يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Jumat, 28 Juni 2019

EPISODE


Matahari dengan cahayanya
Menghapus relung-relung malam
Berlalulah sinar rembulan
Segarlah jiwa menghirup udara

Ia berseru “ fa idza faraghta fangshob”

Lentik mata manusia menatap
Langit yang ditinggikan
Bumi yang dihamparkan
Gunung yang menjulang

Ia berseru, “ wa la tansa nasibaka minaddun ya”

Tangan mengayuh mengapai asa
Siang adalah masa mencari penghidupan
Siang adalah masa menebar kebaikan
Siang seterang pelita matahari

Ia berseru, “ Inna sa’yakum la syatta”

Tapak kaki meninggalkan jejak
Nanah, darah, air mata tiada yang sama
Bahagia, duka, lara, dan cinta tak sama
Taat, ingkar, tawadhu’, takabur berbeda-beda

Ia berseru “am lil insaani maa tamanna?”

Lari?
Lari manusia tidak sama
Pandangan?
Itulah tatapan kehidupan penentu masa depan

Ia beseru “ wa ila rabbika far ghob”

Detik waktu bergulir
Seirama putaran matahari menutup siangnya
Lirik wajah Rabbmu semampunya
Ia yang menyaksikan polah manusia

Lalu, dengarkan apa dalam hatimu?
Ada pesan tergores apa di dalamnya
Meneteslah air mata tanda malu
Karena Ia sedang menjalankan skenarioNya

Ia berseru, “Fa aina tadzhabun?”

Inna sholaati wa nusuki wa mahyaaya wamamaati lillaahi robbil’aalamiin

Ampunilah dosa yang menggunung
Kejahiliahan, angkara, dan penghambaan yang belum khusyuk
Kedzaliman atas diri dan orang lain

Izinkanlah
Kami menjemput bahagia panggilanMu yaa Rabb

Karena Engkau berseru “Yaa ayyuhan nafsul mutmainnah, irji’ii ila rabbiki raadhiyatammar mardhiyyah”

Wa ma taufiqi illa billah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dipun Waos Piantun Kathah