يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Rabu, 23 Agustus 2017

One Day One Article

Kegiatan hari ini menulis diperpustakaan. Setelah dirasa mata lelah, saya tutup laptop, kulihat dirak depanku tempat duduk sebuah buku tebal yang berupa jilidan. Karena beda dari yang lainnya maka segera aja aku ambil itu buku jilidan. Saya baca sampul buku jilidan itu.  Disitu tertulis 1000 Hari Merenung, Menulis dan Berbagi oleh Prof. Imam Suprayogo yang tidak lain adalah mantan Rektor UIN Maliki Malang.

Ku baca kata pengantarnya. Secara singkat ternyata buku yang sedang dihadapan ini adalah hasil tulisan beliau selama 1000 hari tiada henti. Bila dalam membaca Alquran ada gerakan One Day One Juz  (ODOJ) , One Day One Surat (ODOS) dan lain lain, maka bapak Imam Suprayogo ini memiliki One Day One Article (ODOA). Baik ODOJ, ODOS, ODOA semauanya bagi saya luar biasa menakjubkan.

Bapak Imam Suprayogo ini ternyata membiasakan menulisnya setiap pagi selepas sholat subuh. Beliau bilang selepas sholat selalu ada yang diingat dan menarik. Dan inilah yang kemudian menjadi bahan tulisannya. Dari seribu harinya menulis itu akhirnya terkumpul 1000 artikel. Hem, luar biasa.

Artikel yang beliau tulis tidaklah terlalu panjang. Tapi idenya mengalir yang membuat saya kagum. Selain itu bobot isinya juga. Hem, ya maklumlah beliau seorang Profesor, tentunya memiliki wawasan yang luas dan ilmu yang tidak diragukan lagi.

Sebagai akademisi tentu ini menginspirasi saya untuk bisa mengikuti jejaknya. Meski belum jejak One Day One Article. Tapi mengikuti jejak untuk membiasakan menulis. Beliau menulis artikel didorong untuk berbagi ilmu. Pada awalnya pun beliau juga tidak menduga bila tulisanya bermanfaat bagi lainnya. Tapi adanya komentar dari yang membaca akhirnya beliau tahu bila tulisannya bermanfaat bagi lainnya. Setiap tulisanya di share via web pribadi juga sosmed. Dari situlah tulisan beliau terpublikasi dan menginspirasi banyak orang.

Menulis, kalau sudah sedemikian bukan lagi hobi. Tetapi sudah menjadi bagian dari hidup itu sendiri. Bisakah kita mengikuti jejak beliau? Semoga. Wallahua'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dipun Waos Piantun Kathah