Bioetanol berbahan baku tumbuhan, seperti ketela, tebu, jagung, atau kentang. Tanaman ini jika diolah bisa menghasilkan etanol melalui proses fermentasi dengan bantuan mikroorganisme. Bioetanol dari proses fermentasi ini memiliki beberapa kadar. Bioetanol untuk menjadi bahan bakar kadar minimalnya 99,5 persen. (https://www.cnnindonesia.com/otomotif/20230609070121-579-959594/sama-sama-bahan-bakar-alternatif-apa-bedanya-bioetanol-dan-biodiesel/amp)
Bioetanol dengan kadar tersebut bisa langsung dipakai sebagai bahan bakar (BBN) atau pun dicampur dengan premium dengan perbandingan tertentu. Adapun yang akan diujicobakan ke pasar Juli 2023 ini adalah campuran bensin dengan bioetanolnya 5%. Pencampuran ini menaikkan angka oktan bensin bisa setara dengan pertamax. Maka bioetanol campuran bensin ini dikisar harga mirip pertamax.
Penggunaan bioetanol ini dapat mengurangi emisi gas CO. Dan tentunya ini sealiran dengan program dunia untuk menurunkan emisi karbon yang telah mengakibatkan kerusakan iklim dan lain-lain.
Bioetanol Kenapa Tidak Murah?
Dalam sistem Islam ketika BBM itu berbahan baku dari tambang (seperti batu bara dan minyak bumi) yang itu menjadi kepemilikan umum maka wajib negara yang mengelola tambang tersebut. Dan mengolahnya hingga menghasilkan produk yang dibutuhkan oleh rakyat seperti BBM ataupun lainnya. Dengan pengelolaan yang demikian maka BBM bisa pada harga yang murah terjangkau bagi rakyat.
Adapun BBN (Bahan Bakar Nabati) dengan bahan dasar tumbuhan seperti bioetanol, maka negara dan swasta sama-sama boleh memproduksi. Jika kemudian untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar rakyat maka seharusnya negara membangun pabrik bioetanol tersebut. Sehingga tidak bergantung bioetanol perusahan swasta. Karena prinsip negara adalah memenuhi kebutuhan rakyatnya. Jadi bagaimana BBN bisa murah dikantong rakyat. Terlebih bahan baku bioetanol juga mudah dan murah. Proses dan biaya produksinya pun juga tidak serumit dan semahal BBM.
Adapun swasta prinsip mereka adalah bisnis. Walaupun usaha mereka dalam bidang menyediakan apa yang dibutuhkan masyarakat, semisal bahan bakar.
Dan karena sistem saat ini yaitu kapitalisme liberalisme yang membuka kran swasta lebar-lebar maka wajar tidak jarang negara tunduk dengan mekanisme harga yang dibuat perusahaan swasta dan terjebak bisnis juga dengan rakyatnya. Jadi wajar jika harga bioetanol campuran bensinpun harganya belum murah.
Maka betullah ketentuan yang telah ditetapkan oleh Islam. Bahwanya menetapkan apa yang itu menjadi kepemilikan umum dan kepemilikan negara maka negaralah yang harus mengelolanya. Dan Islam menetapkan penguasa adalah periayah (pengurus) rakyat. Sehingga keberadaan negara adalah mengolah kekayaan alam negara untuk mencukupi kebutuhan rakyatnya. Ibarat orang tua yang mengurus urusan anggota keluarganya.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَا تَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَا لْاَ رْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَ خَذْنٰهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ
"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 96)
Wallahu'alam bis showwab.