Bila dakwah diibaratkan sebagai komoditi perdagangan memang akan ada istilah laku dan tidak laku., untung dan rugi. Laris manis dan sepi. Tapi perdagangan dakwah tidak sama dengan berdagang baju atau sembako. Jualan Islam tidak selalu seirama dengan logika matematika.
Banyak hal aneh dalam jualan syariah. Pertama, barang yang kita jual adalah syariah (hukum-hukum Allah). Siapa Allah swt, tentunya kita semua tahu, Dia adalah Sang creator –pencipta- manusia. Maka secara logika pasti lah aturan-aturan dari Allah swt pas dan tepat bila diterapkan bagi manusia. Sehingga harusnya manusia pada kesensem untuk di atur dengan syariah.. Tapi apa kenyataanya? Reaksi mereka malah macem-macem. Ada yang dengan berat atau ringan menyatakan belum mau diatur dengan syariah Allah swt. Malah ada yang ogah-ogahan dengan seribu dalil yang kurang jelas.
Kedua, menerapkan syariah Allah swt akan menuai pahala dan rahmat di dunia. Sudah menjadi rumus bahwa setiap orang beriman yang menjalankan ketaatannya pada Allah swt pasti panen pahala. Apalagi menerapkan syariah secara total – dalam naungan khilafah- pasti pahalanya gedhe banget. Akan banyak orang yang awalnya tidak taat pada Allah swt, dengan adanya aturan syariah maka akan terbantu tuk menjadi muslim yang taat. Nah melihat hal ini, secara nalar harusnya para mukmin mukminat bersegera menerima seruan para penjual syariah –para pengemban dakwah- yang mengajak pada penerapan syariah Islam. Tapi kenyataan meraka masih juga belum merasa butuh dengan pahala itu. Anehkan?, padahal pahala adalah modal mengapai ridho dan syurganya Allah swt.
Ketiga, menjadi sales dakwah memang bukan hal yang ringan, apalagi dengan seretnya pola pikir orang-orang yang didakwahi. Syariah yang penuh berkah banyak ditentang oleh mereka. Bahkan kadang sales dakwah dikatakan sebagai orang yang akan menghancurkan Negara. Tak cukup itu, pengucilan dan sikap-sikap tak baik sering mengenai diri penjual syariah. Bila pakai ilmu nalar orang-orang kapitalis maka lebih baik keluar dari sales dakwah dan jalankan peran lainnya yang menguntungkan secara materi. Tapi tidak demikian cara berfikir sales dakwah. Mereka berfikir keluar dari nalar orang kapitalis. Meraka lebih memilih ridho dan kebahagian di akhirat dari pada kenikmatan semu di dunia. Meski perjuangan membela agama Allah tidak mulus tapi semangat terus membara.
Karena bagi sales dakwah cukuplah janji Allah swt berikut “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar”(QS. At Taubah:111).. Wallahua’lam.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Dipun Waos Piantun Kathah
-
Kamu, Pasti punya orang tua Ada bapak, ada ibu Senang pastinya kamu, memiliki kedua orang tua Tenang hidup bersama mereka Semua kebutuhan ...
-
Terhitung dari hari ini, Indonesia dipimpin oleh presiden dan wakil presiden baru. Pak Prabowo dan Pak Gibran. Baarakallaahu fiikum. Sebaga...
-
Presiden Jokowi menandatangani PP No 28 Tahun 2024 tentang kesehatan. Pada pasal 103 ayat 1 disebut upaya kesehatan sistem reproduksi anak s...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar