يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Selasa, 06 November 2012

"Yang Penting Aku Baik" dan "Aku dan Kalian Baik"


Orang yang berprinsip “yang penting aku baik” adalah mereka yang mengetahui suatu kondisi sedang rusak/salah kemudian mereka kadang mau memperbaikinya. Misalnya: di selokan depan rumah banyak sampah. Maka orang “yang penting aku baik” akan melakukan hal diantaranya: mengambil sampah itu dan membuangnya dtempt yang bener. Atau mengomel lalu mengambilnya. Atau membuat tulisan “dilarang membuang sampah di selokan”. Akhirnya yang terjadi selang dua tiga hari, satu minggu ada lagi sampah diselokan. Aduh capek klo sperti ini kan? Memang benar orang ini telah melakukan kebaikan dan itu pahala baginya, tapi tidak bisa menyelesaikan masalah.. masih untung kalau orang “yang penting aku baik” mau mengambil sampah itu, kalau tidak mau?

Adapun orang yang berprinsip “aku dan kalian baik” adalah mereka yang mengetahui suatu kondisi sedang rusak/salah lalu mlakukan tindakan yang bisa menyelesaikanya dan tidak menimbulkan masalah baru lagi. Contohnya: di selokan depan rumah banyak sampah. Maka orang yang berprinsip “aku dan kalian baik” akan melakukan hal berikut: pertama, karena sampah sudah di depan mata maka ia akan mengambilnya dan akan selalu menjadi teladan tidak pernah membuang sampah diselokan. Kedua, memberikan penerangan kepada keluarganya tentang kebersihan dan dampak buang sampah diselokan. Ketiga, mendatangi pak RT menyampaikan masalah yang terjadi dan mengajak pak RT untuk memberikan pencerahan kepada warga tentang kebersihan dlihat dari sudut: kesehatan, agama, dampaknya. Selain itu juga mengajak aparat terkait untuk membuat aturan dan system kebersihan.

Kesimpulannya: prinsip “yang penting aku baik” tidak dapat membawa pada perubahan. Karena kebaikan tidak akan tegak bila Tiga pilar yaitu individu, masyarakat dan aturan (system) dipisahkan. Memprbaiki individunya dulu tidak sampe pada perubahan, membuat aturannya saja tanpa memperbaiki pemikiran individunya akan brujung pada pelanggaran terhadap aturan. Jadi, yang bener ketiganya harus disentuh/di dakwahi untuk menghasilkan perubahan yang nyata.

So, bila contoh masalah sampah diselokan aja sampai seperti itu penyelesaiannya, lantas bagaimana dengan masalah Negara yang buanyak dan rumit sekali.? Tentunya tidak mudah menyatukan pemikiran orang satu Negara! Juga tidak mudah membuat aturan Negara. Tapi yang namanya Negara itu punya kekuatan, sedang rakyat tidaklah memanggul senjata. Artinya Negara punya kekuasaan untuk menerapkan seperangkat aturan buat warganya. -Bukan berarti harus dengan sengaja! Tetap dalam kedamaian- Dan aturan ini haruslah bersumber dari ideology Negara tersebut. karena ideology itulah yang bisa menyatukan warga Negara tersebut. Kalau hanya ikatan nasionalisme saja maka tidaklah cukup. Karena ikatan nasionalisme ini hakikatnya lahir dari naluri mempertahankan diri. artinya kemuculan jiwa nasionalisme pada diri seseorang adalah ketiga ada ancaman dari pihak luar negaranya. Tentunya ikatan semodel dengan ini tidak akan bisa menjaga dan mewujudkan suatu tatanan kehidupan yang aman, sejahtera dan berdaulat. Contoh paling mudah adalah maraknya kasus korupsi, penjualan aset BUMN ke pada pihak asing, munculnya kegandrungan pada produk2 asing dan lain-lain. inilah kondisinya, ketika tidak ada ancaman maka nasionalisme itu ludes. Oleh karena itu, dapatlah disimpulkan bahwa ideology sebuah Negara mempengaruhi bangkit dan tidaknya suatu bangsa. Ideology pula yang membawa manusia pada upaya untuk terus bergerak mewujudkan suatu kondisi yang terbaik.

Satu sisi yang lain, ideology itu kelahirannya ada yang dari kejeniusan manusia dan ada yang dari wahyu Tuhan. Lantas, ideology mana yang bisa menghantarkan kepada kebaikan?, secara fitrah hati kita akan mengatakan ideology dari wahyu Tuhan. So, terapkanlah ideology dari Tuhan itu, dan tidak lain itu adalah Islam. Btw kok sampai pada ideologi ya, padahal tadi ngomongin prinsip yang penting aku baik dan aku dan kalian baik. wah gpp dech. Wallahua’lam..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dipun Waos Piantun Kathah