Habis baca berita politik terus pindah ke tulisan ini memang terasa beda jauh. Tapi ini tulisan juga penting tuk dibaca (bagi saya, tidak tahu kalau menurut anda).
Begini ceritanya, Beberapa hari lalu ada kiriman whatsap dari temen dalam sebuah group whatsap. Temen tersebut mengshare tulisan berkaitan dengan pendidikan anak. Tulisan ini tidak salah dishare di group itu, soalnya goup ini adalah kumpulan para guru, sehingga semuanya membutuhkan ilmu berkaitan dengan mendidik anak. Walaupun bagi yang masih jomblo ilmu itu diamalkan kepada anak orang lain. Tapi tetap saja bermanfaat sebagai bekal ke depannya.
Saya tertarik dengan salah satu point yang ada pada tulisan tersebut. Tertulis bahwa” seorang anak kecil sering menangis karena mereka memikul beban dosa orang tuanya yang banyak dan belum bertaubat". Herannya saya bukankah dosa itu akan menimpa seseorang ketika ia bermaksiat kepada Allah swt? Meskipun ada teori dosa multilevel itu kan maknanya ketika suatu maksiat dibiarkan saja maka semua nya terkena dosa. Atau juga ketika menularkan kemaksiatan kepada yang lainnya dan diikuti yang lainnya juga.
Nah ternyata setelah saya klarifikasi kepada akhwat yang mengirim tulisan itu dijelaskan bahwa maknanya tidak langsung. Artinya dosa yang menumpuk pada orang tuanya, menjadikan Allah membuat anak itu rewel dan mudah menangis. Intinya demikian. Wallahua’lam.
Dari kasus ini saya jadi berfikir, sepertinya ada yang kebalik. Begini, bukankah ia yang hidupnya lebih lama itu berpotensi dosanya lebih banyak?. Terhitung dari baligh maka ada hisab atas setiap aktivitas yang dilakukan manusia. Sebaliknya anak kecil yang baru lahir, ia dalam kondisi suci yang tidak ada dosa padanya. Dan hingga sebelum baligh ia masih belum wajib terikat dengan hukum syara.
Lantas, siapa yang harusnya mudah menangis itu? Harusnyakan yang mudah menangis itu kita yang sudah banyak umur ini. Nah bila tanpa sebab yang berat anak kecil mudah sekali menangis. Sudah seharusnya kita yang sadar dosanya banyak, jauh lebih mudah meneteskan air mata. Tapi faktanya?
Dalam Surat al anfal ayat 2 dikatakan bahwa ciri orang-orang beriman itu adalah apabila dibacakan ayat suci al Quran bergetarlah hatinya. Artinya dia akan takut dan menangis, kwatir kalau kalau masuk neraka atau kwatir amalnya tidak diterima atau takut kalau dosanya tidak diampuni.
Abu Bakar ra. kalau sedang sholat beliau selalu berusaha untuk menangis. Sedangkan kita? Belum lembutkah hati ini? Atau memang banyaknya dosa itu sehingga menghilangkan keterenyuhan dalam hati untuk meneteskan air mata? Khauf dan Raja’ harus diguyur dengan siraman air dari langit, sehingga ia tumbuh subur dalam munajat dan penghambaan kepada Sang Pemilik Jagad –Allah swt-.
Menangis dalam sholat memang bukan jaminan sholaty khusyuk, tapi bila Nabi dan para sahabat yang dijamin surga melakukan yang demikian, lantas bagaimana dengan kita yang bergelimang dosa?
Eits, btw jangan karena belum sholat sekalibar sahabat nabi trus tidak sholat ya? Kalau berani ninggalin ya siap siap aja kena algojo panasy neraka. Astagfirullah, wallahua'lam.Wamataufiqi illa billah.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Dipun Waos Piantun Kathah
-
Kamu, Pasti punya orang tua Ada bapak, ada ibu Senang pastinya kamu, memiliki kedua orang tua Tenang hidup bersama mereka Semua kebutuhan ...
-
Terhitung dari hari ini, Indonesia dipimpin oleh presiden dan wakil presiden baru. Pak Prabowo dan Pak Gibran. Baarakallaahu fiikum. Sebaga...
-
Presiden Jokowi menandatangani PP No 28 Tahun 2024 tentang kesehatan. Pada pasal 103 ayat 1 disebut upaya kesehatan sistem reproduksi anak s...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar