يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Tampilkan postingan dengan label sea games. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sea games. Tampilkan semua postingan

Jumat, 26 Mei 2023

Penghargaan Atas Prestasi dan Pengabdian Rakyat

Perhelatan Sea Games 2023 telah usai. Dan peringkat 3 se-Asia Tenggara diraih Indonesia. Dengan perolehan 87 medali emas, 80 perak, dan 109 perunggu.

Capaian yang membanggakan karena telah melebihi target dan lebih baik dari Sea Games 2021.

Pesta bonus pun akan diterima pemain penerima medali termasuk pelatih hingga asisten pelatih. Untuk bonus diambilkan dari APBN, sebagaimana informasi dari Kemenkeu sebesar 275 miliar. Adapun untuk kebutuhan sepanjang Sea Games 2023 dananya 55,2 miliar. Dan pembinaan atlet untuk multi event internasional sejumlah 522 miliar (https://www.nusabali.com/berita/142166/bonus-peraih-medali-sea-games-2023-pemerintah-gelontorkan-rp-275-miliar)

Penghargaan Atas Prestasi Atau Pengabdian?

Prestasi identik dengan capaian seseorang dalam event tertentu. Berprestasi itu jika mendapat juara 1 atau juara 2 atau juara 3 dan seterusnya. Dan mendapatkan hadiah dan juga bonus. Akhirnya, jika tidak ikut event tertentu, seolah seseorang tidak berprestasi, dan tidak berhak mendapatkan hadiah dan bonus. Jadilah makna prestasi mengalami penyempitan makna. 

Padahal, dalam kamus KBBI, prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya. Dengan definisi ini, maka setiap orang yang telah melakukan pekerjaan ataupun usaha maka ia telah meraih prestasi (hasil). Dan ia layak mendapatkan penghargaan atas hasil usaha dan jerih payahnya tersebut.

Adapun pengabdian identitik dengan pengorbanan sukarela tanpa ada imbalan. Berdasarkan kamus KBBI, pengabdian adalah proses, cara, perbuatan mengabdi atau mengabdikan. 

Dalam konteks kenegaraan dengan mengacu pada penjelasan di atas maka seseorang yang mengabdikan dirinya untuk kepentingan negaranya, memiliki nilai yang sangat tinggi. Motivasi mereka bukan juara, bukan hadiah, bukan bonus, tapi murni pengabdian, bisa motivasi kemanusiaan atau juga motivasi ruhiyah (mendapatkan pahala).

Tapi, jiwa pengabdian untuk kepentingan negara yang seperti ini kian menghilang seiring dengan materialisasi disegala bidangnya. Tanpa adanya uang tidak ada pekerjaan/program yang berjalan. 

Akhirnya, penetapan bugdet (anggaran) atas satu event perlombaan bisa sampai ratusan miliar.

Seolah yang ditanam dan akhirnya tertanam juga ke dada, bukan semangat pengabdian yang harus mendominasi tapi materi. Jika bonus atlet peraih medali emas 500 juta per orang, berapa ratus juta uang yang telah diberikan kepada keluarga pahlawan yang telah merelakan nyawanya melayang demi mengusir penjajah? 

Memberikan bonus kepada mereka yang telah memberikan nama kepada negeri ini di mata dunia sah-sah saja dan mubah-mubah saja. Hanya saja, jangan keliru besarannya. Ada rakyat yang miskin, fakir, yatim, dhuafa, pengangguran dll yang itu wajib negara keluarkan kondisi mereka dari yang demikin itu. 

Kebutuhan pokok lainnya seperti pendidikan, kesehatan, sarana-sarana umum dll juga kewajiban negara hingga terjangkau sejahtera semunya. Bukan malah makin melangit dan mahal dikantong rakyat kecil.

Prestasi memang harus dihargai, pun demikian pula pengabdian. Dan semua rakyat dinegeri ini telah menoreh prestasi dan pengabdian sesuai posisinya masing-masing, maka tugas negara memberikan penghargaan dengan mewujudkan kesejahteraan untuk seluruh rakyat.

Pengabdian dan Prestasi dalam Islam

Islam itu agama sekaligus sistem kehidupan yang sempurna. Allah subhaanahu wa ta'ala sendiri mengklaim hal itu. Allah subhaanahu wa ta'ala menyebut tidak ada agama yang diridhaiNya selain Islam (QS. Ali Imron ayat 19 dan 85).

Pengabdian dalam Islam ditujukan untuk meraih rida dan pahala Allah subhaanahu wa ta'ala. Dan pengabdian adalah tugas utama manusia di dunia. Yaitu mengabdi kepada Allah subhaanahu wa ta'ala. Dan inilah tujuan penciptaan manusia. Allah subhaanahu wa ta'ala terangkan dalam firmanNya:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَا لْاِ نْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Az-Zariyat 51: Ayat 56)

Dan puncak dari pengabdian seorang muslim adalah untuk meraih takwa. 

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا النَّا سُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَا لَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ 

"Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa."(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 21)

Meraih takwa inilah prestasi tertinggi seorang muslim. Jadi, biarpun meraih medali emas di olimpiade dunia dan mendapat bonus 1 miliar, tapi kalau dia tidak beriman dan bertakwa maka tidaklah berprestasi dihadapan Allah subhaanahu wa ta'ala.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا النَّا سُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَآئِلَ لِتَعَا رَفُوْا ۗ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَ تْقٰٮكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti." (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 13)

Inilah definisi prestasi yang menjadikan setiap individu memiliki peluang yang sama untuk meraihnya. 

Dengan demikian, olahraga dalam Islampun ditujukan untuk mewujudkan pribadi yang sehat sehingga mampu mengemban berbagai amanah yang Allah subhaanahu wa ta'ala tetapkan atas manusia. (Baca dilink ini https://menggoreskanide.blogspot.com/2023/04/bila-olahraga-dipertandingkan-dan.html?m=1)

Akhirnya, anggaran keuangan negara dalam sistem Islam tidak akan salah dalam mengalokasikan uang di Baitul mal untuk bidang olahraga. Biidznillah. Karena setiap pos pemasukan memiliki alokasi pengeluaran yang sudah ditetapkan pula. 

Khatimah

Bila Rasulullah menyebut semua kebaikan adalah sedekah. Maka setiap perbuatan baik yang tidak melanggar syariahNya itu adalah prestasi. Dan setiap ketaatan adalah pengabdian. Dan Allah subhaanahu wa ta'ala akan menghargainya dengan surga. 

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ ۙ اُولٰٓئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ 

"Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk."

جَزَآ ؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَ نْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۤ اَبَدًا ۗ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ ۗ ذٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهٗ

"Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah Surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya." (QS. Al-Bayyinah 98: Ayat 7-8)

Wallahu'alam bis shawwab.





   



















Dipun Waos Piantun Kathah