Ditengah ekonomi Amerika yang bersaing ketat dengan China, negara Paman Sam tersebut tidak mau kalah pengaruh dibidang pendidikan. Beasiswa YES salah satu beasiswa yang ditawarkan AS. Adapun China telah menawarkan puluhan ragam beasiswa untuk pelajar dan mahasiswa Indonesia. Kini, pelajar Indonesia menjadi bidikan beasiswa dari dua negara pengusung ideologi yang berbeda. Yaitu kapitalisme dan komunisme.
Negara pemilik patung liberty itu memang fenomenal. Dengan pamornya sebagai negara adidaya menarik pelajar untuk sekolah di AS. Tentu menggiurkan, siapa yang tidak senang bisa sekolah di Amerika? Gratis lagi!
Urusan AS memiliki track record yang buruk terhadap negeri-negeri muslim di timur tengah ataupun penguasaan SDA dalam negeri bukan alasan republik ini untuk tidak berteman baik dengan Amerika. Sebagaimana baiknya Indonesia terhadap China. Sejarah PKI dan ideologi komunis sudah lupakan saja, itu adalah masa lalu. Mungkin demikian alasannya.
Beasiswa YES membidik youth generation yang prestatif. Mereka yang berangkat harus memiliki nilai rata-rata minimal 80 untuk semua mapel, aktif dan memiliki pencapaian dibidang akademik dan non akademik dalam lima tahun terakhir. Bagus, kriteria yang ditetapkan AS. Jadi, bisa dipastikan mereka yang berangkat anak-anak vokal dan cerdas. Adapun sebaliknya, bagaimanakah syarat yang ditetapkan Indonesia bila ada pelajar Amerika yang bermaksud sekolah dinegara ini??
Begitulah, Amerika negara pengemban ideologi kapitalisme. Rentetan kebijakan negara akan sealiran dengan strategi penyebaran ideologinya. Implementasi ideologi sekuler dalam bidang pendidikan AS akan sulit terindra bagi kalangan pelajar. Tapi, modernitas dan lengkapnya infrastruktur pembelajaran, kreativitas KBM, kedisiplinan dan muatan kurikulum akan mengagumkan dan menumbuhkan citra positif bagi pelajar dari negara muslim yang bisa dikata masih tertinggal. Demikian pula kehidupan sosial Amerika yang berbasis pada kebebasan/liberal akan menginspirasi pelajar Indonesia.
The secret messages yang mungkin tidak disadari kecuali oleh orang-orang idelogis bahwa AS bermaksud menyampaikan pesan berdiri dengan kebebasan itu adalah model kehidupan terbaik untuk menampung semua aspirasi manusia. Sekulerisme patut ditiru oleh negeri-negeri muslim. Sehingga bebas dari intoleransi dan radikalisme dalam kaca mata sekulerisme-kapitalisme.
Karena Pendidikan Memproduksi Intelektual
Tulisan ini sekedar mencoba membaca kinerja ideologis sebuah bangsa. Gesekan peradaban dimainkan lewat jalur pendidikan. Menyasar kalangan terpelajar dan intelektual. Untuk mengamini sekulerisme dan liberalisme.
Negara akan menjadi adidaya karena ideologi yang diusung dan disebarkan kepada dunia. Maka wajar jika Amerika dan China terus bersaing menempatkan posisi di jantung negeri-negeri muslim. Baik diranah politik, ekonomi, pendidikan, kemiliteran hingga kehidupan sosial.
Inilah imperalisme halus yang tidak disadari. Yang tujuannya, agar negara didunia wabil khusus umat Islam takjub dengan Barat, loyal kepada Barat, melepaskan satu demi satu identitas kemuslimannya dan mengadopsi pemikiran dan gaya hidup mereka. Dan bukankah yang demikian itu sudah nyata?!
Lantas, Bagaimana?
Tidak akan beranjak suatu kaum dari posisinya sebagai muttabi’ (pengekor) selama cengkraman ajnabi diberbagai lini dianggap sebagai bantuan dan jalan kemajuan. Nasib yang sama juga akan dialami umat Islam selama perintah Allah SWT untuk memeluk dien ini secara Kaafah belum ditegakkan. Karena syariah Allah SWT adalah filter mujarab dalam menangkis semua rayuan ideologi kapitalisme dan komunisme. Baik tataran individu maupun bernegara.
Seorang Muslim akan terbelakang jika meninggalkan agamanya. Karena penerapan dienul Islam disemua aspek kehidupan itulah yang akan mencipta peradaban khas umat Islam. Bahkan peradaban yang menentramkan kaum lainnya. Islam itu rahmatan lil'alamin. Bukan lil muslimin faqod.
Memang, Utlubul 'ilma walaubissin tuntutlah ilmu hingga ke negeri China. Artinya bahwa Islam menghendaki umatnya menjadi pecinta ilmu. Yang dengan ilmu itu menambah imannya kepada Allah SWT sebagai pemilik ilmu. Menjadikan ilmunya sebagai pemecah atas problematika manusia dan kebutuhan manusia.
Sejarawan Barat Jacques C Reister berkata, "Selama 500 tahun Islam menguasai dunia dengan kekuatannya, ilmu pengetahuannya dan peradabannya yang tinggi".
Jadi, bukan mempelajari aqidah, tsaqafah, nidzom, dan gaya hidup mereka yang jelas bertentangan dengan Islam untuk diadopsi!. Karena itu bisa menjerumuskan pada kompromi antara aqidah dan syariah Islam dengan aqidah dan aturan mereka. Atau bahkan membetulkan ideologi mereka.
Sebagai contoh; dalam ideologi kapitalisme, aqidahnya adalah sekulerisme. Yakni pemisahan agama dari kehidupan. Kebebasan. Sehingga lifestyle diserahkan pada pilihan manusia. Nah adapun dalam Islam, tidak demikian. Al ashlu fil af'al taqhoyyidu bi ahkamis syar'i. Hukum asal perbuatan itu terikat dengan hukum syara'. Bukan kebebasan. Nah dari prinsip ini saja memunculkan cabang perbedaan yang banyak antara Islam dan sekulerisme.
Dengan demikian mempelajari hal-hal bersifat madaniyah (tidak terkait dengan aqidah/pandangan hidup ajnabi) adalah boleh. Dimanapun belajarnya. Adapun terkait hadharah maka mempelajari bukan untuk diadopsi. Karena Islam memiliki syariah dan metode istinbat hukum sendiri. Menyerupai suatu kaum saja tidak boleh, apalagi jiplak. Hehe
Dan pertanyaannya, apakah bekal pemikiran demikian sudah diberikan kekalangan pelajar Muslim? Allah SWT dalam firmanNya mengingatkan manusia, "Wa la taqfu ma laisa laka bi hi 'ilmun. Innas sam'a wal bashara wal fuada kullu ulaika 'anhu masulan".
Samuel Marinus Zwemer seorang misionars (1867-1952) pernah mengatakan dalam konferensi di AlQuds Islamiyah: " Wahai saudara-saudara sekalian. Sungguh dalam periode ini, yang dimulai sepertiga dari abad 19 ini sampai sekarang, kami telah menguasai program pendidikan diwilayah kekuasaan Islam... Terima masih kepada saudara-saudara sekalian. Kalian telah menyiapkan generasi yang tidak lagi menyadari adanya hubungan dengan Allah, tidak ingin mengetahuinya, serta mengeluarkan orang Islam dari keislamannya" Dan misi itu, tentunya akan mereka teruskan. Beasiswa? Sungguh no free lunch. Itulah karakter ideologi kapitalisme.
Semoga umat Islam lekas siuman dari pingsannya. Dan mewujudkan gelar yang telah Allah SWT sematkan atas diri mereka sebagai kuntum khairu umat ukhrijat linnas. Wallahua'lam bisa showab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar