Islam sebagai dien sekaligus mabda’ memberikan kejelasan pedoman hidup bagi umatnya. Sebuah konsep yang pasti, dan bila diamalkan akan membawa pada keselamatan , kebaikan dunia dan akhirat. Islam, Relevan sepanjang masa..
Sebagai manusia, tentunya kita memiliki banyak aktivitas. Saking sibuknya, mungkin kita pernah mengalami suatu masa dimana kita merasa waktu sehari 24 jam terasa kurang. Example, bagi mahasiswa, bisa terjadi saat tugas kuliah sudah mendekati deadline, sedang tugas masih jauh dari rampung, pasti seakan waktu berjalan cepat. Dikejar deadline gthu.. Tentunya hal ini berbeda bagi mereka yang nganggur… waktu 24 jam terasa setahun mungkin ato bahkan lebih.. nah sebenarnya bagaimana manajemen aktivitas dalam Islam..ikuti terus tulisan ini..
Aktivitas yang dilakukan manusia pada dasarnya adalah untuk memenuhi kebutuhan dia. Baik kebutuhan pemenuhan terhadap hajatul udhawiyah (kebutuhan jasamani) maupun gharizah (naluri) dia. Pemenuhan hajatul udhawiyah menghasilkan aktivitas makan, minum, tidur, buang air kecil/besar dan lain-lain. Pemenuhan atas naluri, missal naluri seksual melahirkan interaksi laki-laki dan perempuan. Pemenuhan naluri beragama melahirkan aktivitas seperti sholat, doa, dzikir dan lain-lain.
Nah, karena aktivitas manusia ini banyak macemnya, maka membutuhkan suatu manajemen aktivitas, yang mengakibatkan aktivitas –aktivitas itu berjalan sesuai dengan tuntunan seruan asy syari’ (pembuat hokum) yang tidak lain itu adalah Allah swt. Kenapa kok harus Allah swt? Karena Allah swt lah pencipta manusia, sehingga Allah swt tahu betul bagaimana harusnya amal-amal itu dilakukan oleh seorang muslim sehingga ia memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat. Bila manajemen alias pengaturan aktivitas ini diserahkan pada manusia bisa berbahaya loh. Kenapa? Karena dalam diri manusia itu ada namanya nafsu, dan kecenderungan nafsu pada manusia ini punya potensi lebih kuat dari iman. Contoh bahayanya bila pengaturan aktivitas ini diserahkan pada manusia adalah fakta yang kita lihat saat ini. jujur kita akui bahwa system yang diterapkan di dunia saat ini adalah system buatan manusia. Di Barat diterapkan system kapitaliseme yang tegak dengan ide kebebasan (al hurriyah) nya. Selanjutnya apa yang terjadi, moral, akhlaq manusia Barat dipertanyakan. Mau memenuhi naluri seksualnya bebas, tanpa harus nikah dulu. Mau aktualisasi diri juga bebas, cawetan saja di pantai biasa, bahkan ciuman lawan jenis dimuka umum juga biasa. Nah, itu masih contoh pada pemenuhan satu nauri saja belum lainnya.. aduh...
Makanya Islam oleh Allah swt dijadikan sempurna. Semua apa yang diperbuat manusia tidak bisa lepas dari syariatNya. Ini semua untuk kemuliaan manusia itu sendiri. Masalah makanan, pakaian, akhlaq, pemerintahan, ekonomi, pidana, perdata, rumah tangga dan lain-lain semuanya ada dalam Islam. Contoh, bisa dibuka dalam QS. 7. 157, QS. Al maidah: 5, QS. 7. 31, QS. Al Furqan: 63, QS.2.282, QS. An Nisa. 59, QS. Al Mulk. 15 dan lain-lain. So, manajemen aktivitas dalam Islam secara garis besar adalah sebagai berikut:
Pertama, pikirkan baru berbuat. Setiap aktivitas yang akan kita lakukan entah untuk hajat fisik maupun naluri harus difikirkan dulu, supaya aktivitas yang kita lakukan sesuai dengan tujuan amal kita, yakni mendapatkan ridho Allah swt.. Allah swt menuntut orang-orang beriman untuk berfikir tentang segala sesuatu yang didengar, bersikap hati-hati dalam memutuskan. Hal ini bisa dilihat dalam QS.An Nisa: 78-79. Dipikirkan disini, seorang muslim hendakya mencari hokum syara’ atas amal yang akan dilakukannya. Dengan begthu kita akan mengetahui hokum perbuatan kita dan juga bagaimana melakukan perbuatan itu sendiri.
Kedua, aktivitas harus berdiri diatas iman, maka pemikiran yang mendahului perbuatan harus memancar dari aqidah Islam. Seorang muslim harus membangun konsep dalam dirinya bahwa ia melakukan aktivitas atau meninggalkan aktivitas itu adalah dalam rangka untuk mendapatkan ridho Allah swt. Sehingga ia akan melakukan aktivitas yang diperintahkan Allah dan menjauhi perbuatan yang dilarang Allah swt. Aktivitas yang dibangun atas pemikiran ini akan menghasilkan aktivitas (amal) yang ikhlas. Allah memberikan balasan yang luar biasa bagi mereka yang beriman dan beramal shaleh. Lihat QS. An Nuur: 55, Qs. Al Furqan: 70 dan lain-lain.
Ketiga, setiap apa yang diperbuat harus harus mempunyai tujuan. Jadi tidak boleh kita melakukan sesuatu sia-sia tanpa ada kejelasan maksud dan tujuannya. Sesungguhnya Allah telah menentukan nilai (qimah) yang harus diraih manusia dalam melakukan aktivitasnya. Nilai-nilai itu adalah qimah madiyah (nilai materi) yang teraih missal ketika seseorang melakukan aktifitas ekonomi. Qimah ruhiyah (nilai spiritual) yang teraih misal ketika seseorang melakukan amal ibadah kepada Allah swt. Qimah insaniyah (nilai humanistic) yang teraih misal ketika seseorang menolong saudaranya. Dan qimah akhlaqiyah (nilai moral), missal seorang pedagang, ia berdagang dengan tujuan memperoleh qimah madiyah. Namun ketika ia dalam berdagang bersikap jujur, maka dia oleh orang-orang diberi julukan orang jujur. Maka sifat jujur yang diberikan manusia ini adalah qimah moral yang didapatkan ketika ia berdagang.
Demikianlah sekelumit, manajemen aktivitas dalam Islam. Bila kita mampu menerapkan 3 hal tadi pada aktivitas kita, fa insyaAllah tiada amal sia-sia.. Wallahua’lam bi ash showab
syukron mb..
BalasHapusmb, saya mau nanya ttg kimah..
apakah selalu jika qt memenuhi naluri nau', kimahnya akhlak ataw insaniyah?
klw jima' dg istri atau suami itu, kimahnya materi atw apa mb?
syukron jawabannya...
mnt tolg dibales jg di emel saya ya, mb
di cimca.chemisgirls@google.com