يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Jumat, 03 Juni 2011

Abu Bakar dan Pembentukan Khilafah

A.Biografi Abu Bakar ash Shiddiq
Abu Bakar adalah sahabat terbaik Rasulullah SAW. Abu Bakar juga menjadi manusia terbaik versi Rasulullah SAW, hal ini sebagaimana sabda Beliau ” Tidak ada orang yang lebih baik dari Abu Bakar selama matahari masih terbit untuk kalian” (HR. Tabarani). Abu Bakar dilahirkan pada tahun 573 M dari sebuah keluarga terhormat di Makkah. Dalam sumber lain disebut Abu Bakar lahir pada tahun kedua atau ketiga Tahun Gajah, kira-kira dua tahun lebih tua dari Rasulullah SAW.
Ibu beliau bernama Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab dan mendapat gelar Ummu Khair sebagaimana dinyatakan oleh Az Zuhri dan diriwayatkan oleh Ibnu Asakir. Abu Bakar wafat pada usia 63 tahun sama dengan Rasulullah SAW yaitu tepatnya tanggal 23 Jumadil Akhir tahun 13 H.

1.Nama dan Gelar Abu Bakar ash Shiddiq
Para ahli sejarah sepakat bahwa nama Abu Bakar adalah Abdullah bin Utsman. Sumber lain juga menyebutkan bahwa nama lengkap Abu Bakar adalah Abdullah Abi Qufahah At Tamimi. sehingga terkenal dengan panggilan Abu Quhafa. Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dari Ibnu Sirin yang menyebutkan Abu Bakar bernama Atiq. Dan yang benar Atiq adalah gelarnya. Ath Thabarani meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, dia disebut dengan Atiq karena keelokan wajahnya. Kata Al Atiq sendiri berasal dari kata ataqah yang artinya segala yang baik.
Adapun Julukan Abu Bakar salah satunya adalah pelopor pagi hari. Hal ini karena Beliau termasuk laki-laki yang masuk Islam pertama kali. Sedangkan gelar ash Shiddiq diperoleh Abu Bakar sejak zaman jahiliyah karena Beliau pada waktu itu sebagai pemegang urusan diyat sebagai wakil kaum Quraisy. Dan diyat-diyat yang diurus dan ditetapkan oleh Abu Bakar dibenarkan dan diterima oleh kaum Quraisy. Sedangkan disisi lain gelar ash Shiddiq yang disandang Abu Bakar juga diterima Abu Bakar setelah masuk Islam. Ash Shiddiq yang diterima Abu Bakar merupakan tanda kemantapan tauhid di jiwanya yang berbeda dengan sahabat lainnya. Hal ini karena Abu Bakar telah membenarkan peristiwa Isra’ Mi’raj yang dilakukan oleh Nabi SAW disaat sahabat lainnya belum membenarkannya.

2.Sifat-Sifat Abu Bakar ash Shiddiq
Abu Bakar sejak kecil terkenal jujur, tulus, penyayang dan suka beramal sehingga masyarakat Makkah menaruh hormat. Setelah masuk Islam Beliau menjadi anggota yang paling menonjol dalam jamaah Islam setelah Nabi SAW. Beliau terkenal karena keteguhan pendirian, kekuatan iman, dan kebijakan pendapatnya. Abu Bakar juga terkenal dengan keberanian dan kepahlawanannya sebagaimana diriwayatkan Al Haitsam bin Kulaib dari Abu Bakar, dia berkata :Tatkala perang Uhud, orang-orang berlarian meninggalkan Rasulullah, sedangkan saya adalah orang pertama yang kembali untuk melindungi Rasulullah.
Abu Bakar juga seorang yang dermawan. Pernah suatu hari Abu Bakar datang kepada Rasulullah untuk menyerahkan seluruh hartanya. Kemudian Rasulullah bertanya kepadanya ”Lalu apa yang engkau sisakan untuk keluargamu?” Beliau menjawab ”Saya mensisakan untuk mereka Allah dan RasulNya”. Subhanallah demikianlah sifat kedermawanannya Abu Bakar.
Abu Bakar juga seorang yang cerdas dan pandai. Abu Bakar adalah sahabat yang pernah memberi fatwa di masa Rasulullah. Abu Bakar sahabat yang paling baik bacaannya dan paling mengerti tentang al Qur’an, paling tahu nasab orang arab, paling faham tafsir mimpi, dan juga paling fasih lidahnya dan paling pandai dalam berkuthbah. Dan ketika menjadi Khalifah Abu Bakar dikenal sebagai pemimpin yang sederhana.

3.Keluarga Abu Bakar ash Shiddiq
Ibu beliau bernama Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab dan mendapat gelar Ummu Khair. Sedang ayah Abu Bakar bernama Abu Quhafah. Garis keturunannya bertemu dengan keturunan Nabi SAW pada Murah bin Ka’ab yaitu kakek yang ke tujuh. Kedua orang tuanya berasal dari Bani Ta’im yang terkenal ramah dan sopan santun. Sedang kaum wanitanya terkenal lincah dan rajin.
Adapun istri Abu Bakar adalah Ummu Rumman bin ’Amr, Qutailah binti Abdul Izza, Asma’ binti ’Umais, dan Habibah binti Khorijah. Dari perkawinannya ini lahir 3 putera dan 3 puteri. Yaitu Abdullah, Abbdurrahman dan Muhammad, Aisyah, Asma’ dan Ummu Kulsum.

4.Proses Masuk Islamnya Abu Bakar ash Shiddiq
Abu Bakar adalah seorang pedagang. Dalam salah satu perjalanaan, setelah menyiapkan barang daganganya dan sebelum kembali kembali ke Mekkah, dia mengalami sebuah mimpi yang menyita waktunya untuk memikirkannya. Kemudian Abu Bakar segera menemui pendeta yang saleh dan menyeritakan mimpinya. Dalam mimpinya Abu Bakar melihat ” bulan meninggalkan tempatnya di langit dan turun di Mekkah. Lalu bulan itu terpecah-pecah menjadi beberapa potong dan bagian. Potongan-potongan tersebut berpencar ke seluruh tempat dan rumah yang ada di Mekkah. Kemudian potongan-potongan itu menyatu hingga kembali ke bentuk seperti sedia kala dan menetap di pangkuan Abu Bakar.
Kemudian pendeta itu menjelaskan bahwa akan datang Nabi yang ditunggu-tunggu dan Abu Bakar akan beriman kepada Nabi tersebut dan akan menjadi manusia yang paling bahagia berkat dia. Selang beberapa waktu Abu Bakar mendengar berita bahwa Muhammad menyeru manusia untuk mengesakan Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Mendengar berita itu maka Abu Bakar langsung menemui Rasulullah dan menanyakan perihal tersebut. Kemudian Nabi menanggapi pertanyaan Abu Bakar dengan mengatakan ”Benar Abu Bakar, Tuhanku telah menetapkan aku sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan. Dia menjadikanku sebagai penyeru kepada agama Ibrahim serta mengutusku kepada seluruh manusia”.
Mendengar pernyataan itu spontan Abu Bakar berkata ”Demi Allah, aku tidak pernah melihatmu berdusta dan engkau benar-benar diciptakan untuk menerima risalah karena engkau sangat jujur, suka bersilaturahim, dan memiliki perilaku yang baik. Ulurkanlah tanganmu, aku hendak berjanji setia kepadamu”.
Demikianlah Abu Bakar telah menjadi orang yang pertama kali masuk Islam dari seluruh sahabat maupun lainnya. Namun ada juga yang menyebutkan bahwa orang yang pertama kali masuk Islam adalah Ali, ada pula yang mengatakan Khadijah. Dari beragam pendapat yang ada, dapat disimpulkan bahwa Abu Bakar adalah orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan laki-laki dewasa, Ali yang berasal dari anak-anak, dan Khadijah yang berasal dari kalangan wanita. Imam yang juga memiliki pendapat ini adalah Imam Abu Hanifah.

5.Abu Bakar Teman Perjalanan Rasulullah
Saat Rasulullah SAW mendapatkan wahyu diperbolehkannya beliau untuk hijrah, Nabi kemudian mendatangi kediaman Abu Bakar. sesampainya di rumah Abu Bakar, Nabi bercerita hal perijinan Allah bagi Nabi untuk hijrah. Abu Bakar kemudian menawarkan dirinya untuk menemani Rasulullah dan tawaran itu diterima oleh Nabi. Kemudian Abu Bakar menyiapkan dua tunggangan dan mengupah Abdullah bin Uraqaith sebagai penunjuk jalan. Keduanya tinggal beberapa hari di Gua Hira’ untuk menghilangkan jejak.
Asma binti Abu Bakar bercerita, ” Abu Bakar hijrah bersama Rasulullah SAW dengan membawa seluruh hartanya yang berjumlah lima atau enam ribu dirham. Abu Bakar sesampainya di Yasrib (Madinah) dipersaudarakan dengan Kharijah bin Zaid bin Abu Zuhair al Anshari dan menikah dengan putrianya yang bernama Habibah. Abu Bakar hidup bersama Rasulullah SAW seperti seorang tentara yang menanti perintah panglimanya. Jika Rasulullah memerintahkan sesuatu, ia tidak banyak bertanya dan membantah, tetapi melaksanakanya saat itu pula.

6.Sahabat Yang Masuk Islam Lewat Tangan Abu Bakar
Abu Bakar dengan segala keutamaan yang dimilikinya telah berhasil mengajak sejumlah orang untuk masuk Islam. Dan dikemudian hari orang-orang itu menjadi pemimpin dan panglima dalam Islam. Mereka adalah Usman bin Affan, Zuber bin Awwan, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqas, Usman bin Mazh’un, Abu Ubaidah bin Jarrah, Abdurrahman bin ’Auf, Abdullah bin Abdul Asad (Abu Salamah), Khalid bin Sa’id. Diantara mereka yang muda belia adalah Sa’ad dan Zuber.

7.Ayat-ayat Berkenaan Abu Bakar ash Shiddiq
Allah SWT berfirman:
”Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka Sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang Dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu Dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita."
Kaum muslimin sepakat bahwa sahabat yang disebutkan dalam ayat tersebut adalah Abu Bakar. Amir bin Abdullah bin Zubair berkata: Sebagian keluarga saya mengatakan kepada saya bahwa ayat ini turun mengenai Abu Bakar, yakni Firman Allah swt ”Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa” (Al Lail: 5) hingga akhir ayat. dan masih banyak ayat-ayat lainnya yang ditujukan kepada Abu Bakar ra.

8.Hadist-Hadist Berkenaan Abu Bakar ash Shiddiq
Ahmad meriwayatkan dari Abdur Rahman bin Ghanam bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada Abu Bakar dan Umar ”Jika kalian berdua sepakat dalam suatu masalah maka saya tidak akan menolak apa yang kalian sepakati”. Ath Thabarani meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud Rasulullah bersabda ”Sesunggunya bagi setiap nabi ada orang pilihan dari umatnya, sedangkan orang pilihan dari sahabat-sahabatku adalah Abu Bakar dan Umar”.
Riwayat Abu Said Al-Khudri ra Rasulullah saw. bersabda: ”Sesungguhnya orang yang paling setia kepadaku baik dalam hartanya maupun dalam persahabatannya adalah Abu Bakar. Kalau saja aku boleh mengangkat seorang khalil (kekasih), niscaya aku akan memilih Abu Bakar sebagai kekasih. Akan tetapi dia adalah saudaraku di dalam Islam. Sungguh tidak akan diciptakan pada mesjid ini sebuah pintu kecil pun kecuali hal itu memang milik Abu Bakar. (Shahih Muslim No.4390) Dan masih banyak hadist-hadist lainnya.

9.Ayat dan Hadist Yang Menginsyaratkan atas Kekhilafahannya
Abu Qasim Al Baghwi dengan sanad yang baik meriwayatkan dari Abdullah bin Umar dia berkata, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda ”Di belakang saya akan ada dua belas Khalifah, sedangkan Abu Bakar hanya akan berkuasa dalam waktu sebentar.
Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah ia berkata, Rasulullah berkata kepada saya saat dia sedang sakit, ”Panggillah ayahmu (Abu Bakar) dan saudaramu hingga aku tuliskan sesuatu. Sebab saya kwatir ada orang yang berambisi kekuasaan. Dan mungkin ada orang yang berkata, saya lebih pantas, padahal Allah dan orang-orang yang beriman tidak suka kecuali ia berada di tangan Abu Bakar”.
Al Asy’ari berkata: telah diketahui dengan jelas bahwa Rasulullah telah menyuruh ash Shiddiq untuk menjadi Imam Sholat ditengah-tengah orang Muhajirin dan Anshar dengan sabdanya ”Orang yang memimpin sholat hendaknya orang-orang yang paling mengerti tentang kitab Allah”. Dengan demikian ini menunjukkan bahwa Abu Bakar adalah orang yang paling mengerti tentang Kitab Allah. Adapun dalil dalil lain yang memberikan indikasi akan terpilihnya Abu Bakar sebagai Khalifah Rasulullah masih banyak lagi.
Demikianlah biografi Abu Bakar ash Shiddiq meskipun singkat tapi sungguh memberikan keteladanan bagi generasi Islam yang luar biasa. Abu Bakar sahabat utama Rasulullah dan Khalifah pertama Rasulullah SAW.

B.Proses Pembentukan Khilâfah
1.Nabi SAW Menyuruh Abu Bakar Sebagai Imam Sholat
Aisyah berkata “Ketika kondisi kesehatan Rasulullah SAW semakin buruk, datanglah Bilal yang menyampaikan bahwa waktu sholat sudah tiba. Maka kemudian Rasulullah meminta supaya Abu Bakar memimpin sholat. Ketika Abu Bakar mulai mengerjakan shalat, timbullah kekhawatiran dalam diri Nabi. Ketika mendengar kedatangan Rasulullah, Abu Bakar mundur. Tapi Rasulullah berisyarat supaya Abu Bakar tetap di tempat duduknya. Kemudian Rasulullah duduk disebelah kiri dan mengimami manusia sambil duduk sedang Abu Bakar berdiri.
Dan saat itulah muncul pertanyaan dalam diri Abu Bakar mengapa beliau dipilih oleh Rasulullah. Sedang dalam banyak riwayat bahwa dipilihnya Rasulullah sebagai pemimpin sholat adalah perlambang bahwa Abu Bakarlah yang akan menjadi Khalifah penganti Rasulullah. Hal ini diperkuat oleh keterangan yang diriwayatkan Jubair bin Muth’im dari Ayahnya dia berkata, “Seorang wanita menemui Nabi untuk suatu urusan. Rasulullah bersabda kepadanya “Temuilah aku lain kali”. Wanita itu berkata, “Hai Rasulullah, bagaimana jika aku tidak dapat menjumpaimu lagi (maksudnya wafat) siapa yang harus aku temui?” Nabi menjawab “Temuilah Abu Bakar”. ( ath Thabaqat al Kubra, III: 178)

2.Peristiwa Tsaqifah Bani Sa’idah
Kepergian Nabi Muhammad saw menghadap RabbNya, membawa masyarakat muslim yang masih bayi itu kepada suasana yang berwujud krisis konstitusional. Hal ini disebabkan karena Nabi tidak menunjuk penggantinya bahkan tidak pula membentuk suatu dewan menurut garis-garis majelis suku yang mungkin bisa melaksanakan kekuasaan hingga Nabi wafat. Karena itu, golongan Muhajirin dan Anshar bersaing, masing-masing merasa diri berhak menjadi khalifah pengganti Nabi. Fanatisme ini sempat mengancam kesatuan Islam yang baru saja terbentuk.
Masalah ini mengakibatkan suasana politik umat Islam menjadi tegang. Padahal semasa hidupnya Nabi Muhammad bersusah payah dan berhasil membina persaudaraan yang kokoh di antara semua pengikutnya, yaitu antara kaum Muhajirin dan Anshar. Sebagai respon dari kondisi yang darurat ini dan juga memenuhi seruan Rasul sebagaimana sabda Beliau ”Barangsiapa yang melepaskan tangan dari ketaatan, ia akan menjumpai Allah pada hari Kiamat tanpa memiliki hujjah. Siapa saja yang mati, sedang dipundaknya tidak terdapat baiat (kepada Khalifah), maka ia mati seperti kematian Jahiliyyah” (HR. Muslim), maka masyarakat Anshar menyelenggarakan musyawarah di gedung pertemuan bani Sa’idah untuk mengangkat khalifah dari kalangan mereka sendiri. Mereka semula sepakat memilih Sa’id ibn Ubaidillah. Sedang Muhajirin mendesak Abu Bakar sebagai calon mereka karena ia dipandang yang paling layak untuk menggantikan Nabi.
Selain itu, terdapat pula kelompok orang-orang yang menghendaki Ali bin Abi Thalib, karena menurut mereka Nabi telah menunjuk secara terang-terangan sebagai penggantinya, karena Ali adalah menantu dan kerabat Nabi. Namun demikian, kemungkinan terpilihnya Ali sangat tipis karena berbagai macam pertimbangan, antara lain bahwa setelah Rasulullah wafat banyak sahabat menghendaki supaya khalifah tidak diserahkan kepada Ali karena umurnya yang masih muda.
Kondisi tersebut membawa suasana politik umat Islam semakin runyam, karena masing-masing golongan merasa diri paling berhak menjadi khalifah penerus Nabi. Pada saat itu, umat nyaris di pinggir jurang perpecahan. Suasana politik semacam itu masih logis, karena masing-masing pihak punya alasan. Kaum Anshar menuntut, bahwa mereka adalah orang pertama memberi tempat dan posisi pada saat krisis yang gawat. Oleh sebab itu, seorang khalifah pengganti Nabi haruslah dipilih dari kalangan mereka.
Demikian pula kaum Muhajirin menuntut bahwa Abu Bakar adalah seorang yang terbaik untuk menggantikan Nabi, sebab sebelum wafatnya Nabi sering menugaskan Abu Bakar untuk menggantikan beliau menjadi imam shalat jama’ah dan tugas-tugas tertentu. Golongan yang menghendaki agar Ali yang mengganti Nabi beralasan bahwa Ali adalah generasi muda yang pertama masuk Islam, ia adalah sepupu dan menantu Nabi.
Dalam proses selanjutnya, setelah Abu Bakar mendengar informasi bahwa golongan Anshar mengadakan musyawarah untuk mengangkat Sa’id bin Ubâdah menjadi khalifah pengganti Nabi di Tsaqifah Bani Sa’idah, maka Abu Bakar bersama Umar langsung berangkat ke tempat tersebut. Dalam pertemuan itu, seorang dari golongan Anshar berdiri berpidato: “Kami adalah Anshârullah dan pasukan Islam, dan kalian dari kalangan Muhâjirin sekelompok kecil dari kami. Ternyata kalian mau menggabungkan kami dan mengambil hak kami serta mau memaksa kami”.
Mendengarkan perkataan itu, dengan bijaksana Abu Bakar berkata: “Sesungguhnya perjuangan kaum Anshar dalam perjuangan Islam tidak ada bandingannya. Tetapi sungguhpun demikian seluruh masyarakat Arabiyah mengetahui bahwa tidak ada penguasa Arab yang paling disegani melainkan dari kalangan Quraisy.” Lalu orang Anshar itu berkata: “Kalau begitu pilihlah seorang pemimpin dari golongan kamu, dan kami akan menetapkan pemimpin dari golongan kami sendiri.” Menanggapi usulan tersebut, Umar segera berkata tegas: “Ingatlah bahwa dua pimpinan tidak akan dapat berkuasa dalam waktu yang bersamaan. Karena itu hendaklah kamu sekalian memilih di antara Umar dan Abu Ubaidah sebagai khalifah.” Namun kedua tokoh yang diusulkan tersebut menolak sambil berkata: “Tidak! Kami tidak mempunyai kelebihan dari kamu sekalian dalam urusan ini”.
Dalam situasi musyawarah yang semakin kritis, Umar memegang tangan Abu Bakar dan mengangkatnya, seraya menyampaikan sumpah setia kepadanya dan membaiatnya sebagai khalifah. Sikap Umar tersebut diikuti oleh Abu Ubaidah dan tokoh-tokoh Anshar yang hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka semua menyatakan kerelaanya membaiat Abu Bakar sebagai khalifah, yakni sebagai pemegang tampuk kepemimpinan umat Islam yang semula dijabat oleh Nabi. Dengan demikian, krisis kesatuan dan solidaritas Islam terselesaikan.
Maka terhitung sejak dibaitnya Abu Bakar pada bulan Rabiul Akhir tahun 11 H resmilah berdiri Kekhilafahan Islam atau Imamah al Kubra. Disebut dengan Khilafah karena yang memegang jabatan ini merupakan pemimpin tertinggi kaum muslimin dan pengganti Nabi dalam urusan kehidupan mereka. Dinamakan dengan Imamah karena seorang khalifah disebut juga ”imam” yang wajib dipatuhi, dan rakyat yang dibelakangnya seperti mereka yang sedang melaksanakan sholat dibelakang Imam yang mengimami mereka.
Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa proses pengangkatan Abu Bakar menjadi Khalifah adalah melalui proses pemilihan secara langsung oleh umat. Dan dalam perjalanan sejarah Kekhilafahan Islam tidaklah seluruh Khalifah dipilih secara langsung oleh umat. Ada yang dipilih oleh Ahlu ahli wa aqdi, seperti Usman bin Affan. Ada juga yang penunjukan Khalifah sebelumnya seperti Umar bin Khatab. Dan di masa-masa berikutnya ada yang dengan sistem putera mahkota. Meski berbeda-beda cara pemilihannya tapi semuanya diangkat melalui metode baiat.

3.Faktor Penyebab Terpilihnya Abu Bakar
Pertama, Abu Bakar adalah termasuk orang yang pertama memeluk Islam. Kedua, Sahabat yang sangat dipercaya oleh Rasulullah. Dalam Al Awsath dari Sa’ad bin Zurrah dia berkata: Rasulullah bersabda ”Sesungguhnya Ruhul Kudus Jibril mengabarkan kepada saya ”sebaik-baik umat setelah kamu adalah Abu Bakar”. Ketiga, Abu Bakar adalah sahabat yang diperintah Rasulullah SAW menjadi imam sholat berjama’ah. Ibnu Asakir meriwayatkan dari Ibnu Umar dia berkata, Rasulullah telah memerintahkan Abu Bakar memimpin jama’ah sholat, sedangkan saya menyaksikan sendiri, tidak ghoib, tidak sakit. Maka kami rela menyerahkan urusan dunia kami sebaimana Rasulullah rela menyerahkan urusan agama kepadanya. .
Keempat, Dipercaya oleh rakyat, sehingga beliau mendapat gelar As Shiddiq. Ibnu Masdi meriwayatkan bahwa gelar ash Shiddiq diperoleh Abu Bakar sejak zaman jahiliyah. Kelima, Sahabat yang sangat dipercaya oleh Rasulullah. Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Sa’id Al Kudri dia berkata, Rasulullah bersabda ”Tidak ada seorang nabipun kecuali dia memiliki dua orang wazir (pembantu) dilangit dan dua wazir di bumi. Adapun dua wazir saya dari langit adalah Jibril dan Mikail, sedangkan waizir saya di bumi adalah Abu Bakar dan Umar”.

4.Khutbah Abu Bakar Setelah Dilantik Sebagai Khalifah
Ibnu Sa’ad meriwayatkan dari Hasan Al bashri dia berkata: Tatkala Abu Bakar dilantik menjadi khlaifah dia berdiri mengucapkan khutbahnya dihadapan manusia. Lalu berkata: ”Amma Ba’du. Sesungguhnya saya diberi beban kekuasaan ini, padahal saya sangat tidak suka, sesungguhnya saya menginginkan diantara kalian ada yang menggantikan posisi ini. Ketahuilah jika kalian membebani saya seperti yang dibebankan Rasulullah, niscaya saya tak akan sanggup melakukannya. Rasulullah adalah hamba yang kepadanya diturunkan wahyu serta dijaga dari kesalahan-kesalahan. Ketahuilah bahwa saya adalah manusia biasa, dan saya bukanlah orang terbaik diantara kalian. Dan ketahuilah bahwa setan selalu menggodaku. Jika kalian melihat saya sedang marah, maka jauhilah saya, sehingga saya tidak membuat kesalahan pada rambut dan kulit kalian”.
Subhanallah, khutbah terbuka Abu Bakar yang memperjelas fakta bahwa sesungguhnya bukanlah Abu Bakar haus akan jabatan. Adapun alasan Beliau bersedia menerima amanah khalifah ini adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari Rafi’ Ath Thai bahwa dia berkata kepada Abu Bakar ” Apa yang mendorong kamu untuk menerima jabatan ini, padahal engkau telah melarangku untuk tidak menjadi pemimpin dari dua orang?” Abu Bakar berkata, ”Saya tidak mendapat jalan lain, dan saya takut terjadi perpecahan pada umat Muhammad”.

5.Landasan Politik Abu Bakar ash Shiddiq
Landasan politik atau dasar atau konsep politik pemerintahan Abu Bakar dapat disimpulkan dari Khutbah pelantikannya. Dalam khutbahnya Abu Bakar menyampaikan ” Wahai manusia aku diserahi kekuasaan untuk mengurus kalian, padahal aku bukanlah orang yang terbaik dari kalian. Untuk itu jika aku melakakukan kebaikan, maka bantulah aku. Jika aku berbuat salah, maka ingatkanlah aku. Jujur itu amanah, sedang dusta itu khianat. Orang lemah diantara kalian adalah orang kuat disisiku hingga aku berikan haknya insyaAllah, dan orang kuat diantara kalian adalah orang lemah disisiku hingga aku mengambil haknya darinya insyaAllah. Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad dijalan Allah, melainkan Allah menjadikan hidup mereka hina dan dihinakan, tidaklah perbuatan zina menyebar disuatu kaum, melainkan Allah akan menyebarkan malapetaka ditengah-tengah mereka. Untuk itu taatilah kalian kepadaku selama aku masih taat kepada Allah dan RasulNya. Jika aku bermaksiat kepada Allah dan RasulNya maka bagi kalian tidak ada ketaatan kepadaku. Dirikanlah sholat kalian, semoga Allah merahmati kalian”
Dari khutbahnya ini Khalifah Abu Bakar menyebutkan beberapa konsep atau landasan politik beliau, yaitu:
a.Menegakkan syariat Allah SWT dan mewujudkan kedaulatan ada ditangan syara’.
b.Melakukan jihad fi sabilillah secara kontinyu
c.Menegakkan keadilan
d.Membangun oposisi yang kontruktif
e.Memperhatikan kaum lemah hingga yang kuat

C.Kebijakan Abu Bakar Selama Menjadi Khalifah
Setelah Abu Bakar resmi dilantik sebagai Khalifah maka mulailah Abu Bakar melaksanakan tugas-tuganya sebagai khalifah bagi negara Khilafah. Ada beberapa kebijakan yang dibuat Abu Bakar. Tapi beberapa kebijakan Abu Bakar masih bersifat meneruskan apa yang telah menjadi kebijakan Rasulullah SAW. Diantara kebijakan beliau adalah:
1.Pengiriman Pasukan Usamah
Pasukan Usamah adalah pasukan umat Islam yang dipimpin Usamah bin Zaid yang diperintahkan Rasulullah sebelum wafat untuk memerangi tentara Romawi. Tetapi pasukan ini kembali setelah mendengar kabar wafat Rasul. Dan ketika Abu Bakar terpilih menjadi khalifah maka kebijakan pengiriman Pasukan Usamah ke syam di teruskan oleh Abu Bakar. Pada mulanya kelompok Muhajirin senior termasuk Umar merasa keberatan dengan pengiriman pasukan ini. Karena situasi dalam negeri yang lagi berkecamuk. Akan tetapi nasehat para senior Muhajirin ini di jawab oleh Abu Bakar dengan mengatakan ”Demi dzat yang diriku berada ditanganNya, seandainya aku diterkam binatang buas di Madinah, aku tetap akan memberangkatkan pasukan itu. Bagaimana mungkin aku menangguhnkan suatu perkara yang telah diturunkan melalui wahyu dari langit kepada Rasulullah SAW”.
Alhamdulillah, atas pertolongan Allah SWT dan keteguhan Abu Bakar, pasukan Usamah berhasil diberangkatkan ke wilayah syam. Nasehat takwa yang disampaikan Abu Bakar kepada pasukan Usamah adalah sebagai berikut: ” Janganlah kalian berkhianat, janganlah curang, janganlah bertindak secara berlebihan, janganlah membunuh anak kecil, orang tua renta, dan wanita. Janganlah memandulkan pohon kurma, janganlah membakarnya, janganlah menebang pohon yang berbuah, dan janganlah membunuh kambing dan sapi kecuali untuk dimakan. Kalian akan melintasi kaum yang menyuguhi kalian dengan aneka makanan. Jika kalian menyantap makanan demi makanan, cabalah basmalah. Segeralah berangkat dengan membaca basamalah.”
Dan atas pertolongan Allah SWT pasukan Usamah mampu memukul mundur pasukan Ramawi. Dengan keberhasilan pasukan Usamah ini memberikan efek yang sangat bagus bagi kondisi politik dalam Negeri dan luar Negeri daulah khilāfah. Di dalam negeri menjadikan para pemberontak menjadi gentar dan di luar negeri eksistensi daulah Khilāfah semakin diperhitungkan dan ditakuti.

2.Penyelesaian Kaum Murtad dan yang Tidak Mau Membayar Zakat
Sepeninggal Rasulullah banyak diantara umat muslim yang kembali ke traidisi jahiliyyah. Bahkan ada yang mengaku sebagai nabi hingga mengantarkan mereka kepada aktifitas murtad. Peristiwa kaum Murtad ini biasa dikenal dengan istilah “al-riddah”, yang berarti kemurtadan, atau beralih agama dari Islam kepada kepercayaan semula. Secara politis merupakan pembangkangan terhadap lembaga kekhalifahan.
Adapun orang-orang yang mengaku sebagai nabi adalah Musailamah al Khadzab, Tulaiha al Asadi, al Aswad, Sajah wanita Kristen yang menikah dengan Musailamah. Para nabi palsu ini menyebarkan ajaran tiga waktu sholat, puasa ramadhan tidak wajib, zakat menjadi sukarela, minuman keras halal dan lain-lain.
Untuk mengatasi kondisi dalam negeri yang demikian maka Abu Bakar mengambil tindakan dengan mengirimkan 11 pasukan perang ke sebelas daerah tujuan. Diantaranya pasukan Khalid bin Walid yang ditugaskan menundukkan Tulaiha al Asadi, pasukan Amr bin Ash ditugaskan ke Qudla’ah, Suwaid bin Muqrim ditugaskan ke Yaman, Khalid bin Said ditugaskan ke Syam. Dalam peperangan ini Musailamah terbunuh dan Tulaiha dan Zajah kembali masuk Islam.
Abu Bakar juga memerangi orang-orang yang memisahkan antara sholat dengan zakat. Abu Bakar dengan tegas menyatakan ”Demi Allah sungguh akan saya perangi siapa saja yang memisahkan anatara sholat dan zakat.” Dalam kitab al Bidaayah wan Nihaayah disebutkan bahwa sebelum Abu Bakar memerangi kaum murtad ini terlebih dahulu beliau mengirim utusan untuk mendakwahi mereka. Jika mereka mau bertaubat dan melalukan amal shaleh maka mereka diterima kembali. Dan bila mereka tetap dalam kemurtadannya maka mereka baru diperangi.

3.Mengembangkan Wilayah Kekuasaan Daulah khilafah
Setelah Abu Bakar mengadakan pembersihan pemberontakan dalam negeri, maka beliau mengarahkan perhatiannya kepada ekspansi ke luar sebagai lanjutan perjuangan masa Rasulullah. Ekspansi yang dilakukan oleh khalifah Abu Bakar dimulai dengan pengiriman ekspedisi di bawah pimpinan Usamah bin Zaid ke perbatasan Suriah (Syam). Setelah ekspansi tersebut sukses, Abu Bakar mengirim lagi kekuatan perangnya ke luar Arabiah, yaitu Khalid bin Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai al-Hirah di tahun 634 M. Ke Suriah dikirim tentara di bawah pimpinan tiga panglima, yaitu Amr bin al-Ash, Yazid bin Abi Sufyan, dan Syurahbil ibn Hasan. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid bin Walid kemudian diperintahkan meninggalkan Iraq menuju ke Suriah. Semua pasukan yang dikirim ke luar berhasil membawa kemenangan dengan gemilang.
Keberhasilan demi keberhasilan ini, tidak lepas dari kekuatan dan dukungan penuh Abu Bakar yang selalu membakar gelora jihad pasukan Islam. Dalam potongan salah satu isi surat Abu Bakar berbunyi ”... Berperanglah kalian –Semoga Allah merahmati kalian- di jalan Allah baik dalam keadaan ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu dijalan Allah.”

4.Pengumpulan (Kodifikasi) al Qur’an
Peperangan yang sering terjadi di tahun pertama pemerintahan Abu Bakar telah menghantarkan kepada syahidnya para Qurra’ atau penghafal al Qur’an. Umar yang cerdas kemudian mengajukan usul kepada Khalifah untuk mengumpulkan al Qur’an. Awalnya Abu Bakar menentang ide ini dengan mengatakan ”Bagaimana mungkin aku melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah?”. Kemudian Umar menjelaskan alasan-alasannya, yang hingga akhirnya Abu Bakar sepakat untuk melakukan kodifikasi Al Qur’an. Pelaksana dari pengumpulan al Al Qur’an ini dilakukan oleh Zaid bin Tsabit. Dan hasil dari Mushaf yang dikumpulkan ini di bawa oleh Abu Bakar hingga beliau wafat, kemudian di bawa Umar hingga wafat, dan terakhir berada ditangan Hafsah.

5.Membangun Baitul Mal
Abu Bakar adalah orang pertama yang membangun Baitul Mal. Ibnu Sa’ad meriwayatkan dari Sahl bin Abi Khaitsamah dan yang lainnya, bahwa di sebuah tempat yaang tidak dijaga siapapun dikatakan kepadanya: Apakah tidak engkau tempatkan seseorang untuk menjaganya? Dia berkata, ”Bukankah telah ada gemboknya?” Dia itu membagikan apa yang ada di Baitul Mal itu hingga kosong. Tatkala ia pindah ke Madinah, dia memindahkan Baitul Mal kerumahnya. Harta kaum muslimin disimpan di Baitul Mal itu. Dan dia mendistribusikannya kepada kaum fakir miskin dengan pembagian yang rata. Dia membeli unta, kuda dan senjata dari Baitul Mal untuk kepentingan di jalan Allah...”
Jalal al Ansari mengatakan bahwa semua pendapatan negara dikumpulkan di dalam Baitul Mal, kemudian di gunakan untuk mendanai berbagai pos pengeluaran negara. Setiap alokasi dana dari Baitul Mal diputuskan berdasarkan pertimbangan Khalifah. Dan demikianlah khalifah Abu Bakar mengelola Baitul Mal yang ia bangun.

D.Kesuksesan Yang Diraih Khalifah Abu Bakar ash Shiddiq
Ada banyak sukses yang telah diraih oleh Abu Bakar, baik sesbelum maupun sesudah menjadi Khalifah. Adapun kesuksesan yang di raih Abu Bakar selama masa Kekhilafahannya diantaranya adalah:
1.Khalifah Abu Bakar sukses melaksanakan keinginan nabi untuk mengirimkan ekspedisi ke wilayah syam yang dipimpin oleh Usamah. Dan pasukan ini kembali dengan kemenangan.
2.Khalifah Abu Bakar sukses memperluas wilayah Khilafah Islam hingga ke luar wilayah Arabia.
3.Khalifah Abu Bakar sukses menumpas kaum riddah hingga hal ini memulihkan wibawa dan kekuasaan Islam
4.Khalifah Abu Bakar sukses dalam mengatasi orang-orang yang tidak bersedia membayar zakat. Belaiu memberikan serangan yang gencar sehingga banyak diantara mereka yang kembali kepada ajaran Islam yang benar. Dengan demikian Islam dapat diselamatkan.

E.Wasiat Abu Bakar dan Menjadikan Umar Sebagai Khalifah
Sebelum ajal datang, Khalifah Abu Bakar mengalami sakit. Ada beberapa versi penyebab sakitnya Abu Bakar. Ada riwayat yang mengatakan karena di racun, ada juga yang mengatakan karena kesedihannya sehingga badanya kurus dan sampai akhirnya meninggal. Lepas dari perbedaan itu, Khalifah Abu Bakar sebelum wafatnya memanggil Utsman untuk menuliskan suatu wasiat yang sebelumnya Abu Bakar telah berdialog dengan Abdurahman bin Auf, Ustman sendiri, dan juga Sa’id bin Zaid dan beberapa orang lainnya dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Setelah merasa mantap baru kemudian memanggil Utsman dan meminta dia untuk menuliskan wasianya.
Abu Bakar berkata pada Ustman ”Tulislah Bismillāhirrahmānirrahīm, inilah apa yang diwasiatkan Abu Bakar bin Abu Qafahah di akhir hidupnya di dunia saat akan keluar darinya, dan awal hidupnya di ambang akhirat. Dimana orang-orang kafir telah beriman, orang yang durhaka telah yakin, dan orang yang menyatakan dusta telah membenarkan (agama Islam). Sesungguhnya saya telah menetapkan Umar sebagai Khalifah atas kalian setelah saya meninggal. Maka dengar dan taatilah ia. Saya telah melakukan yang terbaik untuk Allah, Rasul dan agamanya dan kepada kalian dan serta saya sendiri. Maka jika dia berlaku adil, itulah yang saya harapkan dan yang saya ketahui tentang dirinya. Namun jika dia berubah, maka setiap orang akan menanggung apa yang dia lakukan. Sedangkan saya menginginkan hal yang baik, namun saya tidak tahu hal yang ghaib. Dan orang-orang yang melakukan kedhaliman akan tahu kemana mereka akan dekembalikan. Wassalamu’alaikum Warahmatulli Wabarakatuh.”
Kemudian Ustman melaksanakan wasiat Khalifah untuk menuliskannya, kemudian dia memberi stempel pada wasiat itu dan setelah itu para sahabat sepakat dengan putusan Abu Bakar untuk mengangkat Umar sebagai Khalifah setelah Abu Bakar wafat. Abu Bakar sebagaimana diriwayatkan Hakim dari Ibnu Hiban, beliau telah menjabat sebagai Khalifah selama 2 tahun 7 bulan. Beliau wafat pada malam selasa tanggal 22 Jumadil Akhir tahun 13 H dalam usianya 63 tahun.
F.Abu Bakar Wafat
Saat Abu Bakar sedang menghadapi kematian dan napasnya yang telah sampai di dada Aisyah menjenguk beliau. Kemudian Abu Bakar berpesan kepada putrinya tersebut, ”Semenjak menjadi Khalifah kaum muslimin, kami tidak pernah memakan satu dinar dan satu dirham pun yang merupakan milik mereka. Di dalam perut kami hanya ada sisa pengayakan dari gandum mereka. Tubuh kami hanya mengenakan kain yang lebih kasar dari pada mereka. Kami tidak memiliki harta, baik sedikit maupun banyak, yang menjadi miliki kaum muslimin kecuali budak Habsyi yang ini, unta tua ini, dan kain selimut usang yang ini. Jika aku meninggal berikanlah barang-barang ini kepada Umar dan mintalah kebebasanku dari hak-hak mereka.”
Kemudian Aisyahpun melaksanakan pesan Ayahnya. Subhanallah sungguh mulia Abu Bakar. Kemudian Abu Bakar melanjutkan pesannya kepada Aisyah, ”Periksalah kedua helai sprei ini. Jika aku meninggal cucilah keduanya dan kafanilah aku dengan keduanya. Sesungguhnya orang yang hidup lebih memerlukan kain baru daripada mayat.” Wafatlah Abu Bakar, semoga Allah merahmatinya dan meridhoinya. Pada hari selasa, 8 Jumadil Akhir tahun 13 H. Ada yang menyebut meninggalnya Abu Bakar pada tanggal 23 Jumadil Akhir tahun 13 H. Masa kekhilafahan beliau adalah sekitar 2 tahun.

G.Hikmah
Dari penjelasan yang telah terurai di atas, dapat disimpulkan sesungguhnya Abu Bakar adalah khalifah yang penuh dengan keteladanan. Karakter kepemimpinannya yang tegas, adil, bijaksana, sederhana, hati-hati, rendah hati menjadi catatan khusus bagi Beliau. Beliau tidak mengutamakan keluarga dalam urusan dunia, tapi beliau mengutamakan kepentingan umat.
Jihad yang selalu digelorakan oleh Abu Bakar adalah sebagai bukti akan ketaatannya pada perintah Allah swt. Pasukan dikirim dalam rangka menyebarkan agama Allah SWT, untuk menyampaikan kabar gembira akan agama baru ini dan agar kalimat Allahlah yang tinggi. Peperangan yang dilakukan juga bukan perang membabi buta yang membunuh semua makhluk. Tapi perang yang amat mulia yang tetap melindungi kaum anak, wanita, pohon dan juga binatang. Jihad dengan nama Allah dan untuk menegakkan agama Allah swt.
Sejak Rasulullah di madinah hingga wasiat Abu Bakar untuk mengangkat Umar sebagai Khalifah menunjukkan bahwa wajibnya bagi kaum muslimin untuk memiliki Khalifah dan hidup dibawah naungan kekhilafahan Islam. Dan hal ini telah disepakati oleh Jumhur Ulama. Semua penganut mazhab Ahlusunnah, Murji’ah, dan Khawarij sepakat tentang kewajiban mendirikan imamah dan wajib untuk mematuhi imam yang adil.
Rasulullah saw bersabda:
“Di tengah-tengah kalian terdapat masa kenabian yang berlangsung selama Allah menghendakinya. Lalu dia mengangkat masa itu ketika Dia berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian akan ada masa Kekhilafahan yang mengikuti manhaj Kenabian yang berlangsung selama Allah menghendakinya. Lalu Allah mengangkat masa itu saat Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada masa kekuasan yang zalim yang berlangsung selama Allah menghendakinya. Lalu Dia mengangkat masa itu ketika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada masa kekuasaan diktator yang menyengsarakan, yang berlangsung selama Allah menghendakinya. Lalu Dia mengangkat masa itu ketika Dia berkehendak mengangkatnya. Selanjutnya akan muncul kembali masa Kekhilafahan yang mengikuti manhaj kenabian.” Setelah itu Beliau diam. (HR. Ahmad).

DAFTAR RUJUKAN

al-Ansari, Jalal, Mengenal Sistem Islam dari A Sampai Z, ter. Abu Faiz, Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2004.

Ansori, Imam, Diktat Sejarah Peradaban Islam, Tidak di Terbitkan, Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2006.

al-Kandahlawi, Muhammad Yusuf, Kisah-Kisah Sahabat Nabi saw Dalam Berjihad, ter. Abu Fuad, Bogor: Pusataka Thariqul Izzah, 2005.

al-Kandahlawi, Muhammad Yusuf, Hayatu Sahabat, terj. Saiful Mujahidin Hamzah, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2004
Munawir, Imam, Mengenal Pribadi 30 Pendekar dan Pemikir Islam Dari Masa ke Masa, Surabaya: Bina Ilmu, 1985
Nurdin, Muhamad, Tokoh-Tokoh Besar Islam, Yogyakarta: ad-Dawa’, 2005.

Qol’ahji, Muhammad Rawwas, Sirah Nabawiyah Sisi Politis Perjuangan Rasulullah saw, ter. Tim al-Izzah, Bogor: al Azhar Press, 2006.

Al Qur’an dan Terjemahanya, Madinah al Munawarah: Mujamma’ al Malik Fahd Lithiba’at al Mushhaf asy Syarif, 1427 H.

Su’ud, Abu, Islamologi Sejarah, Ajaran dan Peranannya Dalam Peradaban Umat Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 2003.

As-Suyuthi, Imam, Tarikh Khulafa’ Sejarah Penguasa Islam, ter. Samson Rahman, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2009.

Thohir, Ajid, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-Akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.

Umairah, Abdurrahman, Rijaalun wa Nisaa’un Anzalallahu fiihim Qur’aana, terj. M. Syihabuddin, Jakarta: Gema Insani Press, 2002

Zahrah, Imam Muhammad Abu, Aliran Politik dan Aqidah Dalam Islam, Jakarta: Logos Publishing House, 1996.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dipun Waos Piantun Kathah