Adapun skala nasional data kecelakaan yang dirilis BPS sampai di tahun 2021 berada pada angka 103.645 kasus. ( https://www.bps.go.id/indicator/17/513/1/jumlah-kecelakaan-korban-mati-luka-berat-luka-ringan-dan-kerugian-materi.html).
Adapun di tahun 2022 dikutip dari pernyataan Kasubdit Promosi dan Kemitraan Direktorat Sarana Transportasi Jalan Kemenhub Iwan Budiona pada angka 131.500 kasus kecelakaan. (https://m.mediaindonesia.com/megapolitan/594800/tekan-angka-kecelakaan-lalu-lintas-kemenhub-imbau-masyarakat-beralih-ke-transportasi-umum)
Berlalu Lintaspun Ada Pertanggungjawabannya
Seorang pengendara, jika ia seorang muslim, harus ingat bahwa ia tidak boleh berbuat mudarat atas dirinya sendiri dan juga pada orang lain. Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Janganlah memudaratkan diri sendiri dan memudaratkan orang lain" (HR. Ibnu Majah dan Daruquthni).
Bentuk tidak memudaratkan diri sendiri saat berlalu lintas adalah menyiapkan keamanan berkendara. Dari bekal SIM, STNK, helm, kendaaraan dalam kondisi normal (mesin jalan, BBM terisi) dan fasilitas berkendara lainnya yang ia butuhkan.
Dan saat mau berangkat berkendara, Islam telah mengajarkan kepada umatnya untuk mengawalinya dengan berdoa. Bisa doa pendek, seperti membaca basmalah.
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Doa agak panjang, membaca doa keluar rumah.
بِاسْمِ اللّٰهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللّٰهِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللّٰهِ
Doa lebih panjang, membaca doa naik kendaraan.
سُبْحٰنَ الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا هٰذَا وَمَا كُنَّا لَهٗ مُقْرِنِيْنَ
وَاِ نَّاۤ اِلٰى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ
Membaca doa ini bagian dari bentuk permohonan perlindungan kepada Allah subhaanahu wa ta'ala dari kecelakaan, sesat jalan, teralihkannya tujuan perjalanan ke hal yang tidak benar, hingga berkendara yang merugikan orang lain.
Dengan ikhtiar awal yang demikian, maka seseorang ketika dijalan akan terjaga dari melanggar aturan lalu lintas, sabar saat dalam perjalanan, tidak berbuat mudarat ke orang lain semisal ngebut sembarangan, motor bersuara keras, atau ugal-ugalan lainnya. Inilah akhlaq seorang muslim dalam berkendara yang harus ia amalkan. Dengan kesadaran demikian maka potensi kecelakaan diluar qada' akan bisa dihindari.
Berikutnya, pemerintahpun akan dimintai pertanggungjawabannya dalam mengurus sarana jalan hingga tata tertib peraturan yang dibuatnya.
Jalan adalah fasilitas umum yang menjadi tugas negara untuk menyiapkan jalan yang aman dan nyaman. Ketika ada kecelakaan karena jalan yang rusak, maka pemerintah menanggung dosa atas kelalaiannya tersebut.
Jika saat ini ada ratusan ribu kasus kecelakaan maka pemerintah harus instropeksi atas sarana jalan yang dibuatnya.
Ketika ada jalan rusak seharusnya sesegera mungkin diperbaiki. Tidak menunggu jatuh korban baru diperbaiki. Bahkan kadang sudah banyak korban belum juga diperbaiki. Sebagaimana jalan raya dekat rumah penulis. Tidak segera diperbaiki, padahal sudah beberapa kali terjadi kecelakaan.
Ada teladan dari Khalifah Umar bin Khattab. Khalifah yang kedua ini berkata, "Seandainya seekor keledai terperosok di kota Baghdad karena jalanan rusak, aku sangat khawatir karena pasti akan ditanya Allah ta'ala, 'Mengapa kamu tidak meratakan jalan untuknya?'
Dalam kisah lain diceritakan bahwa ada seekor keledai mati karena terperosok dijalan berlubang. Maka Khalifah Umar bin Khattab ini menangis dan sedih. Dan ketika ditanya ajudannya, Beliau menjawab, "Apakah engkau sanggup menjawab dihadapan Allah ketika ditanya tentang apa yang telah engkau lakukan ketika memimpun rakyatmu?"
MasyaAllah, adakah pemimpin saat ini yang matanya menetaskan air mata saat mendengar berita ratusan ribu kecelakaan yang telah menewaskan puluhan ribu rakyatnya? Adakah yang ketir-ketir melihat jalanan aspal yang rusak?
Sungguh rakyat akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan Allah subhaanahu wa ta'ala, demikian pula pemimpin. Jika rakyat hanya atas dirinya dan orang lain yang dimudaratkannya, adapun pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas seluruh rakyatnya.
Khatimah
Khalifah Umar bin Khattab adalah produk didikan Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa sallam dan penerapan Islam secara kaffah dalam kehidupan. Bila kita saat ini tak bisa mendapatkan didikan Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa sallam secara langsung, maka ada Kitabullah (Alquran) dan Sunnah (Alhadist) yang beliau wasiatkan untuk dipegang oleh umatnya. Maka berpegang pada keduanya itulah yang harus umat Islam lakukan. Hingga kehidupan yang diberkahi Allah subhaanahu wa ta'ala itu terwujud. Tidak hanya dalam berlalu lintas tapi dalam seluruh aspek kehidupan.
Wallahu'alam bis shawwab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar