Terkadang dalam hidup ini, kita
inginnya apa aja yang kita harapkan segera terkabul. Ga sabaran gthu lah bahasa
lainnya. Mungkin bisa dimaklumi karena memang dalam diri manusia ada naluri
baqa’ (naluri mempertahankan diri, naluri ingin dihargai, naluri ingin
berkuasa, dan terpuaskan segala harapan). Namun kenyataanya tidak demikian..
Ada batas kekuasaan dan kemampuan manusia. Batas kemampuan dan kekuasaan inilah
yang menjadikan manusia memang layak disebut manusia atau makhluk.
Dengan akal yang telah
dianugerahkan Allah swt, menjadikan manusia mampu mengihsas (mengindra)
kelemahan dalam dirinya dan kekuasaan yang menciptakan akal pada dirinya.
Potensi akal yang telah melekat dalam diri manusia bukanlah tanpa arti
diciptakan. Keberadaan akal inilah harusnya menjadikan manusia semakin mudah
menemukan Tuhannya. Bagaimana tidak? Dengan daya pikir ini manusia bisa
menemukan berbagai macam pengetahuan dan teknologi. Dari jaman unta jadi jaman
Toyota, Honda, Mercedes dll. Dari jaman surat
jadi jama email, fb, twitter dll, dari jaman kayu bakar jadi gas elpiji
dan seterusnya. Namun kendati demikian tetap saja manusia tidak berdaya
menghadang banjir, tsunami, badai, gempa, kecelakaan hingga kematian. Manusia
juga tetap tidak mampu menendegar dengan telingganya suara jarak 1 km. tidak
mampu melihat jarak 1 km. tetap saja manusia ada batasnya!
Namun apa yang terjadi saat ini?
Akal manusia kadang digunakan untuk mengakali (mengelabuhi) firman-firman
Rabbnya. Dengan berkedok perkembangan jaman, ayat-ayat Allah swt banyak
dilanggar. Era modern, sehingga Islam harus mengikuti perkemabangan jaman,
begthu alasan mereka. Tidak tahukah anda bahwa Islam itu selalu sesuai jaman!.
Tidak akan pernah anda temukan Islam tidak punya solusi dalam mengatasi
berbagai macam problem kehidupan. Harusnya umat Islam Percaya Diri dengan
Islam, menunjukkan idealism Islam, menunjukkan Ideologi Islam, dan membawa
mereka yang tidak sesuai Islam untuk menyesuiakan diri dengan Islam. Bukan
sebaliknya!!!
Bila barat mendefiniskan modern dengan kemajuan
teknologi, kemapanan ekonomi kapitalis, kebebasan pergaulan, demokratisasi
pemerintahan, kapitalisasi pendidikan dan lain-lainnya, harusnya umat Islam
menunjukkan modern dalam konsep Islam. Maju teknologi dan tetap berakhlaq
mulia, ekonomi Islam bukan kapitalis ribawi, pergaulan Islam bukan kebebasan,
pemerintahan Islam dalam bingkai Khilafah, pendidikan Islam yang bertujuan
membangun kepribadian Islam peserta didik. Dan semuanya itu dibangun di atas
dalil-dalil shahih dan hasil ijtihad yang shohih.
Jangan malah mengikuti barat. Barat
punya mis universe berbondong-bondong membuat mis muslim, barat ramai dengan
perayaan tahun baru masehi dengan pesta dipantai berbondong-bondong mengikuti.
Semuanya hanya untuk mengejar image “modern” ala barat. Apalah artinya ini
semua! Tidak ada gunanya wahai umat terbaik!! Modern ala barat condong pada
nafsu duniawi, materi menjadi tujuan. Kesenangan syahwat yang dipuja-puja. Dan
modern yang seperti ini hanya ilusi. Karena nikmatnya hanya sesaat. Tak mampu
menentramkan jiwa.
Kita umat Islam harus bangkit dan membangun
peradaban dengan Islam. Kita harus merekontruksi pemikiran kita, bahwa Islamlah
yang mampu membawa pada kejayaan dan ketinggian moral. Kita harus menjadikan
Islam sebagai mercusuar peradaban dunia. Kita harus menjadikan mereka (non
muslim) iri dengan Islam dan bercita-cita meniru umat Islam. Bukan kita meniru
mereka tapi mereka yang harus meniru kita. Jangan pernah kita punya prinsip
meniru barat, mengkiblat peradaban barat. Bukan berart semua dari barat adalah
rusak alias buruk dan tak patut dicontoh. Tidak demikian. Pemikiran-pemikiran
yang bertentangan dengan aqidah Islam itulah yang wajib ditinggalkan. Teknologi
bolehlah kita belajar dari barat. Masalah2 teknis bolehlah melihat barat. Tapi tidak
buat system kehidupan dan aturan hidup!
“Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. (QS. Ali Imran: 110). Wallahua’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar