يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Kamis, 24 Agustus 2017

MEMBACA


Membaca bila di definiskan dengan aktivitas mengeja tulisan maka akan terasa sempit. Makanya hasil survei UNESCO menyebutkan minat baca masyarakat Indonesia baru 0,0001 persen. Artinya seribu masyarakat ada 1 masyarakat yang memiliki minat baca. Data ini diperkuat oleh pernyataan Kepala BKLM Kemendikbud yang menyampaikan bahwa minat baca literasi masyarakat Indonesia menempati posisi peringkat 60 dari 61 negara. (gobekasi.pojoksatu.co.id, 19/5/2016)

Sekarang mari perluas definisi membaca ini. Karena sebenarnya banyak sekali aktivitas membaca yang tidak kita sadari. Bagi seorang guru atau dosen atau tutor maka mereka pasti melakukan aktivitas membaca murid muridnya. Membaca murid muridnya maksudnya melakukan aktivitas prediksi, apakah muridnya sudah bisa menangkap apa yang sudah disampaikanya? Juga membaca kemampuannya sendiri dalam mengajar atau juga membaca penerimaan murid atas metode mengajarnya.

Beda lagi bagi seorang politikus. Maka aktivitas membaca yang mereka lakukan adalah membaca peluang menang atau kalah dalam pemilu mendatang. Berbagai analisa dilakukan, demikian pula berbagai pendekatan kepada rakyat diujicobakan untuk membaca pikiran rakyat kira kira condong kepada partainya ataukah tidak.

Adapun membaca bagi seorang ekonom atau bisnismen adalah membaca gerak ekonomi dinegeri ini. Apakah kiranya bisnisnya akan terus laris ataukah mengalami masa sepi. Sehingga kegiatan seorang ekonom adalah mengikuti laju gerak pasar.

Bagi seorang pendakwah adalah membaca kondisi umat saat ini. Dan memikirkan uslub dakwah seperti apa yang pas diterapkan kepada masing masing kalangan. Karena dakwah kepada siswa atau mahasiswa tentunya berbeda dengan dakwah kepada guru atau dosenya. Demikian pula dakwah kepada ibu rumah tangga juga beda dengan wanita karir. Jadi, para pendakwah biasaya pada pandai membaca karakter dari masing masing mad'u nya sehingga tujuan dari amar maruf nahi munkar itu tercapai. Belum lagi bila dakwah secara global, dalam arti berkaitan dengan perubahan mendasar atas aturan kehidupan ini. Tentunya sebagai seorang muslim, kita semua sepakat bahwa terikat pada hukum syara adalah kewajibam bagi setiap hamba Allah swt.

Beda lagi aktivitas membaca bagi seorang presiden. Bagi seorang presiden harus mampu membaca politik dalam negeri dan luar negeri. Bagaimana posisi negara yang dipimpinnya dimata dunia dan membaca bagaimana kondisi rakyatnya dan penerimaan atas kepemimpinannya. Dan yang lebih jauh lagi (wallahua'lam yang ini) biasanya membaca masihkah ada peluang baginya untuk menjadi presiden di periode selanjutnya? Hehe

Dan bagi anda wahai pembaca, aktivitas membaca apa yang anda lakukan?

Nah, apabila kegiatan membaca diperlus definisinya begini, maka hasil penelitian UNESCO tidak akan begitu bunnyinya. Dan pasti akan berubah prosentasenya. Karena orang indonesia itu suka membaca situasi dan kondisi.

Hem, jadi kepikiran, bagaimana melakukan survei untuk kegiatan membaca situasi dan kondisi yang demikian ini ya? Hehe. Semoga tulisan pendek ini bermanfaat. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dipun Waos Piantun Kathah