Pesannya: bawakan hadiah yang terbaik dan ikhlas mengeluarkannya. Nah setelah beberapa waktu berjalan, sampailah dipekan berikutnya, dan tibalah hari yang ditunggu anak-anak. Hari berbagi hadiah.
Anak-anak memang unik. Saat ditanya, “Apakah semua sudah menyiapkan hadiah untuk temanya?” Ada diantara mereka yang jujur berkata belum bawa. Ada yang bilang lupa ada juga yang tiada punya alasan.
Akhirnya, mereka saya minta untuk ke toko terdekat untuk membeli sesuatu yang bisa diberikan kepada temannya. Keluarlah beberapa murid. Adapun yang lain sudah menyiapkan hadiah terbaik untuk temannya. Ada yang dibungkus rapi, dengan kertas kado yang menarik. dan yang paling sederhana dibungkus dengan kertas buku. Hem, anak-anak! Kreatif sesuai daya nalar dan wawasannya.
Terlihat wajah, bangga dengan hadiah yang hendak mereka berikan kepada temannya. Andai bisa dilukis dengan kata isi hati mereka, ada harapan dapat hadiah yang terbaik dari temannya juga.
Nah, keinginan untuk bertukar hadiah harus mereka redam dulu, karena harus mengikuti pelajaran terlebih dahulu. Ada yang masih bisa konsentrasi ada pula yang masih juga sibuk dengan hadiah yang hendak diberikan.
Jreng-jreng..... akhirnya, setelah beberapa saat tenggang waktu untuk pelajaran, itupun berakhir. Tiba, menit untuk saling memberi hadiah.
“Ayuk siapkah hadiahnya!”, seru bu guru
“Maaf bu saya belum punya hadiah” celetuk salah satu siswa.
Hem, sedari tadi si siswa ini diam saat diawal pelajaran diminta membeli hadiah. Eh giliran, tiba waktu membagi masih menyampaikan belum punya hadiah. Hem, akhirnya teman-temannya harus sabar menunggu temannya belanja beli hadiah. Wkwkwk anak-anak.....
Dug dug dug berdetak jantung mereka
Dengan ekspresi masing-masing. Siswa dibagi menjadi dua kelompok. Tugas pertama yang harus mereka lakukan adalah menuliskan nama dan pesan untuk sipenerima hadiah.
“Ayuk silahkan diambil satu kertas dengan cara silang”
Satu demi satu merekapun mengambil kertas,
wow....ekspresinya.... seolah mereka sudah bisa menebak hadiah apa yang akan mereka terima dari nama yang tercantum dikertas itu. Sudah ada diantara mereka yang teriak pesimis dan menyesal memperoleh kertas lotre yang diambilnya.
“ok baiklah, sekarang silahkan berkunjung kepada nama yang ada dikertas yang kalian pegang. Dan ingatnya ya, semuanya harus ikhlas memberi dan menerima hadiah”
Gemuruh anak-anak bertukar hadiah.
Wah......
“Ayuk buka hadiah dari temannya!”
Ha.............................
“Tidak imbang ini, saya sudah mengeluarkan buku, dapatnya cuma jajan”, suara salah satu siswa kembar
“Ya Allah, saya dapatnya sama bukunya” , suara yang lainnya.
“Wah, saya Cuma berbekal jajan dapat buku dan pensil” suara gembira untuk siswa satu ini.
Saya lihat, ekspresi dua anak kembar dikelas itu. Nasib dua anak ini sama, mereka memberikan hadiah yang dalam kaca mata mereka berharga namun kembalian hadiah yang mereka terima hanya satu snack saja. Satu diantara anak kembar itu mengeluh dan bisa dikata menyesal dengan hadiah yang dikeluarkannya. Dia ngomellah untuk melampiaskan rasa ketidakridhoannya.
Adapun anak satunya, dia hanya diam dan senyum. Setelah itu memakan snack yang diterimanya dan berkata kepada gurunya, “sudah habis bu hadiah snack yang saya terima, sudah saya makan”
Nah, dalam diam, saya merenungi sifat dua anak kembar ini. ternyata, dibalik kemiripan wajah dan fisik yang mereka miliki ada kecerdasan spiritual/spiritual quotient yang berbeda diantara mereka.
Subhanallah, yang telah menciptakan makhluknya mirip tapi tidak seutuhnya sama.
Dia yang tiada kehabisan bahan cetakan, manusialah yang terbatas daya nalar untuk menemukan keagungan dan kekuasaanNya.
Semoga sepenggah kisah sederhana ini bisa menambah keimanan kita kepada Allah SWT yang Maha Kuasa. Wallahua’lam bis showab