar 1 milyar penduduk dunia mengalami beberapa bentuk gangguan kesehatan mental. (https://amp.kompas.com/sains/read/2022/06/20/193000823/who--hampir-1-miliar-orang-di-dunia-alami-gangguan-kesehatan-mental)

Dr. Sandarsan Onie pada webinar Hari Kesehatan Jiwa Sedunia menyebutkan tingkat bunuh diri di Indonesia 4 kali lipat dari yang dilaporkan. Sedangkan percobaan bunuh diri 7 kali lipat dari jumlah tersebut. (https://m.liputan6.com/amp/5093293/hari-kesehatan-mental-sedunia-2022-deklarasi-relio-mental-health-untuk-kalahkan-stigma-lewat-pendekatan-agama)

Pengertian Gangguan Kesehatan Mental/Jiwa

Mental didefinisikan kondisi dimana individu memiliki kesejahteraan yang tampak dari dirinya yang mampu menyadari potensi dirinya, memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi dalam kehidupan, mampu bekerja produktif dan menghasilkan, serta mampu memberikan kontribusi pada komunitas. (https://m.merdeka.com/jabar/mengenal-pengertian-mental-kenali-jenis-penyakitnya-kln.html?page=2)

Dari kompas.com (20/6/2022) WHO mendefinisikan gangguan mental sebagai gangguan secara klinis terkait fungsi kognisi, regulasi emosi, atau perilaku seseorang.

Adapun menurut penulis, jiwa adalah ekspresi dari akal dan hati (baca disini). Jiwa ini tidak tampak. Tapi penampakan kondisi kejiwaan seseorang baru diketahui dari ekspresi seseorang yang berfikir normal, beraktivitas normal, ekspresi hati dia yang menampakkan wajah ceria, bahagia maka ia disebut jiwanya normal.  

Jadi kondisi jiwa ini bisa diketahui dari ekspresi yang ditampakan seseorang setelah ia berfikir dengan akal dan hatinya. Karena hatipun juga memiliki potensi untuk berfikir. Dan ekspresi perasaan hati seseorang. 

Adapun antara istilah mental atau jiwa mana yang lebih tepat digunakan, maka menurut penulis yang tepat adalah jiwa. Kata jiwa disebutkan dalam Al Qur'an dengan istilah an nafs. Dalam QS Al Fajr ayat 27 disebutkan kata nafsun mutmainnah (jiwa yang tenang).

يٰۤاَ يَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ 

"Wahai jiwa yang tenang!" (QS. Al-Fajr 89: Ayat 27)

Adapun penggunaan istilah mental dan jiwa ini umumnya dianggap sama. Jadi gangguan kesehatan mental itu sama dengan gangguan kesehatan jiwa.

Dengan pengertian sebagaimana yang penulis definisikan maka gangguan kesehatan jiwa/mental adalah kondisi dimana ada yang sakit pada akalnya dan hatinya. 

Sakit dalam pengertian ada kekeliruan atau masalah dalam proses berfikir seseorang (akal dan hatinya) dan ada kekeliruan dalam penempatan perasaan pada hatinya.

Adapun gangguan mental/jiwa berupa gila maka itu adalah kondisi dimana potensi berfikir pada akal dan hati telah Allah SWT cabut. Sehingga orang gila itu sehat raga tapi potensi akalnya tidak berfungsi. Dan gangguan jiwa dalam konteks gila ini tidak masuk dalam pembahasan ditulisan ini. Bisa dibaca disini.

Macam-Macam Faktor dan Gangguan Kesehatan Jiwa/Mental

Dalam dunia kesehatan disebutkan beberapa jenis gangguan mental. Pertama, anxiety disorders yaitu gangguan kecemasaan saat merespon suatu objek atau situasi tertentu. Kedua, mood disorders atau gangguan afektif atau bipolar disorders yaitu gangguan perubahan perasaan seseorang secara ekstrim/cepat berubah. 

Ketiga, eating disorders yaitu gangguan dimana penderita merasa kelaparan dimanapun dan kapanpun atau tidak selera makan sama sekali. Keempat, personality disorders yaitu gangguan pada cara berfikir yang berbeda dengan masyarakat, sehingga memunculkan sikap anti sosial atau paranoid terhadap lingkungan. Kelima, obsessive compulsive disorders yaitu sikap berlebihan terhadap suatu hal. Misal takut yang berlebihan terhadap kuman menyebabkan sipenderita terus menerus cuci tangan atau lainnya. 

Keenam, post traumatic stress disorders yaitu gangguan disebabkan pengalaman atau kenangan yang menakutkan di masa lalu. Ketujuh, impulse control and addition disorders yaitu penyakit mental berupa kecanduan terhadap sesuatu, seperti kleptomania (suka mencuri), dan gangguan kesehatan mental lainnya. (https://m.merdeka.com/jabar/mengenal-pengertian-mental-kenali-jenis-penyakitnya-kln.html?page=3)

Adapun menurut penulis berdasarkan definisi jiwa yang dibuat penulis, maka ada 2 faktor penyebab gangguan kesehatan jiwa/mental seseorang.

Pertama, gangguan internal yaitu berasal dari dalam diri orang tersebut. Gangguan internal ini adalah nafsu. Nafsu inilah yang mempengaruhi akal dan hati. Nafsu yang sifat asalnya mengajak pada keburukan maka ia akan mempengaruhi akal untuk berfikir yang buruk, jahat, negatif. Nafsu mempengaruhi hati untuk memiliki perasaan marah, takut, dengki, benci, sombong, minder. 

Ketika nafsu berhasil  mempengaruhi akal dan hati maka memunculkan ekspresi sikap manusia seperti cemas tidak tawakal kepada Allah SWT, ketidaktenangan hati sehingga emosi/perasaannya mudah berubah, terlalu rakus pada sesuatu, kepribadian yang tidak jelas (ketaatan dan kemaksiatan dijalani).

Gangguan internal berikutnya yang mempengaruhi kesehatan jiwa/mental adalah ma'lumat (informasi) yang tersimpan dalam otak. Informasi yang tersimpan di dalam otak ini akan mengeksekusi setiap fakta yang diindera manusia. Ketika informasi yang tersimpan dalam otak seseorang itu adalah hal yang benar, baik, dan menyenangkan, maka akan menghasilkan persepsi yang baik. Sebaliknya ketika ma'lumat yang tersimpan dalam otak seseorang itu berkaitan hal-hal yang menakutkan, horor, maka akan memunculkan perilaku ketakutan, trauma dan sejenisnya. 

Kedua, gangguan eksternal yaitu gangguan dari luar diri manusia. Gangguan eksternal ini meliputi setan, manusia lainnya (masyarakat/lingkungan) dan sistem kehidupan. 

Setan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi akal dan hati manusia. Dengan bisikannya syetan bisa menyesatkan pikiran manusia. Dengan bisikannya syetan bisa mengubah situasi perasaan manusia.

اَلشَّيْطٰنُ يَعِدُكُمُ الْـفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِا لْفَحْشَآءِ ۚ وَا للّٰهُ يَعِدُكُمْ مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَا للّٰهُ وَا سِعٌ عَلِيْمٌ 

"Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir), sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan karunia-Nya kepadamu. Dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui."(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 268)

Teman, masyarakat dan lingkungan bisa mewarnai cara berfikir dan suasana hati seseorang. Ketika masyarakat punya pemikiran tertentu tentang suatu hal (seperti adat), dan seseorang juga memiliki pemikiran sendiri terhadap hal tersebut, maka seseorang ini bisa terwarnai atau dirinya mewarnai masyarakat. Disinilah yang bisa memunculkan masalah mental dalam bersosialisasi. 

Berikutnya sistem kehidupan yang diterapkan suatu negara memiliki pengaruh besar terhadap akal dan hati seseorang. Sistem kehidupan yang sekuler, liberal, akan membentuk pola berfikir yang bebas, menjauhi agama, dan perasaan hati yang cenderung pada nafsu. Makanya wajar jika di sistem saat ini (sekulerisme-kapitalisme) banyak orang mengalami gangguan mental/jiwa.

Menyelesaikan Gangguan Kesehatan Mental/Jiwa

Menyelesaikan gangguan kesehatan mental adalah dengan membereskan faktor penyebab dari gangguan tersebut.

Pertama, mengendalikan nafsu pada diri manusia. Nafsu sebagai bawaan penciptaan tidak dapat dihapus dari manusia. Namun nafsu ini bisa di kendalikan. Pengendali dari nafsu ini adalah iman, sikap muraqqabatullah (merasa selalu diawasi Allah SWT), tadarus Al Qur'an, ibadah, zikir dan menjalankan amal shalih lainnya. 

اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَ لَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ 

"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."(QS. Ar-Ra'd 13: Ayat 28)

Terapi dengan peningkatan iman dan takwa inilah yang akan menjinakkan nafsu. Sehingga bisa terbentuk an nafsu al mutmainnah (jiwa yang tenang). Jiwa yang tenang ini akan mempengaruhi akal untuk berfikir dengan benar, positif (husnudzan). Berfikir dengan benar ini akan mengalirkan energi keseluruh tubuh untuk menjadi individu yang taat pada Rabbnya, aktif, produktif dan bermanfaat bagi umat. 

Kedua, menuntut ilmu  yang benar sehingga informasi/ma'lumat/pengetahuan yang masuk ke dalam otak adalah informasi/ma'lumat/pengetahuan yang benar. Ilmu yang pasti benar adalah ilmu agama. Maka seorang muslim agar tidak terkena gangguan jiwa/mental teruslah menuntut ilmu agama disepanjang hidup. Ilmu agama inilah yang akan memberikan pedoman hidup yang benar dan Islam memberikan solusi dari seluruh problem kehidupan.

Ketiga, melawan bisikan/gangguan setan. Setan menginginkan manusia itu rusak. Sehingga kejiwaan/mental manusia pun ikut dirusak syetan. Dimunculkan rasa was-was, takut, cemas, rakus, berprasangka buruk pada diri dan orang lain dan lainnya. Dan semua itu akan digelayutkan syetan pada akal dan hati manusia. Melawan syetan  dengan memohon perlindungan kepada Allah SWT, meningkatkan iman dan ketaatan/ketakwaan.

اِنَّهٗ لَـيْسَ لَهٗ سُلْطٰنٌ عَلَى الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ

"Sungguh, setan itu tidak akan berpengaruh terhadap orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhan." (QS. An-Nahl 16: Ayat 99)

Keempat, mengambil yang positif dari masyarakat/lingkungan, menjadi bagian dari masyarakat dan bukan menciptakan komunitas yang terpisah dari masyarakat. Gangguan mental kesulitan bersosialisasi bisa diatasi dengan melakukan tindakan bersosialisasi. Bersosialisasi bukan bermakna tiap waktu harus berkumpul dengan masyarakat akan tetapi berinteraksi dengan mereka sesuai kebutuhan/keperluan, hadir dalam kegiatan yang melibatkan masyarakat, bertegur sapa saat bertemu dan lain-lainnya.

وَاِ نْ تُطِعْ اَكْثَرَ مَنْ فِى الْاَ رْضِ يُضِلُّوْكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ اِنْ يَّتَّبِعُوْنَ اِلَّا الظَّنَّ وَاِ نْ هُمْ اِلَّا يَخْرُصُوْنَ

"Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanya persangkaan belaka dan mereka hanyalah membuat kebohongan."(QS. Al-An'am 6: Ayat 116)

Kelima, perubahan sistem kehidupan dari yang menyebabkan manusia jauh dari agama, jauh dari Rabbnya beralih pada sistem yang menjadikan manusia dekat dengan Rabbnya, taat menjalankan agamanya. Sehingga Allah SWT meridhoi hambaNya dan hambaNya pun menjadi hamba yang ridho dengan Rabbnya. Dan sistem yang benar ini adalah sistem Islam. 

Khatimah

Kesehatan mental/jiwa memang harus dijaga. Jika penjagaannya diserahkan keindividu semata maka tidak semua individu mampu untuk itu. Tapi jika didukung oleh masyarakat dan negara yang menerapkan sistem Islam, itu akan terjaga kesehatan raga dan jiwa, bukan hanya pada individu tertentu saja, tapi untuk seluruh umat manusia, InshaAllah.

Wallahua'lam bis showab.








   




Senin, 28 Maret 2022

Kematian Jiwa Kemanusiaan Lebih Berbahaya

Kematian Jiwa Kemanusiaan
Lebih Berbahaya
Manusia dicipta sempurna. Raga yang ditiupkan ruh atasnya. Dengan adanya ruh, manusia hidup. Dan dengan dicabutnya ruh, matilah manusia. Hakikat ruh yang ditiupkan ke dalam jasad manusia ini, hanya Allah SWT yang mengetahuinya. Sebagaimana Allah SWT jelaskan dalam QS. Al Isra' ayat 85.

وَيَسْــئَلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِ ۗ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّيْ وَمَاۤ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا

"Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang roh, katakanlah, "Roh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit."

Selain menganugerahi ruh dalam arti nyawa, Allah SWT juga mengaruniai manusia dengan akal dan hati. Keduanya yaitu akal dan hati ketika berfungsi dengan benar akan menghasilkan ekspresi kejiwaan yang mulia. 

Karena akal dan hati berfungsi sebagai mesin berfikir. Ketika mesin ini orderdilnya disentuh dengan ayat-ayat Allah SWT, hadist Nabi Muhammad, dan teladan dari para shalihin akan membuahkan akhlaqul karimah dalam bermuamalah. Apakah dengan pasangan, anak, tetangga, bermasyarakat hingga bernegara.

Lantas, kenapa ada peristiwa ibu tega membunuh anak kandungnya? Sebagaimana yang dilakukan seorang ibu di Brebes Jateng yang menggorok 1 anaknya hingga tewas, dan 2 anak lainnya yang masih hidup dengan banyak luka sayatan?. (https://www.detik.com/jateng/berita/d-6001866/menyoal-kondisi-kesehatan-mental-ibu-gorok-3-anak-di-brebes)

Akal dan Hati Yang Tercemar

Sebagaimana alam jika tercemar akan rusak ekosistemnya. Fungsinya pun akan bergeser menjadi tidak menjadikan manusia nyaman tinggal di dalamnya.

Sama, akal dan hati jika tercemar juga akan rusak fungsinya. Sehingga pemiliknya tidak lagi nyaman hidupnya. Jadi, faktor internal yang bisa membuat seseorang bertindak diluar nalar kemanusiaan adalah rusaknya fungsi akal dan hatinya. Sehingga orang tersebut tidak nyaman, tidak tenang hidupnya.

Lantas, polutan apa yang mencemari akal dan hati sehingga bisa merusak fungsi keduanya?

Pertama, polutan dalam diri manusia. Diantara polutan dalam diri manusia adalah tidak mau sholat, tidak mau membaca Al Quran, tidak mau memahami kandungan al Quran, tidak mau dzikir, tidak mau membaca kisah hidup para Nabi dan sholihin, tidak bersyukur dll. 

Polutan ini jika dibiarkan menjadikan onderdil akal dan hati disentuh dengan hal yang tidak tepat. Dengan bahasa lain orderdil akal dan hati menjadi dikuasai nafsu, bisikan syetan dan bisikan manusia yang tidak benar (Qs. An Nass: 5-6) .

Nah, akhirnya ekspresi akal dan hati adalah ekspresi kejiwaan yang jauh dari rahmat Allah SWT. Kalau sudah demikian, manusia bisa menjadi tidak mampu mengendalikan kenormalannya sebagai manusia. Hingga mati jiwa kemanusiaannya. Bukankah Allah SWT sudah mengingatkan dalam al Quran yakni dalam Qs al A'raf ayat 179.

وَلَـقَدْ ذَرَأْنَا لِجَـهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَا لْاِ نْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَا ۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَا ۖ وَلَهُمْ اٰذَا نٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَا ۗ اُولٰٓئِكَ كَا لْاَ نْعَا مِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰٓئِكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ

"Dan sungguh, akan Kami isi Neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 179)

Dalam ayat tersebut, Allah SWT menyebut manusia yang tidak memfungsikan akal dan hatinya dengan benar seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Astagfirullah. Rabbigfir, warham, wa anta khairurraahimiin. Aamiin.

Kedua, polutan dari luar diri manusia. Polutan eksternal ini tidak kalah bahayanya. Karena polutan ini bisa memberikan pengaruh kepada manusia skala dunia. Polutan tersebut adalah sistem hidup yang tidak benar. Yaitu sekulerisme-kapitalisme. 

Sekulerisme-kapitalisme ini paham yang lagi mengglobal. Telah merasuk ke seluruh penjuru dunia. Paham ini memisahkan ajaran agama dalam praktek kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Urusan dunia diatur sesuai aturan dan kehendak manusia. Sehingga al Khaliq ditinggalkan dalam kehidupan, diingat saat beribadah saja. 

Padahal manusia itu, walau hanya semenit lupa dengan al Khaliq, bisa menjadikan dirinya terjatuh pada kriminalitas dan kemaksiatan. Kejahatan dan perilaku tidak betul lainnya adalah buah amnesianya manusia dengan Allah SWT.

Nah, ketika manusia amnesia dengan Allah SWT, akhirnya, aturan atau sistem yang diterapkan bukan aturan Allah SWT. Lalu diantara akibatnya muncullah yang namanya kemiskinan struktural. Yaitu dibuat miskin oleh sistem buatan manusia. Nah, kasus ibu di Brebes yang tega menggorok anaknya sendiri, juga dikabarkan karena tekanan ekonomi. 

Ekonomi kapitalisme sangat berpotensi menjadikan orang miskin. Karena, sistem ini, melegalkan kekayaan alam dikuasai individu kaya bukan negara, sehingga rakyat tidak menikmati basil pengelolaan kekayaan alam secara maksimal. Penikmatnya adalah para investor swasta. 

Berikutnya, sistem kapitalisme tidak menjamin lapangan pekerjaan bagi rakyat. Makanya banyak orang menganggur. Sistem kapitalisme tidak memiliki mekanisme penjaminan bagi asnaf fakir miskin untuk hidup sejahtera. 

Selanjutnya, semua layanan umum dalam sistem kapitalisme diberlakukan sistem bisnis dengan rakyat (berbayar). Dan pasar banyak yang dikuasai kartel sehingga harga kebutuhan bisa dinaik turunkan semau kartel. Kenapa mereka bisa tega berbuat begitu? Karena ekonomi kapitalisme menihilkan spirit spiritual dan moral, yang ada spirit mencari keuntungan. Inilah cuplikan ekonomi kapitalisme yang bisa menghasilkan kemiskinan struktural.

Dengan demikian, polutan eksternal berupa sistem ini, sangat berbahaya. Matinya jiwa kemanusiaan bisa dipicu oleh sistem yang tidak benar ini. Dikatakan bahwa, orang baik yang hidup di sistem yang rusak, lama-lama bisa ikut rusak. Jadi, meninggalkan sistem sekulerisme-kapitalisme itu keharusan.

Penutup

Matinya raga tidak membahayakan manusia. Tapi matinya jiwa kemanusiaan bisa menciptakan petaka. Sentuh akal dan hati dengan ayat-ayatNya, suburkan iman dan tawakkal kepadaNya. Dan ganti sistem sekulerisme-kapitalisme dengan sistem Islam, inshaAllah berkah, sejahtera, selamat dunia dan akhirat.

Allah SWT berfirman:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَا تَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَا لْاَ رْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَ خَذْنٰهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ

"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al A'raf 7: Ayat 96)




Minggu, 23 Januari 2022

Ketika Akal dan Hati Tanpa Ekspresi

Jiwa sebagaimana didefinisikan dengan ekspresi akal dan hati -baca disini-,  maka ungkapan orang sakit jiwa sebagai sebutan bagi orang gila, sudahkah tepat? 

Manusia dan hewan memiliki otak. Tapi hewan tidaklah berakal. Sedang manusia berakal. Artinya, otak bukanlah akal. Otak adalah organ. Adapun manusia untuk disebut berakal membutuhkan otak. 

Akal adalah qadar (potensi) yang Allah SWT tetapkan atas manusia. Berakal artinya bisa berfikir. Jadi akal adalah potensi atau kemampuan manusia untuk berfikir. 

Syekh Taqiyuddin an Nabhani menjelaskan berfikir membutuhkan 4 komponen. Yaitu, otak, indera, fakta, dan ma'lumat tsabiqah. 

Otak organ yang beratnya kurang lebih 1 kilo 2 ons ini mampu menampung informasi sekitar 90 juta jilid disket. Satu disket buatan manusia bisa berisi ratusan file. Jadi otak manusia ini bisa menyimpan milyaran informasi. 

Betapa Allah SWT Maha Kuasa menjadikan saraf-saraf di otak bisa menyimpan informasi. Terkait hal ini ada pakar yang menyebut informasi tidak di simpan di saraf-saraf otak. Wallahua'lam.

Indera, ada 5 indera yang dimiliki manusia. Indera penglihatan, indera pendengaran, indera penciuman, indera perasa, indera peraba. Indera ini bertugas menangkap fakta. Tanpa indera manusia diam. Tidak ada yang dilihat, didengar, dicium, dirasa dan diraba. Tidak ada yang difikirkan. 

Fakta adalah apa yang ditangkap indera. Fakta inilah yang akan dihukumi, dipikirkan.

Ma'lumat tsabiqah (informasi-informasi terdahulu) yang telah tersimpan di otak ibarat eksekutor atas fakta yang telah diindera. Jika informasi terdahulu tentang fakta ini tidak ada di otak maka manusia tidak bisa memutusi fakta yang dilihatnya. Contohnya; jika kita sebelumnya pernah merasakan permen maka keesokan harinya bila disuguhkan dengan permen yang sama, pasti kita bisa bercerita tentang permen itu walau belum dibuka bungkusnya. Dari rasanya, keras atau lembut, warnanya dan lainnya. 

Adapun jika kita belum pernah melihat, belum pernah mendengar tentang buah tin, maka ketika diminta menceritakan buah tin tidak akan bisa. Sama seperti kita yang tidak pernah belajar bahasa Jepang kemudian diminta membaca tulisan dengan bahasa Jepang, pasti kita tidak bisa.

Ketidakmampuan ini disebabkan tidak adanya ma'lumat tsabiqah terkait buah tin dan bahasa Jepang di dalam otak kita. 

Berfikir adalah proses penginderaan fakta oleh panca indera diserap oleh otak untuk dikaitkan dengan informasi terdahulu yang telah tersimpan di dalam otak kemudian dihukumilah fakta tersebut. 

Betapa hebatnya potensi berfikir yang Allah SWT berikan, karena proses berfikir itu hanya sekian detik, dan manusia bisa memberi putusan terkait fakta yang ia indera.

Bagaimana perjalanan antar saraf sehingga manusia bisa melakukan proses berfikir dan menghasilkan buah pikiran adalah benar-benar Allah SWT semata yang mengetahui dan mengaturnya.

Hati yang Berfikir 

Hati -qalbun- jamaknya qulub juga menjalankan fungsi berfikir. Quran surah. Al A'raf ayat 179 menyebutkan demikian. 

Dengan kuasa Allah SWT, organ hati ini memiliki potensi -qodar- untuk bisa berbicara. Contohnya; ketika kita niat dalam hati, membaca dalam hati dan perkataan lain yang tidak dilisankan.

Kita tidak pernah menyebut jiwa yang berbicara, jiwa yang berfikir. Jadi berfikir adalah akal dan hati. Dan setahu penulis Al Qur'an juga belum pernah menyebutkan jiwa yang berfikir. Bila pernyataan ini salah, pembaca bisa meluruskan.

Disebutkan salah satunya dalam Al Qur'an, nafsu yang mutmainnah -jiwa yang tenang-. Jiwa yang tenang adalah buah dari akal yang sehat -ulul albab- dan qalbun salim.

Fenomena Gila

Berakal menjadi syarat seorang muslim terkena taklif hukum. Seorang muslim yang mabuk (minum alkohol) tidak diterima sholatnya hingga ia sadar. Tapi, mohon maaf, fakta hampir tidak ada yang menunjukkan orang mabuk sholat. Demikian pula dengan ibadah lainnya.

Ketika hewan hanya memiliki otak tanpa akal ia tidak disebut gila.

Berbeda dengan manusia. Walau punya otak jika potensi akalnya -kemampuan berfikirnya- tidak berfungsi maka ia disebut gila. 

Walau punya organ hati yang juga memiliki potensi berfikir, tapi jika potensi berfikir di hati ini dicabut maka disebut gila. 

Tidak pernah kita menemukan kondisi orang gila -tidak berfungsi akalnya- tapi berfungsi hatinya untuk berfikir. Yang ada pada orang gila itu tidak berfungsi seluruh potensi akalnya juga hatinya. 

Inilah fenomena orang gila. Jadi orang gila itu adalah orang yang dicabut potensi akalnya. Atau disebut hilang akalnya. Sehingga lepaslah atas orang gila ini dari taklif hukum syariat.

Ketika orang hilang akalnya maka yang disebut jiwa pada orang tersebut tidak ada. Karena sebagaimana definisi yang penulis sebutkan bahwa jiwa adalah ekspresi akal dan hati. Sedang akal tidak berfungsi, dan hatinya juga sudah tidak bisa berfikir. Sehingga tidak menghasilkan ekspresi dari akal dan hati pada orang gila tersebut.

Wallahua'lam, hanya Allah SWT yang mengetahui pergerakan orang gila. Fisiknya yang masih keluyuran kemana-mana dengan ijin Allah SWT, tapi potensi akal dan hatinya untuk berfikir diangkat oleh Allah SWT. 

Khatimah

Semua fenomena yang ada harusnya menjadi bahan tafakkur bagi manusia. Betapa kuasanya Allah SWT sebagai arsitek kehidupan. Wallahua'lam bis showwab.








 










  


Dipun Waos Piantun Kathah