Karena senangnya itu, kemudian ada yang berfoto-foto dan dibagikan ke orang lain. Apalagi di medsos jangkauan luas, jadi akan banyak orang ikut melihat dan dikira ikut merasakan senangnya dia dengan memiliki banyak hal.
Eh ternyata, yang melihat postingan tersebut tidak ikut senang. Malah geram. Waduh! Sang pemilik akun pun jadi muram. Dihapuslah jejak-jejak postingan kegembiraan dia yang telah dititipi barang wah oleh Al Khaliq (Allah Subhaanahu wa ta'ala).
Sebagaimana kasus yang lagi ramai, ada pejabat bea cukai yang ketahuan dari medsosnya, diberitakan telah pamer kekayaan lewat medsos. Demikian pula anak pejabat pajak sekaligus pelaku penganiayaan terhadap David Ozara ( https://www.liputan6.com/amp/5223387/sah-pns-dilarang-pamer-harta-di-medsos)
Adapun dari kalangan non pejabat, belum terkuak terkait aksi yang semisal itu.
Pandangan Terhadap Harta
Di masa Nabi Musa 'alaihis salam, ada Qarun yang dititipi harta melimpah oleh Allah subhaanahu wa ta'ala.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اِنَّ قَا رُوْنَ كَا نَ مِنْ قَوْمِ مُوْسٰى فَبَغٰى عَلَيْهِمْ ۖ وَاٰ تَيْنٰهُ مِنَ الْكُنُوْزِ مَاۤ اِنَّ مَفَا تِحَهٗ لَـتَـنُوْۤاُ بِا لْعُصْبَةِ اُولِى الْقُوَّةِ اِذْ قَا لَ لَهٗ قَوْمُهٗ لَا تَفْرَحْ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِيْنَ
"Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku zalim terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, "Janganlah engkau terlalu bangga. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang membanggakan diri." (QS. Al-Qasas 28: Ayat 76)
Qarun memandang harta itu atas usaha dirinya sendiri. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
قَا لَ اِنَّمَاۤ اُوْتِيْتُهٗ عَلٰى عِلْمٍ عِنْدِيْ ۗ
"Dia (Qarun) berkata, "Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku..." (QS. Al-Qasas 28: Ayat 78)
Qarunpun juga memposting hartanya, tapi tidak lewat medsos. Dia jalan-jalan menunjukkan kekayaannya. Lebih wow lagi kan cara Qarun dalam memparadekan kekayaannya. Sebagaimana dalam firman Allah Subhaanahu wa ta'ala:
فَخَرَجَ عَلٰى قَوْمِهٖ فِيْ زِيْنَتِهٖ ۗ قَا لَ الَّذِيْنَ يُرِيْدُوْنَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا يٰلَيْتَ لَـنَا مِثْلَ مَاۤ اُوْتِيَ قَا رُوْنُ ۙ اِنَّهٗ لَذُوْ حَظٍّ عَظِيْمٍ
"Maka keluarlah dia (Qarun) kepada kaumnya dengan kemegahannya. Orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia berkata, "Mudah-mudahan kita mempunyai harta kekayaan seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun, sesungguhnya dia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar." (QS. Al-Qasas 28: Ayat 79)
Orang-orang takjub dengan kemegahan Qarun. Sayang, masa wah-nya Qarun dibuat Allah subhaanahu wa ta'ala tidak kekal. Hartanya yang telah dibanggakannya menghantarkan kepada kebinasaan. Dia sombong, maka Allah Subhaanahu wa ta'ala menunjukkan kuasaNya.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
فَخَسَفْنَا بِهٖ وَبِدَا رِهِ الْاَ رْضَ ۗ فَمَا كَا نَ لَهٗ مِنْ فِئَةٍ يَّـنْصُرُوْنَهٗ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَمَا كَا نَ مِنَ الْمُنْتَصِرِيْنَ
"Maka Kami benamkan dia (Qarun) bersama rumahnya ke dalam Bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri." (QS. Al-Qasas 28: Ayat 81)
Akhirnya, orang-orang yang menginginkan bisa seperti Qarun, menyadari kekeliruannya. Inilah ungkapan mereka. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
وَاَ صْبَحَ الَّذِيْنَ تَمَـنَّوْا مَكَا نَهٗ بِا لْاَ مْسِ يَقُوْلُوْنَ وَيْكَاَ نَّ اللّٰهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَآءُ مِنْ عِبَا دِهٖ وَيَقْدِرُ ۚ لَوْلَاۤ اَنْ مَّنَّ اللّٰهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا ۗ وَيْكَاَ نَّهٗ لَا يُفْلِحُ الْكٰفِرُوْنَ
"Dan orang-orang yang kemarin mengangan-angankan kedudukannya (Qarun) itu berkata, "Aduhai, benarlah kiranya Allah yang melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya). Sekiranya Allah tidak melimpahkan karunia-Nya pada kita, tentu Dia telah membenamkan kita pula. Aduhai, benarlah kiranya tidak akan beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)." (QS. Al-Qasas 28: Ayat 82)
Kisah Qarun ini, penting untuk diketahui oleh pejabat juga rakyat. Apalagi di sistem sekuler-kapitalisme saat ini. Potensi untuk lupa dari siapa harta itu dan untuk apa harta itu besar sekali. Kasus pejabat yang terungkap media itu adalah pelajaran bagi semua. Untuk kembali sadar akan hakikat harta dan meluruskan pandangan terkait harta.
Kebinasaan Qarun berawal dari pandangannya yang keliru atas harta. Ia menganggap ia lah sumber rezeki. Akhirnya ia menyombongkan dan memamerkan kekayaannya itu. Hartanya tidak untuk beramal dan mendekatkan diri kepada Allah subhaanahu wa ta'ala. Tapi untuk meraih pujian manusia, sanjungan manusia, dan berbuat zalim kepada lainnya.
Seolah harta menjadi satu-satunya yang menghantarkan kepada kemuliaan. Sampai kadang, pejabat ataupun rakyat tidak sedikit yang menempuh jalan haram demi meraih uang. Padahal ada yang lebih baik dari itu.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
وَقَا لَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ وَيْلَـكُمْ ثَوَا بُ اللّٰهِ خَيْرٌ لِّمَنْ اٰمَنَ وَعَمِلَ صَا لِحًـا ۚ وَلَا يُلَقّٰٮهَاۤ اِلَّا الصّٰبِرُوْنَ
"Tetapi orang-orang yang dianugerahi ilmu berkata, "Celakalah kamu! Ketahuilah, pahala Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, dan (pahala yang besar) itu hanya diperoleh oleh orang-orang yang sabar." (QS. Al-Qasas 28: Ayat 80)
Rasulullah shallaallaahu 'alaihi wa sallam juga mengingatkan dalam hadisnya.
"Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian. Tapi Allah melihat hati dan amal kalian" (HR. Muslim).
Pandangan yang benar terhadap harta inilah yang akan menyelamatkan pemiliknya. Allah Subhaanahu wa ta'ala telah menjelaskan bahwa Dialah Yang Maha Pemberi Rizki (Ar Razaq). Allah Subhaanahu wa ta'ala berfirman:
وَكَاَ يِّنْ مِّنْ دَآ بَّةٍ لَّا تَحْمِلُ رِزْقَهَا ۖ اللّٰهُ يَرْزُقُهَا وَاِ يَّا كُمْ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
"Dan berapa banyak makhluk bergerak yang bernyawa yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu. Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui." (QS. Al-'Ankabut 29: Ayat 60)
Sebagaimaana rupa yang merupakan pemberian dari Allah subhaanahu wa ta'ala, demikian pula dengan harta. Maka seharusnya seorang muslim memanfaatkan amanah harta yang telah Allah subhaanahu wa ta'ala titipkan sebagaimana yang telah Allah subhaanahu wa ta'ala tentukan. Menikmati rezeki boleh, tapi bukan untuk isrof ataupun foya-foya. Bukan pula untuk menyombongkan diri. Bukan pula untuk dipamerkan. Karena hakikatnya harta itu bukan punya kita, tapi milik Allah subhaanahu wa ta'ala.
Menghapus Jejak Digital Cukupkah?
Menunjukkan rasa senang bisa beli ini, beli itu jika dituangkan di medsos, rawan dengan ujub, pamer. Maka cukupkan rasa senangnya dengan bersyukur kepada Allah subhaanahu wa ta'ala. Tingkatkan taatnya dan amal shalihnya.
Jika postingan itu dilatar belakangi oleh ujub, pamer, maka menghapus postingan belum cukup, hapus pula noda-noda hitam di dalam hati dengan istighfar dan taubatan nasuha.
Menghapus jejak digital bisa hilang dengan mengikuti petunjuk bagi pengguna internet, tapi jejak catatan di ingatan manusia tidak mudah lenyap. Maka hapuslah ingatan mereka dengan perubahan sikap dan habbit yang lebih baik.
Apalagi jejak catatan Rakib Atit. Kuat tertulis. Allah Subhaanahu wa ta'ala tidak akan lupa. Maka berganti kebiasaan, berganti pemanfaatan amanah harta menjadi di jalan Allah subhaanahu wa ta'ala itu yang harus dilakukan. Tiap sedekah bisa menghapus dosa. Rasulullah shalaallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi)
Khatimah
Jika kecintaan kepada hal duniawi (wanita, harta, kendaraan, jabatan dll) itu sudah ada nashnya (QS. Ali Imran: 14), maka manusia membutuhkan sistem kehidupan yang tidak menjadikan dunia sebagai orientasi hidupnya. Sehingga pribadi-pribadi seperti Qarun tidak bermunculan.
Sistem kehidupan itu tiada lain adalah sistem Islam yang menjadikan pejabat dan rakyat sama-sama bertakwa kepada Allah subhaanahu wa ta'ala. Sistem Islam akan melahirkan konglomerat sekelas Abdurrahman bin Auf.
Wallaahua'lam bis shawwab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar