يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Tampilkan postingan dengan label Mapping Masjid. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mapping Masjid. Tampilkan semua postingan

Minggu, 06 Februari 2022

Hidupkan Masjid Bukan Mapping Masjid

Masjid akan dipetakan. Bagaimana pendapat anda? Sebagai seorang muslim pasti kita punya pendapat.

Pemetaan masjid diwacanakan oleh Badan Intelijen dan Keamanan Polri untuk mencegah penyebaran paham teroris. Disampaikan Direktur Keamanan Negara Baintelkam Polri Brigjen Umar Effendi dihadapan sejumlah petinggi MUI dalam acara halaqah Kebangsaan Optimalisasi Islam Wasathiyah dalam Mencegah Ekstrimisme dan Terorisme. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220131102551-12-753239/pemetaan-masjid-kontraproduktif-dan-rawan-picu-konflik

Mempertegas wacana tersebut Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo menyatakan polisi disecond line dalam wacana pemetaan masjid demi mencegah penyebaran paham terorisme di Indonesia. Sebagai leading sectornya adalah MUI hingga BNPT https://www.tribunnews.com/nasional/2022/02/02/polri-sebut-bukan-leading-sector-wacana-pemetaan-masjid-untuk-cegah-radikalisme

Kita, rakyat Indonesia memahami negeri ini mayoritas muslim, menyadari kemajemukan, bahkan majemuk di internal umat Islam itu sendiri. Jika masjid dipetakan, persatuan itu semakin sulit dan menyuburkan fanatisme golongan (ashobiyah).

Kaum muslimin sudah paham masjid itu untuk siapa dan untuk apa.  Bukan tempat berkumpul dalam rangka maksiat, masjid di bangun. Tapi masjid tempat sujud menyembah Allah SWT. Sebagaimana asal kata masjid dari kata sajada yang artinya sujud. Jadi masjid dibangun adalah dalam rangka memenuhi perintah Allah SWT. Dipetakan berpotensi mengalihkan fungsi masjid. 

Masjid dalam perjalanan peradaban Islam menunjukkan sebagai  pusat bangkit dan berkembangnya Islam. Dan inilah yang harusnya dikembalikan bukan diminimalkan fungsinya sebagaimana kondisi masjid sekarang 

Terorisme Iklan Barat

War on Terorism digaungkan AS sejak peristiwa 911 hingga sekarang. Bagi AS, Islam adalah ancaman. Bangkitnya Islam harus dicegah. Dikutip dalam Majalah Al Waie edisi Januari 2022 bahwa pada tahun 2003 terbit dokumen Rand Corporation berjudul "Civil Democratic Islam: Partners, Resources and Strategis". Dokumen tersebut berisi kebijakan AS dan sekutunya atas dunia Islam. Intinya, memetakan kekuatan (mapping), sekaligus memecah belah dan merencanakan konflik internal dikalangan umat Islam melalui berbagai pola untuk mencegah kebangkitan Islam.

Jadi, bila pemangku negeri ini tidak jeli dan tidak memahami perang global yang dilancarkan pengusung ideologi kapitalisme atas negeri-negeri Islam maka akan terbuka menerima ajuan program-program barat atas nama perang melawan terorisme.

Memahami akar terorisme dan politik global, atas makar dibalik  perang melawan terorisme adalah wajib. Bukan hanya para pemangku kebijakan tapi umat Islam keseluruhannya. 

Praktek peradaban barat yang sudah membudaya hingga sensitivitas umat Islam diambang nol, akan kah diteruskan? Ajaran Al Qur'an dan as Sunnah semakin jauh dari diri umat Islam. Salah satunya akibat isu-isu negatif yang terus di wacanakan secara global dari terorisme, ekstrimisme, radikalisme dan kekeliruan praktik ajaran Islam dari yang diteladankan Nabi Muhammad SAW.

Jadi, wacana mapping masjid ini bisa mirip dengan strategi AS dan sekutunya untuk mapping kekuatan umat Islam dalam rangka memunculkan konflik internal dan memecah belah persatuan umat Islam. 

Kesimpulannya, mapping masjid jangan dilakukan. Paham teroris memang harus dilawan, bukan dengan mapping masjid. Tapi dengan mengembambalikan fungsi masjid sebagaimana dicontohkan nabi dan generasi berikutnya, serta  menerapkan Islam secara kaffah sesuai tuntunan Al Qur'an dan as Sunnah. Inilah yang akan mengantarkan pada Islam rahmatan lil'alamiin -rahmat bagi seluruh alam-.

Peran Negara Atas Masjid yang Harus Ditiru

Belajar pada pemerintahan Islam semasa kejayaannya adalah hal bijak dilakukan negeri-negeri muslim saat ini. Baik itu Indonesia atau pun negeri muslim lainnya.

Dikutip dari buku Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia karya Prof. Dr. Raghib As Sirjani bahwa masjid difungsikan sebagai pusat aktivitas umat Islam.

Para penuntut ilmu yang berpusat di masjid, diberikan kepada mereka seluruh sarana untuk sampai pada tempat pengajaran, dibangunkan rumah hingga diberikan harta. 

Masjid dijadikan pusat tarbiyah (pendidikan) dan tasqif (pembinaan). Halaqah-halaqah keilmuan berpusat di masjid. Semasa Nabi SAW Masjid Madinah menjadi tempat pendidikan, sarana berkumpul dengan sahabat, menyampaikan wahyu Al Qur'an, mengajarkan hukum-hukum agama. 

Dimasa setelah nabi, masjid terus menjadi pusat pendidikan. Diantaranya di Masjid Nabawi ada halaqah Umar bin Khattab, halaqah sahabat Jabir bin Abdullah Al Anshari. Di Masjid Damaskus ada halaqah Mu'adz bin Jabal. Di Masjidil Haram ada halaqah tinta umat Abdullah bin Abbas. Di Baghdad ada halaqah lebih dari 40 yang semuanya diringkas menjadi satu dalam halaqah Imam Syafi'i.

Bahkan kalangan wanita pun menjadi penuntut ilmu dan pengajar ilmu di masjid. Di masjid Damaskus ada Ummu Darda' yang mengajar kalangan wanita juga laki-laki. Ada juga Zainab binti Ahmad bin Abdurrahman yang mengajarkan kitab shahih Imam Muslim, sebagaimana dikisahkan oleh Ibnu Bathutah.

Mengatasi Terorisme dari Masjid

Bila menilik fungsi masjid yang demikian agungnya, jika bermaksud mengatasi Terorisme dari masjid bukan dengan memetakan masjid. Langkah ini selain memecah belah umat, merogoh kocek APBN untuk pembiayaan, menimbulkan kecurigaan dan ketakutan dikalangan umat Islam, membuat stigma negatif pada agama Islam dan bentuk gayung bersambut atas war on terorism yang dikomando AS dan sekutunya, melainkan dengan memfungsikan masjid untuk tarbiyah dan tasqif, pusat pendidikan.

Inilah langkah jempolan. Menghidupkan masjid dengan berbagai kegiatan keumatan. Dengan pengajaran sesuai Al Qur'an dan as Sunnah pun demikian kontennya. Maka akan tercetak generasi beriman bertakwa yang produktif. 

Masjid Al Umawi di Damaskus memiliki strategi yang bisa ditiru. Adanya madzhab dalam Islam tidak bisa dipungkiri. Di masjid ini halaqah pembelajaran yang bermacam-macam disiasati dengan memberikan ruang terpisah diantara penganut madzhab. Mazhab Syafi'i diberi ruang sendiri, pun demikian dengan madzab-maszab lainnya. 

Dari paparan tersebut, jelas bahwa negara bukan pihak terpisah dari masjid. Bahkan negara menghidupkan masjid melalui berbagai programnya. Dan inilah bentuk periayahan negara. Bahkan harusnya para pemimpin berada dishaff terdepan disetiap sholat didirikan di masjid dan menjadi pemakmur masjid. Wallahua'lam bis showwab.



Dipun Waos Piantun Kathah