Pada suatu hari Basyar bin Harist ini berjalan melewati suatu jalan. Kemudian ia menemukan secarik kertas di jalan itu. Diapun mengambil kertas tersebut. Di dalam kertas tersebut terdapat tulisan
بسم الله الرحمن الرحيم “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.
Melihat tulisan tersebut, Basyar segera membersihkan kertas itu dengan tangannya dan memasukkannya ke kantong bajunya.
Adapun kita, apabila menemukan kertas tersebut apa yang akan kita lakukan?
Kemudian, apa yang dilakukan Basyar bin Harist selanjutnya?
Dia pergi ke toko rempah-rempah untuk membeli minyak wangi. Kemudian ia mengoleskan minyak wangi itu pada kertas yang bertuliskan bacaan basmallah tersebut.
MasyaAllah, betapa mengangumkan apa yang dilakukan Basyar bin Harist. Ngomong-ngomong, pernahkah kita menyemprotkan minyak wangi pada kertas yang disitu terdapat lafadz Allah subhaanahu wa ta’ala?
Dan apa yang dialami Basyar bin Harist di malam harinya?
Basyar bin Harist menceritakan mimpinya di malam itu. Ia berkata, “Saya bermimpi seakan-akan ada yang berkata padaku, “Hai Basyar bin Harist, engkau telah mengangkat nama Kami dari jalanan sebagai penghormatan agar tidak diinjak manusia. Bahkan engkau juga memberinya minyak wangi. Oleh karena itu, sebagai balasannya, akan Aku harumkan namamu di dunia dan di akhirat”.
Subhaanallah, betapa beruntungnya Basyar bin Harist mendapatkan firasat mimpi yang mulia ini.
Apa yang terjadi pada Basyar setelah mimpi tersebut?
Semenjak peristiwa itu, Basyar bin Harist menjadi pribadi yang shalih. Hingga Muhammad ibnu Shalt berkata, “Nama Basyar al Hafi dikenal orang seperti nama nabi”. (Kisah dikutip dari buku 40 Kisah Pengantar Tidur, Najwa Husein Abdul Aziz)
Hikmah
MasyaAllah, dari hal yang dikira manusia kecil, ternyata balasan yang Allah subhaanahu wa ta’ala berikan berlipat-lipat. Dimuliakan dan diharumkan namanya di dunia hingga di akhirat.
Maukah kita diharumkan namanya di dunia dan di akhirat?
Pasti, mau kan. Berarti kita mencoba meniru apa yang dilakukan Basyar bin Harist. Pertama, kita jangan menaruh tulisan yang mengandung lafadz Allah subhanahu wa ta’ala di tempat yang kotor. Taruh di tempat yang bersih dan lebih tinggi. Jangan juga di taruh di lantai. Kedua, apabila kita menemukan kertas atau buku atau al Quran terjatuh di tanah atau lantai maka segera di ambil dan di pindahkan ke tempat yang tinggi, seperti meja, lemari atau lainnya. Nah, apabila kita mau meniru persis sama dengan yang dilakukan Basyar bin Harist berarti berikan pengharum pada kertas atau buku yang terdapat lafadz Allah subhanahu wa ta’ala tadi.
Dan sekiranya kertas atau buku yang terdapat lafadz Allah subhaanahu wa ta'ala yang kita temukan tadi, tidak untuk di simpan, maka jangan di buang di tempat kotor seperti tong sampah atau tempat pembuangan lainnya. Tapi, sebaiknya kertas atau buku itu di hilangkan dengan cara di bakar. Dengan demikian, kertas atau buku tersebut tidak diinjak-injak manusia, juga tidak berada bersama sampah atau kotoran, dan tidak juga jadi bungkus makanan.
Inilah, diantara hal yang bisa kita lakukan untuk memuliakan nama Allah subhanahu wa ta’ala yang terdapat pada kertas atau buku.
Semoga dengan memuliakan asma Allah subhanahu wa ta’ala, kita bisa mendapatakan kemuliaan sebagaimana Basyar al Hafi. Aamiin.
Wallaahua'lam bis shawaab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar