يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Tampilkan postingan dengan label umat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label umat. Tampilkan semua postingan

Jumat, 09 Februari 2024

Menjadi Satu Umat, Kapan Itu?

Kata umat adalah kata serapan dari bahasa Arab yaitu ummatun. Dalam KBBI kata umat artinya para penganut (pemeluk, pengikut) suatu agama, penganut nabi. 

Berdasarkan definisi bahasa tersebut bisa dicerna akan adanya beberapa umat di muka bumi ini. 

Manusia Awalnya Satu Umat 

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

كَا نَ النَّا سُ اُمَّةً وَّا حِدَةً ۗ فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيّٖنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ ۖ وَاَ نْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتٰبَ بِا لْحَـقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّا سِ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ فِيْهِ اِلَّا الَّذِيْنَ اُوْتُوْهُ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَآءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْ ۚ فَهَدَى اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ مِنَ الْحَـقِّ بِاِ ذْنِهٖ ۗ وَا للّٰهُ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَآءُ اِلٰى صِرَا طٍ مُّسْتَقِيْمٍ

"Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan Allah menurunkan bersama mereka kitab dengan benar, untuk memberi keputusan diantara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendakNya kepada jalan yang lurus" (QS. Al-Baqarah: 213)

Ibnu Jarir berkata, dari Ibnu Abbas, bahwa jarak antara Nabi Adam 'alaihis salam dan Nabi Nuh 'alaihis salam adalah 10 generasi. Semuanya berpegang pada syariat dari Allah subhaanahu wa ta'ala yang Maha Benar. Lalu mereka berselisih, kemudian Allah mengutus nabi-nabi untuk membawa kabar gembira dan memberi peringatan. 

Manusia itu pada mulanya berada pada agama Nabi Adam 'alihis salam, hingga kemudian mereka menyembah berhala. Maka Allah subhaanahu wa ta'ala mengutus kepada mereka Nabi Nuh, dan dia adalah Rasul pertama yang diutus Allah subhaanahu wa ta'ala ke bumi. Oleh karena itu Allah berfirman, " ... Dan Allah menurunkan bersama mereka kitab dengan benar, untuk memberi keputusan diantara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri." (QS. Al Baqarah: 213) 

Dan tiada lain yang membuat mereka berselisih kecuali kedengkian satu sama lain. Maka kelanjutan ayat tersebut, "... Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendakNya kepada jalan yang lurus." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 213)

Firman Allah subhaanahu wa ta'ala "Dan Allah memberi petunjuk orang yang dikehendakiNya" maksudnya dari kalangan makhlukNya. 

"Kepada jalan yang lurus" maksudnya milikNya-lah segala kebijaksanaan dan hujjah yang kuat. 

Di dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan sebuah hadist dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, apabila bangun malam untuk melakukan shalat, beliau berdoa, "Ya Allah Tuhan Jibril, Mikail, dan Israfil, pencipta langit dan bumi, Yang Maha Mengetahui hal yang ghaib dan hal yang nyata, Engkaulah yang memutuskan perkara diantara hamba-hamba-Mu dalam hal yang mereka perselisihkan di masa silam. Berilah aku petunjuk kepada kebenaran yang diperselisihkan itu dengan kehendakMu. Sesungguhnya Engkau selalu memberi petunjuk orang yang Engkau kehendaki kepada jalan yang lurus"

Generasi ke generasi, dan manusia berkembang baik secara kuantitas maupun keyakinannya. Allah subhaanahu wa ta'ala turunkan para nabi dan rasul, tetapi tetap ada diantara mereka yang menyelisihi ajaran para nabi dan rasul tersebut. 

Maka kemudian, ada beberapa umat yang telah disebutkan dalam Al Qur'an. Diantaranya Yahudi, Nasrani, Sabiin, dan Majusi.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَا لَّذِيْنَ هَا دُوْا وَا لنَّصٰرٰى وَا لصّٰبِئِـيْنَ مَنْ اٰمَنَ بِا للّٰهِ وَا لْيَوْمِ الْاٰ خِرِ وَعَمِلَ صَا لِحًـا فَلَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ ۚ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Sabi'in, siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 62)

Sebab Nuzul ayat tersebut menurut As Sadyi berkenaan dengan Salman Al Farisi ketika berbincang dengan Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam. Ia berkata, "Mereka mendirikan shalat, berpuasa, beriman kepada engkau, dan bersaksi bahwa engkau akan diutus sebagai Nabi". Setelah Salman selesai memuji-muji mereka, Rasulullah bersabda, "Wahai Salman, mereka adalah ahli neraka". Salman terkejut mendengar hal itu, kemudian turunlah ayat tersebut. 

Iman orang-orang Yahudi adalah berpegang kepada kitab Taurat dan sunah Nabi Musa. Kata Yahudi sendiri berasal dari kata Al Hawadah maknanya sama dengan mawaddah (kasih sayang) atau at Tahawwud artinya taubat. Seperti yang disebutkan Nabi Musa dalam firman-Nya, "... sesungguhnya kami kembali (hudna: bertaubat) kepada Allah" (QS. Al A'raf: 156). Seolah-olah mereka disebut dengan Yahudi karena taubat mereka dan kasih sayang diantara mereka. Ada juga yang menyebutkan bahwa dinamakan Yahudi karena nasabnya sampai kepada Yahuda, salah satu putra nabi Yakub 'alaihis salam.

Ketika datang nabi Isa 'alaihis salam, orang yahudi ini tetap berpegang pada taurat dan mengamalkan sunah nabi Musa 'alaihis salam dan tidak mengikuti nabi Isa 'alaihis salam, maka mereka akan binasa (ahli neraka). 

Adapun iman orang Nasrani adalah berpegang pada kitab Injil dan syariat nabi Isa 'alaihis salam. Disebut dengan Nasrani karena mereka suka saling tolong menolong (at Tanashur). Mereka juga disebut dengan hawariyun. sebagaimana disebutkan dalam firman Allah subhaanahu wa ta'ala, 

 مَنْ اَنْصَا رِيْۤ اِلَى اللّٰهِ ۗ قَا لَ الْحَـوٰرِيُّوْنَ نَحْنُ اَنْصَا رُ اللّٰهِ 

"... Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" Pengikut-pengikutnya yang setia itu berkata, "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah," (QS. As Saff: 14)

Ada juga yang berpendapat dinamakan Nasrani karena tempat tinggal mereka di daerah bernama Nashirah. Demikian pula yang diriwayatakan Ibnu Abbas.

Orang-orang Nasrani ini ketika Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam diutus Allah subhaanahu wa ta'ala setelah nabi Isa, dan tidak mengikuti nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam dan melepaskan syariat nabi Isa, maka akan binasa (ahli neraka). 

Sedangkan As shabiun ada beberapa pendapat dikalangan mufasir. Mujahid berpendapat bahwa as shabiun adalah orang-orang yang ada diantara kaum Majusi, Yahudi, dan Nasrani yang tidak memiliki agama. Abu Aliyah dan Adh Dhahak mengatakan bahwa mereka adalah kelompok orang dari ahlu kitab yang membaca kitab Zabur. 

Abu Ja'far Ar Razi berpendapat as shabiun adalah kaum yang menyembah malaikat, berpegang pada kitab Zabur dan mendirikan shalat dengan menghadap kiblat. Wallahua'lam.

Adapun Majusi disebutkan dalam firman Allah subhaanahu wa ta'ala berikut:

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَا لَّذِيْنَ هَا دُوْا وَا لصّٰبِــئِيْنَ وَا لنَّصٰرٰى وَا لْمَجُوْسَ وَا لَّذِيْنَ اَشْرَكُوْۤا ۖ اِنَّ اللّٰهَ يَفْصِلُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ

"Sesungguhnya orang-orang beriman, orang Yahudi, orang Sabi'in, orang Nasrani, orang Majusi, dan orang musyrik, Allah pasti memberi keputusan di antara mereka pada hari Kiamat. Sungguh, Allah menjadi saksi atas segala sesuatu." (QS.  Al-Hajj 22: Ayat 17)

Ibnu Abbas berkata bahwa setelah turun QS. Al Baqarah ayat 62, kemudian turunlah ayat,

وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِ سْلَا مِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُ ۚ وَهُوَ فِى الْاٰ خِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ

"Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi." (QS. Ali 'Imran: 85)

Dan umat Islam adalah umat dari nabi terakhir (Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam) yang diutus oleh Allah subhaanahu wa ta'ala. Menjadi umatnya Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam inilah yang akan menghantarkan pada keberuntungan di dunia dan di akhirat, tidak menjadi orang yang rugi, sebagaimana dalam ayat tersebut (QS. Ali Imran: 85).

Akankah Manusia Menjadi Satu Umat Lagi?

Allah subhaanahu wa ta'ala dalam ayatNya menerangkan.

وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ لَجَـعَلَ النَّا سَ اُمَّةً وَّا حِدَةً وَّلَا يَزَا لُوْنَ مُخْتَلِفِيْنَ 

"Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih (pendapat)," (QS. Hud: 118)

وَلَوْ شَآءَ اللّٰهُ لَجَـعَلَكُمْ اُمَّةً وَّا حِدَةً وَّلٰـكِنْ يُّضِلُّ مَنْ يَّشَآءُ وَيَهْدِيْ مَنْ يَّشَآءُ ۗ وَلَـتُسْــئَلُنَّ عَمَّا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

"Dan jika Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Dia menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Tetapi, kamu pasti akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan." (QS. An-Nahl: 93)

وَلَوْ شَآءَ اللّٰهُ لَجَعَلَهُمْ اُمَّةً وَّا حِدَةً وَّلٰـكِنْ يُّدْخِلُ مَنْ يَّشَآءُ فِيْ رَحْمَتِهٖ ۗ وَا لظّٰلِمُوْنَ مَا لَهُمْ مِّنْ وَّلِيٍّ وَّلَا نَصِيْرٍ

"Dan sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia jadikan mereka satu umat, tetapi Dia memasukkan orang-orang yang Dia kehendaki ke dalam rahmat-Nya. Dan orang-orang yang zalim tidak ada bagi mereka pelindung dan penolong." (QS. Asy-Syura 42: Ayat 8)

Beberapa ayat di atas menjelaskan bahwa manusia tidak akan menjadi satu umat lagi. Satu keimanan kepada Allah subhaanahu wa ta'ala tidak, satu pikiran tidak, satu perasaan tidak, satu agama juga tidak. 

Bila menukil ke kaidah bahasa Arab

kata يُّضِلُّ dan يَهْدِيْ yang terdapat pada QS. an Nahl Ayat 93 menggunakan bentuk fiil mudhori' (kata kerja) untuk waktu saat ini dan akan datang. Artinya saat ini dan ke depannya akan ada orang-orang yang dalam naungan petunjuk Allah subhaanahu wa ta'ala dan ada yang menyimpang dari petunjukNya. 

Dua golongan yang mendapatkan petunjuk dan tidak, menunjukkan adanya dua golongan yang berbeda. 

Dalam ayat lain Allah subhaanahu wa ta'ala berfirman:

وَلَنْ تَرْضٰى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلَا النَّصٰرٰى حَتّٰى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ اِنَّ هُدَى اللّٰهِ هُوَ الْهُدٰى ۗ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ اَهْوَآءَهُمْ بَعْدَ الَّذِيْ جَآءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَـكَ مِنَ اللّٰهِ مِنْ وَّلِيٍّ وَّلَا نَصِيْرٍ

"Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)." Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah." (QS. Al-Baqarah: 120)

Ayat tersebut dengan tegas menyebutkan bahwa umat Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela dengan kenabian Nabi Muhammad (termasuk kepada umatnya yaitu umat Islam), sehingga perselisihan antara mereka dengan umat Islam akan terus ada. Hingga menjelang hari kiamat perselisihkan dengan Yahudi akan terjadi.

Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: " Tidaklah terjadi hari kiamat hingga kaum muslim akan berperang dengan Yahudi. Kaum muslimin akan memerangi mereka hingga seorang Yahudi bersembunyi dibalik batu dan pohon. Lalu batu dan pohon itu berkata, "Wahai Muslim, wahai hamba Allah, disini ada Yahudi bersembunyi di belakangku. Kemarilah dan bunuhlah dia. Kecuali pohon Gharqad, karena ia adalah pohon Yahudi" (HR. Mutafaqun'alaihi) 

Dan ketika kekhilafahan 'ala minhajin nubuwah yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam akan tegak, tidak akan mewajibkan seluruh manusia menjadi seorang muslim. Allah subhaanahu wa ta'ala berfirman:

لَاۤ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِ ۗ 

"Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), ..." (QS. Al-Baqarah: 256)

لَـكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ

"Untukmu agamamu, dan untukku agamaku." (QS. Al-Kafirun: 6)

Itu artinya tidaklah kondisi manusia di bumi ini akan kembali menjadi satu umat sebagaimana masa Nabi Adam 'alihis salam. 

Khatimah

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ وَ الْمُشْرِكِيْنَ فِيْ نَا رِ جَهَنَّمَ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا ۗ اُولٰٓئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ 

"Sungguh, orang-orang yang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke Neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Mereka itu adalah sejahat-jahat makhluk."

 الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ ۙ اُولٰٓئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ 

"Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk." (QS.  Al-Bayyinah 98: Ayat 6-7)

Semoga kita menjadi umat Islam, menjadi orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan hingga akhir hidup kita. Aamiin aamiin yaa mujiibassaailiin. 

Wallahua'lam bis shawaab.


Dipun Waos Piantun Kathah