Siang itu
Dalam kerlip mata memandang
Tak kuasa melihat cahaya mentari
Kulihat langit
Langit yang membiru
Kualihkan pandangan
Masih juga biru langit
Dalam hati berkata
Berdialog dengan pemilik langit
Dimana awan
Awan yang menahan panas mentari Mu
Berjalan
Dijalanan Kampus UIN Sunan Ampel
Bukan jalan yang lurus memanjang
Bukan pula mendaki
Jarak dekat
Tapi
MentariMu tanpa awan
Menyengat sampai tulang dibalik jilbab
Panas
Ozon bagaimana kondisinya kini
Engkau tidak merubah zat dan partikelnya
Tapi ulah manusia menipiskan lapisannya
Kini,
Manusia bertanya
Hujan
Kapan hujan akan tiba
Menguyur tandus tanah
Menyiram rumput yang layu
Menyuburkan pertanian yang kering
Mengalirkan air penyembuh dahaga
Ya Rabbi
Manusia hanyalah satu titik
Diantara milyaran pengisi semesta Mu
Ditengah luasnya angkasa
Ditengah megahnya galaksi
Kami bersujud
Mengharap Rahmat dan kasih sayangMu
Tiadalah manusia hidup tanpa ruh dari Mu
Tiadalah manusia mampu tanpa riski Mu
Tiadalah manusia berdiri tanpa kekuatanMu
Rabbi,
Jadikan kami hamba yang bersyukur
Menyadari akan khilaf dan ketidakberdayaan
Robbii auziqnii an asykuro ni'matakal latii an'amta 'alayya
Sejukkanlah relung hati kami dengan menyebut asma Mu
Allahu Robbi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar