Diantara rumah sakit tersebut adalah Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Jabar, RSUD Kab Tengerang Jabar, RSUD Balaraja Kab Tangerang Banten, RSUD Oto Iskandar Dinata Kab Bandung Jabar, RSUD Kalisari Kab Batang Jateng, RSUD Sayang Cianjur Jabar, RSUD Wonosari Kab Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta (https://www.jawapos.com/kesehatan/013522305/7-rumah-sakit-ini-siapkan-fasilitas-khusus-bagi-caleg-gagal-pemilu-2024-rahasia-terjamin). Dan rumah sakit lainnya.
Caleg Gagal, Depresi, Penyebabnya?
Biaya kebangetan tinggi itulah resiko yang harus ditanggung negara, partai dan peserta pemilu, baik itu di Pilpres, Pileg maupun Pilkada. Tak akan ada pemilu tanpa bugdet yang besar di sistem demokrasi ini.
Dan masalah biaya ini, hanyalah salah satu yang membuat partai ataupun caleg memutar kepala mencari sponsor, berhutang, menggadaikan hingga merogoh kocek pribadi. Kesibukan promosi atau kampanye agar dipilih rakyat hal berikutnya yang menguras pikiran, fisik dan psikis para caleg.
Maka bisa dimengerti bila pemilu selesai, para caleg gagal akan mengalami gangguan mental berupa depresi dan lainnya. Gangguan-gangguan mental ini bila ditelusuri adalah bentukan sistem demokrasi itu sendiri. Dengan mekanisme pemilu yang berbiaya melangit, keruwetan kampanye dan lainnya. Jadi, penyebab para caleg gagal mengalami gangguan jiwa itu adalah demokrasi.
Pemilu Demokrasi Tidak Fillaah dan Lillaah
Pemilu di sistem demokrasi ini tidaklah berakar pada aqidah Islam. Pilpres, Pileg, Pilkada di sistem demokrasi bukan bersumber dari Islam dan bukan untuk tujuan menerapkan syariah Islam.
Maka akan menjadi mustahil para peserta Pilpres, Pileg, Pilkada akan fillaah dan lillaah (karena dan untuk Allah subhaanahu wa ta'ala) dalam keikutsertaannya dalam pemilu. Karena yang mereka perjuangkan adalah meraih jabatan tapi bukan untuk menegakkan hukum-hukum Allah subhaanahu wa ta'ala. Maka suasana yang terbentuk pada pemilu demokrasi ini bukanlah ibadah.
Jika bukan ibadah, bukan lagi fillaah dan lillaah, maka yang ada dalam pemilu demokrasi ini adalah karena dan untuk demokrasi. Adapun ayat-ayat Al Qur'an ataupun hadist yang kadang dikutip para kandidat hanyalah dimanfaatkan untuk meraih suara rakyat saja.
Ketika demikian, maka perjuangan para kandidat pemilu bukan untuk meraih ajrun (pahala) dari Allah subhaanahu wa ta'ala. Baik itu ajrun berupa ridha Allah subhaanahu wa ta'ala, rahmatNya, karuniaNya ataupun surgaNya. Bila tidak lagi fillaah dan lillaah dan bukan untuk meraih ajrun sebagaimana tersebut, maka sangat wajar, jika para caleg ataupun peserta pemilu lainnya yang gagal, akan mengalami gangguan kejiwaan.
Khatimah
Biar tidak terkena asap depresi dan kerusakan buatan sistem demokrasi, maka khususnya bagi para caleg muslim dan kaum muslimin umumnya, mari terus belajar Islam, membaca dan mengamalkan Al Qur'an dan Al Hadist, serta meneladani Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, generasi sahabat dan salafus salih.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
لَقَدْ كَا نَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَا نَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَا لْيَوْمَ الْاٰ خِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًا
"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah." (QS. Al-Ahzab 33: Ayat 21)
Wallahua'lam bis shawaab.