Sehat badan saja tidak cukup untuk merasakan nikmatnya hidup. Sehat jiwanya saja juga tidak cukup merasakan nikmatnya hidup. Jadi dibutuhkan sehat raga dan jiwa agar hidup ini terasa nikmat.
Tapi faktanya tidaklah semua manusia bisa sehat raga dan jiwanya.
Direktur jenderal kesehatan masyarakat Maria Endang Sumawi menyebutkan bahwa beberapa tahun terakhir ini prosentase masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan mental meningkat. Gangguan mental pada anak usia di bawah 15 tahun dari 12 juta anak (tahun 2013) meningkat menjadi sekitar 20 juta. (https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20221010/4041246/kemenkes-kembangkan-jejaring-pelayanan-kesehatan-jiwa-di-seluruh-fasyankes/)
WHO menyebutkan bahwa ada sekitar 1 milyar penduduk dunia mengalami beberapa bentuk gangguan kesehatan mental. (https://amp.kompas.com/sains/read/2022/06/20/193000823/who--hampir-1-miliar-orang-di-dunia-alami-gangguan-kesehatan-mental)
Dr. Sandarsan Onie pada webinar Hari Kesehatan Jiwa Sedunia menyebutkan tingkat bunuh diri di Indonesia 4 kali lipat dari yang dilaporkan. Sedangkan percobaan bunuh diri 7 kali lipat dari jumlah tersebut. (https://m.liputan6.com/amp/5093293/hari-kesehatan-mental-sedunia-2022-deklarasi-relio-mental-health-untuk-kalahkan-stigma-lewat-pendekatan-agama)
Pengertian Gangguan Kesehatan Mental/Jiwa
Mental didefinisikan kondisi dimana individu memiliki kesejahteraan yang tampak dari dirinya yang mampu menyadari potensi dirinya, memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi dalam kehidupan, mampu bekerja produktif dan menghasilkan, serta mampu memberikan kontribusi pada komunitas. (https://m.merdeka.com/jabar/mengenal-pengertian-mental-kenali-jenis-penyakitnya-kln.html?page=2)
Dari kompas.com (20/6/2022) WHO mendefinisikan gangguan mental sebagai gangguan secara klinis terkait fungsi kognisi, regulasi emosi, atau perilaku seseorang.
Adapun menurut penulis, jiwa adalah ekspresi dari akal dan hati (baca disini). Jiwa ini tidak tampak. Tapi penampakan kondisi kejiwaan seseorang baru diketahui dari ekspresi seseorang yang berfikir normal, beraktivitas normal, ekspresi hati dia yang menampakkan wajah ceria, bahagia maka ia disebut jiwanya normal.
Jadi kondisi jiwa ini bisa diketahui dari ekspresi yang ditampakan seseorang setelah ia berfikir dengan akal dan hatinya. Karena hatipun juga memiliki potensi untuk berfikir. Dan ekspresi perasaan hati seseorang.
Adapun antara istilah mental atau jiwa mana yang lebih tepat digunakan, maka menurut penulis yang tepat adalah jiwa. Kata jiwa disebutkan dalam Al Qur'an dengan istilah an nafs. Dalam QS Al Fajr ayat 27 disebutkan kata nafsun mutmainnah (jiwa yang tenang).
يٰۤاَ يَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ
"Wahai jiwa yang tenang!" (QS. Al-Fajr 89: Ayat 27)
Adapun penggunaan istilah mental dan jiwa ini umumnya dianggap sama. Jadi gangguan kesehatan mental itu sama dengan gangguan kesehatan jiwa.
Dengan pengertian sebagaimana yang penulis definisikan maka gangguan kesehatan jiwa/mental adalah kondisi dimana ada yang sakit pada akalnya dan hatinya.
Sakit dalam pengertian ada kekeliruan atau masalah dalam proses berfikir seseorang (akal dan hatinya) dan ada kekeliruan dalam penempatan perasaan pada hatinya.
Adapun gangguan mental/jiwa berupa gila maka itu adalah kondisi dimana potensi berfikir pada akal dan hati telah Allah SWT cabut. Sehingga orang gila itu sehat raga tapi potensi akalnya tidak berfungsi. Dan gangguan jiwa dalam konteks gila ini tidak masuk dalam pembahasan ditulisan ini. Bisa dibaca disini.
Macam-Macam Faktor dan Gangguan Kesehatan Jiwa/Mental
Dalam dunia kesehatan disebutkan beberapa jenis gangguan mental. Pertama, anxiety disorders yaitu gangguan kecemasaan saat merespon suatu objek atau situasi tertentu. Kedua, mood disorders atau gangguan afektif atau bipolar disorders yaitu gangguan perubahan perasaan seseorang secara ekstrim/cepat berubah.
Ketiga, eating disorders yaitu gangguan dimana penderita merasa kelaparan dimanapun dan kapanpun atau tidak selera makan sama sekali. Keempat, personality disorders yaitu gangguan pada cara berfikir yang berbeda dengan masyarakat, sehingga memunculkan sikap anti sosial atau paranoid terhadap lingkungan. Kelima, obsessive compulsive disorders yaitu sikap berlebihan terhadap suatu hal. Misal takut yang berlebihan terhadap kuman menyebabkan sipenderita terus menerus cuci tangan atau lainnya.
Keenam, post traumatic stress disorders yaitu gangguan disebabkan pengalaman atau kenangan yang menakutkan di masa lalu. Ketujuh, impulse control and addition disorders yaitu penyakit mental berupa kecanduan terhadap sesuatu, seperti kleptomania (suka mencuri), dan gangguan kesehatan mental lainnya. (https://m.merdeka.com/jabar/mengenal-pengertian-mental-kenali-jenis-penyakitnya-kln.html?page=3)
Adapun menurut penulis berdasarkan definisi jiwa yang dibuat penulis, maka ada 2 faktor penyebab gangguan kesehatan jiwa/mental seseorang.
Pertama, gangguan internal yaitu berasal dari dalam diri orang tersebut. Gangguan internal ini adalah nafsu. Nafsu inilah yang mempengaruhi akal dan hati. Nafsu yang sifat asalnya mengajak pada keburukan maka ia akan mempengaruhi akal untuk berfikir yang buruk, jahat, negatif. Nafsu mempengaruhi hati untuk memiliki perasaan marah, takut, dengki, benci, sombong, minder.
Ketika nafsu berhasil mempengaruhi akal dan hati maka memunculkan ekspresi sikap manusia seperti cemas tidak tawakal kepada Allah SWT, ketidaktenangan hati sehingga emosi/perasaannya mudah berubah, terlalu rakus pada sesuatu, kepribadian yang tidak jelas (ketaatan dan kemaksiatan dijalani).
Gangguan internal berikutnya yang mempengaruhi kesehatan jiwa/mental adalah ma'lumat (informasi) yang tersimpan dalam otak. Informasi yang tersimpan di dalam otak ini akan mengeksekusi setiap fakta yang diindera manusia. Ketika informasi yang tersimpan dalam otak seseorang itu adalah hal yang benar, baik, dan menyenangkan, maka akan menghasilkan persepsi yang baik. Sebaliknya ketika ma'lumat yang tersimpan dalam otak seseorang itu berkaitan hal-hal yang menakutkan, horor, maka akan memunculkan perilaku ketakutan, trauma dan sejenisnya.
Kedua, gangguan eksternal yaitu gangguan dari luar diri manusia. Gangguan eksternal ini meliputi setan, manusia lainnya (masyarakat/lingkungan) dan sistem kehidupan.
Setan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi akal dan hati manusia. Dengan bisikannya syetan bisa menyesatkan pikiran manusia. Dengan bisikannya syetan bisa mengubah situasi perasaan manusia.
اَلشَّيْطٰنُ يَعِدُكُمُ الْـفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِا لْفَحْشَآءِ ۚ وَا للّٰهُ يَعِدُكُمْ مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَا للّٰهُ وَا سِعٌ عَلِيْمٌ
"Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir), sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan karunia-Nya kepadamu. Dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui."(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 268)
Teman, masyarakat dan lingkungan bisa mewarnai cara berfikir dan suasana hati seseorang. Ketika masyarakat punya pemikiran tertentu tentang suatu hal (seperti adat), dan seseorang juga memiliki pemikiran sendiri terhadap hal tersebut, maka seseorang ini bisa terwarnai atau dirinya mewarnai masyarakat. Disinilah yang bisa memunculkan masalah mental dalam bersosialisasi.
Berikutnya sistem kehidupan yang diterapkan suatu negara memiliki pengaruh besar terhadap akal dan hati seseorang. Sistem kehidupan yang sekuler, liberal, akan membentuk pola berfikir yang bebas, menjauhi agama, dan perasaan hati yang cenderung pada nafsu. Makanya wajar jika di sistem saat ini (sekulerisme-kapitalisme) banyak orang mengalami gangguan mental/jiwa.
Menyelesaikan Gangguan Kesehatan Mental/Jiwa
Menyelesaikan gangguan kesehatan mental adalah dengan membereskan faktor penyebab dari gangguan tersebut.
Pertama, mengendalikan nafsu pada diri manusia. Nafsu sebagai bawaan penciptaan tidak dapat dihapus dari manusia. Namun nafsu ini bisa di kendalikan. Pengendali dari nafsu ini adalah iman, sikap muraqqabatullah (merasa selalu diawasi Allah SWT), tadarus Al Qur'an, ibadah, zikir dan menjalankan amal shalih lainnya.
اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَ لَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."(QS. Ar-Ra'd 13: Ayat 28)
Terapi dengan peningkatan iman dan takwa inilah yang akan menjinakkan nafsu. Sehingga bisa terbentuk an nafsu al mutmainnah (jiwa yang tenang). Jiwa yang tenang ini akan mempengaruhi akal untuk berfikir dengan benar, positif (husnudzan). Berfikir dengan benar ini akan mengalirkan energi keseluruh tubuh untuk menjadi individu yang taat pada Rabbnya, aktif, produktif dan bermanfaat bagi umat.
Kedua, menuntut ilmu yang benar sehingga informasi/ma'lumat/pengetahuan yang masuk ke dalam otak adalah informasi/ma'lumat/pengetahuan yang benar. Ilmu yang pasti benar adalah ilmu agama. Maka seorang muslim agar tidak terkena gangguan jiwa/mental teruslah menuntut ilmu agama disepanjang hidup. Ilmu agama inilah yang akan memberikan pedoman hidup yang benar dan Islam memberikan solusi dari seluruh problem kehidupan.
Ketiga, melawan bisikan/gangguan setan. Setan menginginkan manusia itu rusak. Sehingga kejiwaan/mental manusia pun ikut dirusak syetan. Dimunculkan rasa was-was, takut, cemas, rakus, berprasangka buruk pada diri dan orang lain dan lainnya. Dan semua itu akan digelayutkan syetan pada akal dan hati manusia. Melawan syetan dengan memohon perlindungan kepada Allah SWT, meningkatkan iman dan ketaatan/ketakwaan.
اِنَّهٗ لَـيْسَ لَهٗ سُلْطٰنٌ عَلَى الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ
"Sungguh, setan itu tidak akan berpengaruh terhadap orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhan." (QS. An-Nahl 16: Ayat 99)
Keempat, mengambil yang positif dari masyarakat/lingkungan, menjadi bagian dari masyarakat dan bukan menciptakan komunitas yang terpisah dari masyarakat. Gangguan mental kesulitan bersosialisasi bisa diatasi dengan melakukan tindakan bersosialisasi. Bersosialisasi bukan bermakna tiap waktu harus berkumpul dengan masyarakat akan tetapi berinteraksi dengan mereka sesuai kebutuhan/keperluan, hadir dalam kegiatan yang melibatkan masyarakat, bertegur sapa saat bertemu dan lain-lainnya.
وَاِ نْ تُطِعْ اَكْثَرَ مَنْ فِى الْاَ رْضِ يُضِلُّوْكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ اِنْ يَّتَّبِعُوْنَ اِلَّا الظَّنَّ وَاِ نْ هُمْ اِلَّا يَخْرُصُوْنَ
"Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanya persangkaan belaka dan mereka hanyalah membuat kebohongan."(QS. Al-An'am 6: Ayat 116)
Kelima, perubahan sistem kehidupan dari yang menyebabkan manusia jauh dari agama, jauh dari Rabbnya beralih pada sistem yang menjadikan manusia dekat dengan Rabbnya, taat menjalankan agamanya. Sehingga Allah SWT meridhoi hambaNya dan hambaNya pun menjadi hamba yang ridho dengan Rabbnya. Dan sistem yang benar ini adalah sistem Islam.
Khatimah
Kesehatan mental/jiwa memang harus dijaga. Jika penjagaannya diserahkan keindividu semata maka tidak semua individu mampu untuk itu. Tapi jika didukung oleh masyarakat dan negara yang menerapkan sistem Islam, itu akan terjaga kesehatan raga dan jiwa, bukan hanya pada individu tertentu saja, tapi untuk seluruh umat manusia, InshaAllah.
Wallahua'lam bis showab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar