Seperti ungkapan Bu Mega berikut, "Saya lihat ibu-ibu itu ya, maaf ya, sekarang kan kayaknya budayanya, beribu maaf, jangan lagi nanti saya dibully, kenapa to seneng banget ngikut pengajian ya? Iya loh, maaf beribu maaf, saya sampai mikir gitu, iki pengajian iki sampai kapan to yo? Anake arep diapakke? Iya dong? Boleh, bukan berarti ngak boleh, saya pernah pengajian kok" (https://news.detik.com/berita/d-6584765/hasto-bela-megawati-ungkit-pernyataan-saya-pun-ikut-pengajian/amp)
Dari ustdz, uztadzah, politikus, pengamat politik hingga rakyat biasa memberi komen atas pernyataan Bu Mega tersebut.
Menjawab Pernyataan Bu Mega
Terima kasih kepada Bu Mega, yang telah mencermati pergerakan kultur masyarakat, khususnya kaum ibu.
Sebagai muslimah, pastinya Bu Mega juga bersyukur kaum ibu telah membantu tugas negara dalam mencerdaskan rakyatnya.
Pengajian adalah tempat tarbiyah, taman-taman ilmu. Sehingga orang-orang yang hadir dalam majelis pengajian pastilah mendapatkan ilmu. Sebagaimana luasnya ilmu Allah subhaanahu wa ta'ala, maka ilmu yang didapatkan ibu-ibu peserta pengajian mencakup juga apa yang Bu Mega sebutkan. Yakni terkait mengurus anak dalam Islam.
Lebih dari itu, dari pengajian mereka mendapatkan ilmu tentang mengurus rumah tangga, peran istri juga ibu, hingga peran wanita di masyarakat. Bahkan ilmu syari'ah berekonomi, berpolitik, bersosial, pendidikan, kesehatan bisa mereka dapatkan dari ikut pengajian.
Mensikapi Pengajian Yang Marak
Maraknya pengajian ibu-ibu ataupun pengajian lainnya, sebenarnya negara sangat terbantu sekali. Tidak bersusah-susah menyusun proyek penataran masyarakat khususnya ibu-ibu, mereka sudah berinisiatif sendiri menyelenggarakan kegiatan pengajian.
Gerakan pengajian mereka harus diapresiasi oleh pemerintah. Bahkan harus didukung untuk digencarkan hingga difasilitasi.
Dengan hadir di pengajian ibu-ibu akan cerdas. Karena ilmu Islam mencakup seluruh aspek bidang kehidupan. Sebaliknya menjauhi taman-taman ilmu /pengajian/ majlis ta'lim, ibu-ibu akan terjerumus. Melakukan hal yang itu tidak diketahui ilmunya. Atau bahkan melakukan hal munkar melanggar larangan Allah subhaanahu wa ta'ala.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
وَلَا تَقْفُ مَا لَـيْسَ لَـكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗ اِنَّ السَّمْعَ وَا لْبَصَرَ وَا لْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰٓئِكَ كَا نَ عَنْهُ مَسْئُوْلًا
"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 36)
Waktu-waktu mereka bisa tersita untuk ngerumpi, melihat sinetron, ndugem, hal unfaedah lainnya, atau bekerja separuh hari yang itu juga meninggalkan anak dan rumahnya, ataupun urusan duniawi lainnya.
Dengan demikian, berikan dukungan untuk ibu-ibu yang memberikan waktunya kurang lebih 1-2 jam untuk pengajian. Mendukung saja pemerintah bisa kecipratan pahala. Apalagi bila memfasilitasi, menyuburkan majelis ilmu. Tentu lebih luas lagi balasan yang diperoleh negeri ini.
Negeri yang diidamkan, yakni terwujudnya negeri baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur itu bisa berawal dari menuntut ilmu di forum-forum pengajian. Karena al ilmu nuurun -ilmu itu cahaya-. Ilmu itu akan menuntun seseorang kepada kebenaran (al haq). Dan al haq itu mirrabbikum -dari Tuhanmu (Allah subhaanahu wa ta'ala).
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَا تَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَا لْاَ رْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَ خَذْنٰهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ
"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 96)
Ketika umat suatu negeri berjalan di atas pijakan ilmu, di atas pijakan Al Qur'an dan as Sunnah maka sudah dipastikan Allah subhaanahu wa ta'ala akan menurunkan berkahnya. Kalau sudah diberkahi, stunting itu mudah bagi Allah subhaanahu wa ta'ala untuk mengubahnya menjadi anak-anak sehat lagi normal.
Sebaliknya jika jauh dari pijakan Al Qur'an dan as Sunnah, maka jangan bertanya kenapa masalah di negeri khatulistiwa ini tidak pernah selesai. Bencana bergantian, kemiskinan kian melonjak, ekonomi tidak stabil, politik kotor, akhlaq generasi kian rusak, angka stunting tinggi, korupsi menjadi-jadi dan lain-lainnya. Begitulah kiranya jika jauh dari berkah Allah subhaanahu wa ta'ala. Tiada ketentraman pada negeri tersebut.
Tentunya, tidak maukan terus-terusan menjadi negeri dalam kondisi demikian? Maka, sambutlah seruan Allah subhaanahu wa ta'ala untuk berislam kaffah, menerapkan syariah Islam dalam seluruh aspek kehidupan.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ کَآ فَّةً ۖ وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ۗ اِنَّهٗ لَـکُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 208)
Khatimah
Para politikus, para pejabat, para tokoh, para rakyat, sama-sama harus menghidupkan taman-taman surga yakni majelis-majelis ilmu, forum-forum pengajian. Saatnya para pejabat, politikus digaris depan dalam memberi teladan dalam berlapang-lapang dalam menghadiri majelis ilmu (QS. Al Mujadilah: 11).
Wallaahua'lam bis shawwab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar