BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) adalah salah satu lembaga pendidikan yang dimiliki oleh umat Islam di negeri ini. Namun Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yang sekarang berjumlah 14 mungkin bukan merupakan bentuk kelembagaan yang final dalam perkembangan kelembagaan Perguruan Tinggi Islam di Indonesia. Seperti tercatat dalam sejarah, nama Perguruan Tinggi Islam (PTI) di Indonesia terus berubah sebagai upaya meresponi perkembangan masyarakat.
Sejarahpun mencatat bahwa sejak kedatangan Islam di Indonesia proses edukasi yang diberikan oleh pembawa agama Islam langsung dituangkan dalam bentuk riel. Yaitu dalam bentuk pondok pesantren dan madrasah. Keberadaan kolonial Belanda dan Jepang ternyata bukan penghalang bagi umat Islam tanah air untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. Sehingga pemikiran para praktisi pendidikan Islam terus mengalami perkembangan hingga muncul gagasan untuk mendirikan perguruan tinggi Islam. Apalagi Belanda pada masa itu juga sudah mendirikan perguruan tinggi umum.
Dengan demikian ketika perguruan tinggi Islam itu berdiri menjadi salah satu kebanggaan bagi umat Islam. Dan dengan semakin banyaknya perguruan tinggi Islam menunjukkan eksistensi Islam di negeri ini. Hingga saat ini Perguruan tinggi Islam telah berlokasi mulai dari ibu kota Negara (Jakarta) hingga di wilayah kecamatan yang tersebar di berbagai penjuru Jawa khususnya dan pulau lainnya. Bahkan ada yang satu kecamatan terdapat dua perguruan tinggi Islam seperti yag terjadi di kecamatan Pacitan dan Lamongan.[1]
1 |
Dan sejak berdirinya sampai sekarang perguruan tinggi Islam telah meluluskan banyak mahasiswa yang diantara mereka tidak sedikit yang berkiprah di panggung nasional. Ragam produk keluaran dari perguruan tinggi Islam juga heterogen. Tapi yang jelas perguruan tinggi Islam memiliki andil dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Satu misi sederhana dalam kata namun berat dalam kenyataannya yang teremban dalam perjalanan sejarah ini adalah mewujudkan kata-kata Bung Hatta dalam pidato peresmian Universitas Islam Indonesia kala itu “...di Sekolah Tinggi Islam ini akan bertemu agama (religion) dengan ilmu (science) dalam kerjasama yang baik untuk membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat..”.
Berdasarkan data tahun 2010 Perguruan Tinggi Islam Negeri yang berupa Universitas Islam Negeri ada 6. Yang berupa Institiut Agama Islam Negeri ada 14 kampus. Sedangkan yang berupa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri ada 32. Angka yang tidak sedikit. Jumlah ini belum lagi ditambah Perguruan Tinggi Islam Swasta yang jumlahnya mencapai puluhan yang telah tersebar di seluruh wilayah Indoesia.
Dari data diatas maka perguruan tinggi Islam telah mengalami perkembangan jumlah, nama dan juga kurikulum yang diajarkan di perguruan tinggi Islam. Bahkan bisa dikatakan bahwa lembaga pendidikan tinggi Islam negeri memasuki fase baru yaitu suatu keadaan ruang lingkup program akademis yang dilaknsakan dalam bentuk institute sudah tidak sesuai lagi dan perlu dikembangkan kepada ruang lingkup program akademis yang lebih luas dalam bentuk universitas.[2]
Dari sini maka penting kiranya bagi mahasiswa yang menempuh program studi pendidikan Islam untuk mengetahui bagaimana sejarah berdirinya IAIN hingga bisa berkembang dan terus eksis di negeri ini. Dan untuk itulah makalah ini kami buat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah proses berdirinya IAIN?
2. Apasajakah nama-nama perguruan tinggi Islam yang ada di Indonesia saat ini?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui sejarah proses berdirinya IAIN
2. Untuk mengetahui nama-nama perguruan tinggi Islam yang ada di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Proses Berdirinya IAIN
Institut Agama Islam Negeri bukanlah lembaga pendidikan tinggi Islam yang pertama kali muncul. Ada perjalanan sejarah yang dilalaui oleh lembaga pendidikan tinggi Islam sebelum sampai pada nama Institut Agama Islam Negeri. Berikut akan kami paparkan bagaimana runtutan proses beridirinya Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
1. Sekolah Tinggi Islam (STI)
Dimasa kolonial Belanda sekolah-sekolah Islam sudah berdiri. Seperti, madrasah dan pondok pesantren. Perhatian umat Islam pada pendidikan Islam menjadi semakin kuat ketika sadar bahwa penjajah datang tidak hanya untuk merampok kekayaan bumi Indonesia akan tetapi juga mengemban misi gospel. Inilah salah satu sebab yang meningkatkan hasrat umat Islam kala itu untuk tidak berhenti pada pendidikan Islam yang terbatas pada pesantren dan madrasah. Akan tetapi harus berlanjut pada Perguruan Tinggi Islam (PTI). Ide atau gagasan tentang perguruan tinggi Islam ini berkembang sekitar tahun 1930-an.
Di kepulauan Jawa, sebagaimana yang ditulis oleh Muhammad Natsir bahwa Dr Satiman telah menulis artikel dalam PM (Pedoman Masyarakat) nomor 15 mengetengahkan cita-cita beliau yang mulia untuk mendirikan sekolah tinggi Islam yang terpusat di tiga tempat, yaitu Jakarta, Solo dan Surabaya. Di Jakarta di dirikan sekolah tinggi sebagai bagian atas Sekolah Menengah Muhammadiyah yang bersifat Westerch (kebaratan). Di solo akan dibangun sekolah tinggi untuk mendidik mubalighin. Dan di Surabaya akan diadakan sekolah tinggi yang menerima orang-orang pesantren.[3]
3 |
Dalam kesempatan lain, tepatnya di kongres II MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) yang diadakan di solo pada tanggal 2-7 Mei 1939 yang dihadiri oleh 25 organisasi Islam. Hasil kongres mendukung pendirian perguruan tinggi Islam. Maka setelah kongres selesai didirikanlah perguruan tinggi Islam di Solo yang dimulai dari tingkat menengah dengan nama IMS (Islamishe Midilbare School). Namun sayang, kembali negera penyemban Matahari alias Jepang menutup lembaga pendidikan ini pada tahun 1941 dengan alasan pecah Perang Dunia II.
Selain adanya semangat gospel yang dibawa oleh koloniah Belanda, keberadaan perguruan tinggi buatan Belanda yang lebih dulu berdiri dan syarat dengan diskriminasi juga menjadi factor pemicu tumbuhnya semangat dikalangan umat Islam untuk mendirikan perguruan tinggi Islam. Sekolah-sekolah tinggi buatan Belanda seperti, Sekolah tinggi teknik didirikan tahun 1920 di Bandung, Sekolah tinggi hukum didirikan tahun 1920 di Jakarta dan sekolah tinggi kedokteran berdiri tahun 1927 di Jakarta. Dan sudah dapat dipastikan bahwa sekolah-sekolah tinggi itu hanya bagi masyarakat elite Indonesia.
Walaupun pada umumnya kesempatan belajar bertambah luas bagi anak Indonesia, anak Belanda selalu jauh lebih maju bahkan jurang antara pendidikan kedua bangsa itu bertambah besar. Bagi anak Belanda jalan ke perguruan tinggi telah terbuka sejak tahun 1860, lebih dari setengah abad sebelum dibuka lembaga pendidikan tinggi pertama di Indonesia.[7]
Muhammad Natsir sebagai salah satu founding father STI menyampaikan pendapatnya bahwa pendidikan pondok pesantren dan madrasah memang dapat menghasilkan orang yang beriman dan berperilaku baik, tetapi acuh terhadap perkembangan dunia. Maka pada bulan Juni 1938 M. Natsir menulis artikel berjudul Sekolah Tinggi Islam (STI). Dalam tulisan tersebut Natsir menuliskan betapa pentingnya STI untuk menghasilkan kelompok intelektual yang memiliki basis pengetahuan Islam dan kebudayaan yang kuat sebagai alternative pendidikan ala Barat.[8]
Maka Masyumi (Majelis Syura Muslim Indoensia) yang merupakan gabungan dari organisasi-organisasi Islam mempelopori mendirikan perguruan tinggi Islam. Untuk itu pada bulan April 1945 mengadakan rapat dengan sejumlah tokoh besar diantaranya:
1. PBNU dihadiri oleh KH Abdul Wahab, KH. Bisri Syamsuri, KH. Wahid Hasyim, KH. Masykur, dan Zainal Arifin.
2. PB Muhammadiyah di hadiri Ki Bagus Hadikusuma, KH. Farid Ma’rif KH. Mas Mansur, dan lain-lain
3. PB POI dihadiri KH A.Halim dan H.Mansur
4. PB PUII dihadiri A Sanusi dan Sumoatmojo
5. PB Al Islam di hadiri KH. Imam Ghazali
6. Shumubu dihadri A. Kahar Muzakar, KH. A. Moh Adnan, KH. Imam Zarkasi
7. Cendekiawan intelektual dihadiri oleh Dr. Sukiman Wirdjosadojo, Muh Ruum, dan lain-lain.
Pada tahun 1945 tepatnya 8 Juli 1945 dengan bantuan pemerintah pendudukan Jepang disaat peringtan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw di dirikan Sekolah Tinggi Islam di Jakarta. Tujuan dari pendidikan lembaga pendidikan tinggi ini pada mulanya adalah untuk mengeluarkan alim ulama yang intelek yaitu yang mereka mempelajari ilmu pengetahuan agama Islam secara luas dan mendalam, serta mempunyai pengetahuan umum yang perlu dalam masyarakat modern sekarang.[9]
Sidang memutuskan untuk membentuk panitia perencana Sekolah Tinggi Islam (STI) yang dipimpin oleh Mohammad Hatta dan sekretarisnya Muhammad Natsir. Akhirnya atas bantuan Jepang STI di buka secara resmi pada tanggal 27 Rajab 1364 H bertepatan dengan tanggal 8 Juli 1945. Sedangkan menurut sumber lain STI terwujud pada 8 Juli 1946 di bawah pumpinan Prof. Abdul Kahar Muzakar. Peresmiannya di selenggarakan di gedung kantor Imigrasi Pusat Gondangdia Jakarta. Adapun Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum Ushuludin Universitas al Azhar Kairo.
2. Universitas Islam Indonesia (UII)
Pada masa revolusi, STI ikut Pemerintah Pusat Republik Indonesia hijrah ke Yogyakarta dan pada tanggal 10 April 1946 dapat dibuka kembali di kota itu. Pada November 1947 dibentuk Panitia Perbaikan STI. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan efektivitas serta keluasan jangkauan STI. Hasil sidang sepakat untuk mendirikan Universitas Islam Indonesia (UII) pada 10 Maret 1948 dengan empat fakultas: Agama, Hukum, Ekonomi, dan Pendidikan. Pada 20 Februari 1951 Perguruan Tinggi Islam Indonesia (PTII), yang berdiri di Surakarta pada 22 Januari 1950, bergabung dengan UII yang berkedudukan di Yogyakarta.
3. Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN)
Wujud penghargaan kepada Yogyakarta sebagai pusat pemerintahahn dan perjuangan adalah dengan menetapkan Yogyakarta sebagai kota universitas.[10] Dalam referensi lain disebutkan sebagai wujud penghargaan pemerintah untuk Yogyakarta sebagai Kota Revolusi, kepada golongan nasionalis diberikan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1949 tanggal 16 Desember 1949.
Ini bermula dengan pendirian Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada pada 17 Pebruari 1946 yang kegiatannya tertunda karena Belanda menduduki Yogyakarta pada 19 Desember 1948. Setelah persetujuan Roem Royen ditanda tangani pada 7 Mei 1949 muncul keinginan untuk segera menyelenggarakan kembali pendidikan tinggi nasional. Pada awalnya keinginan itu berhimpitan dengan rencana perbaikan Perguruan Tinggi federal sesuai dengan bentuk negara yang diusulkan Belanda ketika itu, tetapi para republikan tetap menginginkan Republik Indonesia memiliki Perguruan Tinggi sendiri di Yogyakarta.
Atas bantuan Sultan Hamengkubuwono IX, beberapa bangunan milik kraton Yogyakarta digunakan untuk kegiatan Perguruan Tinggi dan sejak 7 Desember 1949 semua lembaga pendidikan tinggi negeri yang berada di Yogyakarta digabungkan di bawah satu atap dalam naungan Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang kemudian dikukuhkan dengan PP No. 23 tanggal 16 Desember 1949 tersebut dan sejak 14 Desember 1949 Pemerintah RI secara resmi mulai menyelenggarakan Perguruan Tinggi Negeri yang dikenal dengan Universitas Gadjah Mada. Kemudian pada 1954 kata "universiteit" diganti dengan kata "universitas" dan kata "negeri" dihilangkan sehingga menjadi Universitas Gadjah Mada.
Sementara itu, dalam perkembangan selanjutnya kepada golongan Islam diberikan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN), yang diambil dari Fakultas Agama UII berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 1950. Peresmian PTAIN dengan jurusan Da'wah (kelak Ushuluddin), Qodlo (kelak menjadi Syari'ah) dan Pendidikan (Tarbiyah) menjadi Perguruan Tinggi Negeri dilakukan pada 26 September 1951. Lama belajar di PTAIN adalah 4 tahun.
Sementara itu untuk menjalakan tugas Departemen agama yatu menyiapkan guru-guru agama di sekolah-sekolah maka enam tahun kemudian di Jakarta, didirikan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) pada 14 Agustus 1957 berdasarkan Penetapan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1957. Lama belajar di ADIA adalah 5 tahun yang dibagi kepada dua tingkatan. Pertama tingkat semi akademik lama belajar 3 tahun, sedangkan akademik lama belajar 2 tahun. Masing-masing tingkat terdiri dari dua jurusan yakni jurusan pendidikan agama dan jurusan sastra arab.[11]
Akademi Dinas Ilmu Agama ini pada intinya dimaksudkan guna mendidik dan mempersiapkan pegawai negeri akan mencapai ijazah pendidikan semi akademi (menjadi guru agama bahasa araba) dan akademi untuk dijadikan ahli didik Agama pada sekolah-sekolah lanjutan (umum/kejuruan/Agama). Sedangkan Akademi Dinas Ilmu Agama Terbuka diberikan hanya kepada pegawai negeri saja. Sehingga setiap tahun atas usul kepada Jawatan Pendidikan Agama ditunjuk oleh Menteri Agama sejumlah pegawai negeri supaya mengikuti tugas belajar pada akademi itu.
4. Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Setelah PTAIN Yogyakarta berjalan sekitar 9 tahun, maka lembaga ini merasakan ketidakmampuannya menampung keluasan cakupan ilmu-ilmu keislaman kalau hanya berada di bawah satu payung fakultas saja. Disisi lain, efek dari Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang menyatakan kembali kepada UUD 1945 memberikan semangat tersendiri bagi civitas akademika Islam. Maka pada (Dies Natalis) ke IX PTAIN yakini 26 September 1959 berdasarakan Ketetapan Menteri Agama nomor 41 tahun 1959 dibentuklah suatu kepanitian dengan nama “Panitia Perbaikan Perguruan Tinggi Islam Negeri yang diketuai oleh Prof. Mr. RHA. Soenarjo.
Dan setelah mengadakan sidang berkali-kali maka disepakatilah bahwa PTAIN yang berkedudukan di Yogyakarta dan ADIA di Jakarta digabungkan menjadi satu dengan nama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) "Al-Jami'ah al-Islamiah al-Hukumiyah". Dan keputusan panitia tersebut disetujui oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 1960 tentang pembentukan Institut Agama Islam Negeri yang mulai berlaku pada tanggal 9 Mei 1960. Dan IAIN ini akhirnya diresmikan pada 24 Agustus 1960 di Yogyakarta oleh Menteri Agama, K. H. Wahib Wahab.
Dan bedasarkan pada Ketetapan menteri Agama no 43 tahun 1960 jo Peraturan Menteri Agaman Nomor 15 tahun 1961 dikemukan bahwa, IAIN al Jamiah terdiri dari 4 fakultas dan 19 jurusan yaitu:
a. Fakultas Ushuluddin, dengan jurusan:
1. Dakwah
2. Tasawuf
3. Filsafat
4. Perbandingan Agama
b. Fakultas Syariah
1. Tafsir/ Hadis
2. Fiqih
3. Qadha
c. Fakultas Tarbiyah
1. Pendidikan Agama
2. Paedagogis
3. Bahasa Indoensua
4. Bahasa Arab
5. Bahasan Inggris
6. Khusus (iman tentara)
7. Etnologi dan Sosiologi
8. Hukum dan Ekonomi
d. Fakultas Adab
1. Sastra Arab
2. Sastra Weda
3. Sastra Persia
4. Sejarah/ Kebudayaan Islam
Adapun pendidikan teologi tertinggi, pada tingkat universitas diberikan sejak tahun 1965 pada IAIN. IAIN ini dimulai dengan dengan dua bagian atau dua fakultas di Yogyakarta dan dua fakultas di Jakarta.[12]
Perkembangan IAIN yang pesat dengan bermunculannya fakultas-fakultas cabang di berbagai pelosok tanah air menyebabkan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 1963, yang memungkinkan didirikannya suatu IAIN yang terpisah dari pusat. Sudah barang tentu, berdasarkan pertimbangan historis, Jakartalah yang pertama mendapatkan kesempatan untuk memiliki IAIN baru ini. Dengan demikian, IAIN Jakarta adalah IAIN kedua yang berdiri setelah IAIN Yogyakarta. Kini, IAIN sudah berjumlah 14 kampus dengan dibukanya IAIN terakhir di Sumatra Utara pada 1973 oleh Menteri Agama waktu itu, Prof. Dr. H. A. Mukti Ali.
Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 26 Tahun 1965, maka terhitung sejak 1 Juli 1965 IAIN "Al-Jami'ah" di Yogyakarta diberi nama IAIN Sunan Kalijaga, nama salah seorang tokoh terkenal penyebar agama Islam di Indonesia. Kini hampir 60 tahun sudah usia IAIN Sunan Kalijaga, dihitung sejak diresmikannya PTAIN pada 26 September 1951. Penetapan tanggal ini dikuatkan dengan Keputusan Menteri Agama Nomor 100 Tahun 1982 dan Keputusan Menteri Agama No. 399 Tahun 1993 tentang Status IAIN Sunan Kalijaga. IAIN-IAIN lain juga diberi tambahan nama seperti Syarif Hidayatullah untuk IAIN Jakarta, Walisongo untuk Semarang, Sunan Gunung Jati, Bandung dan sebagainya.
Demikianlah perjalanan perguruan tinggi Islam hingga menjadi IAIN. Dan dalam perkembangannya beberapa IAIN sudah berubah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN). Hingga tahun 2011 jumlah UIN ada 6 kampus, IAIN masih tetap 14 kampus, STAIN 32 kampus dan semuanya tersebar di seluruh Indonesia.
B. Daftar Nama-Nama Perguruan Tinggi Islam di Indonesia
Hingga saat ini, jumlah perguruan tinggi Islam diseluruh Indonesia sangat banyak. Ada yang berbentuk Sekolah Tinggi Islam Tarbiyah (STIT), Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), Institut Agama Islam Negeri (IAIN), dan juga UIN (Universitas Islam Negeri). Berikut ini akan kami paparkan daftar nama-nama perguruan tinggi Islam baik negeri maupun swasta.
1. Perguruan Tinggi Islam Negeri
No | Nama Lembaga | Alamat |
1 | UIN Alaudin Makassar | Jl.Sultan Alauddin No.36 Makassar SulSel 90221 |
2 | UIN Malang | Jl.Gajayana No,50 Malang Jawa Timur 65144 |
3 | UIN Sulthan Syarif Kasim Riau Pekanbaru | Jl.KH.Ahmad Dahlan No.94 Po.Box 1004 Pekanbaru 28124 |
4 | UIN Sunan Gunung Djati Bandung | Jl.Raya Cipadung No.105 Ujung Berung Bandung 40614 |
5 | UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Jl.Marsda Adi Sucipto Yogyakarta 55281 |
6 | UIN Syarif Hidayatullah Jakarta | Jl.Ir.H.Juanda No.95 Ciputat 15412 JAKSEL |
1 | IAIN Antasari Banjarmasin | Jl.A.Yani Km.4,5 Banjarmasin KALSEL 70234 |
2 | IAIN Ar-Raniry Banda Aceh | Jl.Nurudin Ar-Raniry Kopilima Darussalam.B.Aceh 23111 |
3 | IAIN Sultan Amal Gorontalo | Jl.Glatik No.1 Gorontalo |
4 | IAIN Imam Bonjol Padang | Jl.Jend.Sudirman No.15 Sumbar 25151 |
5 | IAIN Mataram | Jl.Pendidikan Mataram No.35 Lombok NTB 83125 |
6 | IAIN Raden Fatah Palembang | Jl.Jend.Sudirman Km.31/2 Kotakpos 54 Palembang 30126 |
7 | IAIN Raden Intan Bandar Lampung | Jl.Letkol Hendro Suratmin Sukarame I Bandar Lampung 35131 |
8 | IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Serang | Jl.Jend.Sudirman No.30 Serang Banten 42118 |
9 | IAIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi | Jl.Arif Rahman Hakim Telanaipura, Jambi |
10 | IAIN Sumatera Utara Medan | Jl.Willieem Iskandar Pasar V Medan Estate 20731 SUMUT |
11 | IAIN Sunan Ampel Surabaya | Jl.Jend.A.Yani No.117 Tromol Pos 4/WO Surabaya 60237 |
12 | IAIN Walisongo Semarang | Jl.Jl.Walisongo No.3-4 Semarang 50185 JATENG |
13 | IAIN Ambon | Jl.Dr.H. Tarmizi TaherKebun Cengkih, Batu Merah Atas - Ambon 97582 |
14 | IAIN Cirebon | Jl.Perjuangan By Pass Cirebon 45121 Jawa Barat |
1 | STAIN Syekh Abdurrahman Siddiq Bangka Blitung | Jl.Raya Petaling Km.13 Kec.Mendobarat,Kab.Bangka 33171 Babel |
2 | STAIN Al-Fatah Jayapura | Jl.Gerilyawan No.126 Komp.Masjid AsShol Adepura Jayapura 99351 |
3 | STAIN Batusangkar | Jl.Kubur Raya Lima Kaum Batusangkar SUMBAR |
4 | STAIN Bengkulu | Jl.Pagar Dewa Air Sebakul Bengkulu 38613 |
5 | STAIN Bukittinggi | Jl.Gaeregeh Koto Selayan Bukittinggi 25153 SUMBAR |
6 | STAIN Cot Kala Langsa | Jl.Meurandeh Kec.Langsa Timur,Kota Langsa Nagro Aceh Darussalam |
7 | STAIN Curup | Jl.A.K. Gani Kotakpos 108 Curup Bengkulu 39119 |
8 | STAIN Datokrama Palu | Jl.Dipenegoro No.23 Palu Sulawesi Tengah |
9 | STAIN Jember | Jl.WR.Supratman No.5 Jember Jawa Timur |
10 | STAIN Jurai Siwo Metro Lampung | Jl.Kihajardewantara 15A Metro Timur Lampung |
11 | STAIN Kediri | Jl.Sunan Ampel No.7 Ngrongo Kediri Jawa Timur |
12 | STAIN Kendari | Jl.Sultan Qalmuddin Lapolapo Kendari |
13 | STAIN Kerinci | Jl.Pelita IV/Baru Koto Lolo Sungai Penuh Kerinci 37111 |
14 | STAIN Kudus | Jl.Conge Ngembelrejo Po.Box.51 Kudus 59311 Jawa Tengah |
15 | STAIN Malikussaleh Lhokseumawe | Jl.Tgk.Chik Ditiro No.9 Lhokseumawe Aceh Utara |
16 | STAIN Manado | Jl.Camar V Perumnas Bawah Ronomuut Manado 97727 |
17 | STAIN Padangsidempuan | Jl.Ade Irma Suryani Nasution No.6 Padang Sidempuan 22726 |
18 | STAIN Palang Karaya | Jl.Obos Komp.Islamic Centre Palang Karaya 73112 NG |
19 | STAIN Palopo | Jl.Dr.Ratulangi Palopo 91921 SULSEL |
20 | STAIN Pamekasan | Jl.Raya Panglegar (Jl.Pahlawan Km.4) Pamekasan 69371 |
21 | STAIN Parepare | Jl.Bumi Harapan Pare-Pare 91132 |
22 | STAIN Pekalongan | Jl.Kusuma Bangsa No.9 Pekalongan 51113 JATENG |
23 | STAIN Ponorogo | Jln.Pramuka 156 Po.Box.116 Ponorogo JATIM |
24 | STAIN Pontianak | Jl.Letjen Suprapto Pontianak 78121 KALBAR |
25 | STAIN Purwokerto | Jl.Jend.A.Yani No.40A Purwokerto 53111 JATENG |
26 | STAIN Salatiga | Jl.Tentara Pelajar No.2 Salatiga 50713 JATENG |
27 | STAIN Samarinda | Jl.KH.Abu Hasan No.33 Samarinda KALTIM |
28 | STAIN Sorong | Jl.Basuki Rahmat No.40 Sorong (Slamet Widodo)Hp.081344135664 |
29 | STAIN Surakarta | Jl.Pendawa Pucangan Kartasura, Surakarta |
30 | STAIN Ternate | Jl.Dufa-Dufa Pantai Ternate Maluku Utara 97727 |
31 | STAIN Tulung Agung | Jl.Mayor Suyadi Timur No.46 Tulung Agung 66221 JATIM |
32 | STAIN Watampone | Jl.Hos Cokroaminoto Watampone 92732 |
2. Perguruan Tinggi Islam Swasta
a. Kategori Universitas
b. Kategori Institut
luar biasa, kita hidup dari sejarah,dengan artikel ini saya bisa menyelesaikan skripssi saya, amin. terimakasih
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusbagus , tapi sayang ada footnote tapi tidak ada referensinya.
Hapus