يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Rabu, 10 Mei 2023

Inikah Balasan Manusia Atas Nikmat Semesta?


Allah subhaanahu wa ta'ala berfirman:

وَاِ ذْ قَا لَ رَبُّكَ لِلْمَلٰٓئِكَةِ اِنِّيْ جَا عِلٌ فِى الْاَ رْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَا لُوْۤا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَآءَ ۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَـكَ ۗ قَا لَ اِنِّيْۤ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi." Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?" Dia berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.""
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 30)

Ayat di atas adalah dialog antara Allah subhaanahu wa ta'ala dengan malaikatNya. Allah subhaanahu wa ta'ala tidak meminta persetujuan malaikat, akan tetapi dialog itu adalah memberikan informasi kepada malaikat akan diciptakannya manusia sebagai khalifah di bumi.

Informasi tersebut dijawab oleh malaikat dengan kalimat tanya yang menyebutkan 2 sifat buruk manusia yaitu akan merusak dan menumpahkan darah di bumi. 

Bumi dari kata ardhun artinya tempat yang dipijak. Dan manusia modern saat ini sudah mampu menginjak daratan, lautan dan langit. Dan kata malaikat itu ternyata benar. Tempat yang dijamah manusia disebagiannya telah mengalami kerusakan.

Daratan (tanah) sudah banyak yang rusak oleh polusi material kimia, limbah padat dan juga limbah mengalir. Sampah-sampah padat yang tidak terurai telah mencemari tanah.

Lautanpun mengalami kerusakan. Limbah industri yang dialirkan ke laut, polusi permukaan air laut oleh minyak mentah, dan polusi lainnya telah merusak kejernihan lautan dan ekosistem laut. Inikah balasan manusia atas nikmat semesta?

Langitpun Ikut Rusak

Langit yang Allah subhaanahu wa ta'ala sebut sebagai atap (QS. Al Anbiya': 32) saat ini tidak aman-aman saja.

Tujuh lapis langit (QS. Al Mukminun: 17) di atas bumi, yang diciptakan Allah subhaanahu wa ta'ala untuk melindungi bumi dan isinya khususnya manusia, dari bahaya sinar ultraviolet, meteor dan benda-benda langit lainnya telah retak kekuatannya. 

Lapisan ozon dilapis kedua dari langit ini telah berlubang. Dikutip dari buku Sains dan Al Qur'an, diketahui di tahun 1985, lubang lapisan ozon di kutub selatan. Tiga puluh negara industri di tahun 1987 pun berkumpul untuk mengantisipasi kerusakan yang semakin parah. Akhirnya disepakati untuk menghentikan penggunaan klorida dan flourin dalam produksi alat-alat pendingin.

Dan sekarang, industri-industri yang ada, konsisitenkah dengan kesepakatan tersebut?

Kerusakan berikutnya adalah lapisan langit tidak berdaya untuk memindahkan panas yang dipantulkan dari aktivitas industri, efek rumah kaca dll untuk tembus ke angkasa. 

Akhirnya,  korbondiaoksida berakumulasi dilapisan atmosfer yang mengekang panas bumi  sehingga memunculkan fenomena seperti heatwave (gelombang panas) yang dialami banyak negara saat ini. Udara terjebak di lapisan atmosfer bumi dan memantul lagi ke bumi. Sehingga memunculkan panas luar biasa diwilayah yang terkena.

Gelombang panas membahayakan bagi manusia, hewan, tumbuhan, tanah, dan juga air. 

Heatwave di India telah menelan puluhan korban jiwa, memangkas hasil panen, membakar tempat pembuangan sampah, menimbulkan asap beracun di lingkungan sekitarnya (https://www.cnbcindonesia.com/news/20230507094527-4-435111/tragis-gelombang-panas-india-makan-korban-segini/amp).

Perubahan Iklim Dulu dan Sekarang.

Fenomena kekeringan, bukan hanya terjadi setelah revolusi industri.

Dimasa Nabi Yusuf pernah terjadi masa kemarau panjang.  Dikisahkan dalam Al Qur'an, Raja Mesir bermimpi melihat 7 ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh 7 ekor sapi betina yang kurus, 7 tangkai (gandum) yang hijau dan 7 tangkai lainnya yang kering. 

Dan yang mengetahui takwil mimpi ini adalah Nabi Yusuf AS. Tafsir mimpi itu diterangkan dalam ayat berikut.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

قَا لَ تَزْرَعُوْنَ سَبْعَ سِنِيْنَ دَاَ بًا ۚ فَمَا حَصَدْتُّمْ فَذَرُوْهُ فِيْ سُنْۢبُلِهٖۤ اِلَّا قَلِيْلًا مِّمَّا تَأْكُلُوْنَ

"Dia (Yusuf) berkata, "Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa; kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan." (QS. Yusuf 12: Ayat 47)

ثُمَّ يَأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ سَبْعٌ شِدَا دٌ يَّأْكُلْنَ مَا قَدَّمْتُمْ لَهُنَّ اِلَّا قَلِيْلًا مِّمَّا تُحْصِنُوْنَ

"Kemudian setelah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan."
(QS. Yusuf 12: Ayat 48)

ثُمَّ يَأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ عَا مٌ فِيْهِ يُغَا ثُ النَّا سُ وَفِيْهِ يَعْصِرُوْنَ

"Setelah itu akan datang tahun, di mana manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu mereka memeras (anggur)."
(QS. Yusuf 12: Ayat 49)

Kemarau panjang juga pernah terjadi di Madinah dimasa Khalifah Umar bin Khattab. Kemarau waktu itu juga menelan korban.

Fenomena kekeringan saat itu, pemicu utamanya bukan ulah tangan manusia. Artinya, bisa disebut murni ujian dari Allah subhaanahu wa ta'ala. Adapun saat ini, seperti perubahan iklim yang tidak menentu, fenomena heatwave lebih banyak disebabkan oleh ulah manusia. 

Sekitar 1400 tahun lalu Allah subhaanahu wa ta'ala menginformasikan akan terjadi kerusakan di darat dan lautan karena perbuatan manusia, ayat itu terbukti saat ini. 

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَا دُ فِى الْبَرِّ وَا لْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّا سِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 41)

Dalam ayat tersebut dikatakan sebagian dari akibat perbuatan manusia. Jadi heatwave, banjir, kemarau panjang, cuaca yang sulit diprediksi itu masih sebagian dari balasan dari kerusakan yang telah dibuat manusia. 

Semoga dengan ini, manusia sadar dan tidak terjebak pada kebebasan yang diberikan sistem kapitalisme dengan terus beraktivitas industri tanpa memperhatikan keamanan bagi kehidupan di bumi. Dan setiap individupun sadar bahwa memiliki tanggung jawab yang sama untuk menjadi khalifah -penjaga, pemelihara- bumi. 

Khatimah

Biarpun manusia rakus dan merusak, tapi kasih sayang Allah subhaanahu wa ta'ala kepada makhlukNya tidak pudar. 

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

اَلَمْ تَرَوْا اَنَّ اللّٰهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَّا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَ رْضِ وَاَ سْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهٗ ظَاهِرَةً وَّبَا طِنَةً ۗ وَمِنَ النَّا سِ مَنْ يُّجَا دِلُ فِى اللّٰهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَّلَا هُدًى وَّلَا كِتٰبٍ مُّنِيْرٍ
"Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Allah telah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untuk (kepentingan)mu dan menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir dan batin. Tetapi di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan." (QS. Luqman 31: Ayat 20)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dipun Waos Piantun Kathah