يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Rabu, 29 Januari 2025

Ilmu Dulu Atau Adab Dulu?

Ada sebagian yang mengatakan adab dulu baru ilmu. Ada lagi sebagian yang mengatakan ilmu dulu baru adab. Dan mungkin ada sebagian yang mengatakan keduanya berlaku beriringan. 

Dari Mana Adab Didapat?

Pertanyaan dari mana adab di dapat adalah kunci jawaban dari perbedaan pendapat antara ilmu dan adab. 

Setiap perbuatan yang dilakukan manusia pasti berawal dari maklumat yang ia dapatkan. Baik itu maklumat yang didapat dari melihat orang lain, dari mendengar penjelasan orang lain, dari membaca, atau dari pengalaman pribadinya sendiri. 

Semua maklumat tersebut menjadi pengetahuan baginya. Dan akan ada yang menjadi ilmu baginya, setelah ia mengetahui kebenaran pengetahuan tersebut. 

Mengukur suatu pengetahuan itu benar atau salah, bagi seorang muslim sebenarnya sudah ada jalurnya. Yaitu dengan menggunakan timbangan Alquran dan Alhadist. Alquran dari Allah subhānahu wa ta'ala dan Alhadist dari NabiNya dengan petunjuk Allah subhānahu wa ta'ala. Dan Allah Subhānahu wa ta'ala telah mengingatkan dalam firmanNya:

ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡمُمۡتَرِينَ

"Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau termasuk orang-orang yang ragu." (QS. Al-Baqarah: Ayat 147)

Adapun dalam urusan ilmu umum atau teknis bersifat duniawi, Allah subhānahu wa ta'ala berfirman:

... ۖ فَسۡئَلُوٓاْ أَهۡلَ ٱلذِّكۡرِ إِن كُنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ...

"... maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui," (QS. An-Nahl: Ayat 43)

Rasulullah shallallāhu' 'alaihi wa sallam juga bersabda, 

اَنْتُمْ اَعْلَمُ بِاُمُوْرِ الدُّنْيَا كُمْ

" Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian". (HR. Muslim)

Adapun dari maklumat-maklumat yang telah diperoleh manusia, ada yang berupa teori atau pemikiran, dan ada pula yang berupa perilaku yang terpraktekkan pada orang lain dan pengalaman diri sendiri. Teori atau pemikiran dan praktek perilaku inilah yang kemudian menjadi cikal bakal dari adab. 

Alur atau ilustrasi mudahnya demikian, ketika para sahabat membersamai Rasulullah shallallāhu'alaihi wa sallam, mereka menyaksikan perbuatan Nabi, mendengar sabda-sabda beliau shallallāhu'alaihi wa sallam. Dari situ teriwayatkan hadist. Hadist berbagai macam hal. Yang kemudian mulai dari sahabat, lanjut generasi tabiin, lanjut generasi tabiut tabiin, hingga ulama-ulama hadist menyusun hadist-hadist dengan kategori tertentu. Misal hadist-hadist tentang cara makan Nabi, cara tidur Nabi, cara bicara Nabi, cara bertentangga Nabi dan lain-lainnya. Dari situ muncullah ilmu tentang adab makan, adab tidur, adab safar, adab berbicara, adab menuntut ilmu, adab bertentangga dan lain-lainnya. 

Dengan demikian, asal dari adab itu adalah ilmu, ilmu yang dipraktekkan atau diamalkan. Ketika ilmu-ilmu tersebut dipraktekkan oleh sekumpulan umat manusia atau bangsa, jadilah ia peradaban. Maka kemudian, muncul namanya peradaban Islam. Yaitu peradaban yang dibangun dari ilmu yang digali dari Alquran dan Alhadist. 

Tahu Adab Tapi Tak Beradab

Statement "Tahu adab tapi tidak beradab" itu sebenarnya bentuk lain dari kalimat "Tahu ilmu tapi tidak dipraktekkan". Hanya saja lingkupnya meliputi ilmu-ilmu seputar adab, seputar akhlaq.

Ini memang persoalan. Bahkan menjadi persoalan nasional, yaitu terjadinya degradasi adab/akhlaq. Secara pengetahuan, setiap individu, minimal oleh keluarganya pasti dibekali ilmu tata krama, lebih meningkat lagi dibekali adab-adab yang diajarkan oleh Allah subhānahu wa ta'ala dan Rasulullah shallallāhu 'alaihi wa sallam. 

Tapi dilapangan, dalam prakteknya, tidak seringan sebagaimana saat mendengar nasehat tersebut. Kenapa demikian?

Disini penulis, bermaksud meringkas dari semua faktor penyebab baik internal ataupun eksternal dengan satu ayat Alquran saja. Karena seluas apapun penjelasannya akhirnya sebagai makhluk, manusia harus kembali pada Alkhaliq -Allah subhānahu wa ta'ala-.

Allah Subhānahu wa ta'ala berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِ ۚ وَمَن يَتَّبِعۡ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِ فَإِنَّهُۥ يَأۡمُرُ بِٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِ ۚ وَلَوۡلَا فَضۡلُ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ وَرَحۡمَتُهُۥ مَا زَكَىٰ مِنكُم مِّنۡ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يُزَكِّي مَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٞ

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barang siapa mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya dia (setan) menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar. Kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, niscaya tidak seorang pun di antara kamu bersih (dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui." (QS. An-Nur: Ayat 21)

Sebaik apapun lingkungan seseorang tinggal, jika tanpa karunia dan rahmat Allah subhānahu wa ta'ala, ia akan keliru juga dalam berperilaku. Seburuk apapun lingkungan seseorang tinggal, jika ia mendapatkan karunia dan rahmat Allah subhānahu wa ta'ala, ia akan dijaga dari buruk adab, buruk akhlaq. 

Rasulullah dan para sahabatnya saat di Makkah, berada di lingkungan buruk kaum Quraisy, tapi mereka bisa menampakkan kemuliaan akhlaqnya. Karena mereka terpilih mendapatkan karunia dan rahmat Allah subhānahu wa ta'ala.

Adapun ketika Rasulullah shallallāhu 'alaihi wa sallam sudah hijrah ke Madinah, dimana di sana Rasulullah shallallāhu 'alaihi wa sallam telah menerapkan kesulurahan hukum Islam sehingga kehidupannya Islami, masih didapati pencurian, perzinaan, bahkan kemudian ada yang awalnya sebagai hamba taat berubah menjadi hamba dunia, contohnya Tsa'labah.

Adapun kita saat ini? Kaum muslimin saat ini? Tidak dibersamai oleh Rasulullah shallallāhu 'alaihi wa sallam, tidak dalam lingkungan yang Islami, memiliki nafsu, ada gangguan dari kalangan jin ataupun manusia, tempat salah dan lupa, bagaimana kemudian bisa ditiap detiknya berakhlaq mulia?

Bukan pembenaran bagi yang tidak mengamalkan adab islami, tapi pasti akan ada waktu seseorang itu akan keliru, akan salah, baik dalam perilakunya ataupun perkataannya. 

Dengan demikian, shahihnya yang sudah mengetahui adab, beradab. Adapun yang belum mengetahui adab, belajarlah adab, lalu beradab. Dengan senantiasa meminta karunia dan rahmat Allah subhānahu wa ta'ala.

Khatimah

Adab adalah bagian dari ilmu. Adanya cacat dalam adab, untuk diperbaiki, bukan berhenti mengais ilmu. Mari memohon kepada Allah subhānahu wa ta'ala untuk dikarunia ilmu tentang adab dan beradab dengan mengamalkan doa ini.

اَللّٰهُمَّ اَغْنِنِيْ بِالْعِلْمِ وَ زَيِّنِّيْ بِالْحِلْمِ وَ اَكْرِمْنِيْ بِالتَّقْوَى وَ جَمِّلْنِيْ بِالْعَافِيَةِ يَا اَرْحَمَ الرًَاحِمِيْنَ. آمِيْنَ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ

" Ya Allah, kayakanlah aku dengan ilmu, perindahlah aku dengan kelembutan, muliakanlah aku dengan ketakwaan dan percantiklah aku dengan 'āfiah, yā arhamar rāhimīn. Aamiin yā rabbal'ālamīn". 

Wallahua'lam bis shawāb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dipun Waos Piantun Kathah