يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Jumat, 26 Oktober 2018

LANGIT TANPA AWAN






Siang itu
Dalam kerlip mata memandang 
Tak kuasa melihat cahaya mentari
Kulihat langit
Langit yang membiru
Kualihkan pandangan
Masih juga biru langit

Dalam hati berkata
Berdialog dengan pemilik langit
Dimana awan
Awan yang menahan panas mentari Mu

Berjalan 
Dijalanan Kampus UIN Sunan Ampel 
Bukan jalan yang lurus memanjang
Bukan pula mendaki
Jarak dekat
Tapi 
MentariMu tanpa awan
Menyengat sampai tulang dibalik jilbab

Panas

Ozon bagaimana kondisinya kini
Engkau tidak merubah zat dan partikelnya
Tapi ulah manusia menipiskan lapisannya

Kini,
Manusia bertanya
Hujan
Kapan hujan akan tiba
Menguyur tandus tanah 
Menyiram rumput yang layu
Menyuburkan pertanian yang kering
Mengalirkan air penyembuh dahaga 

Ya Rabbi
Manusia hanyalah satu titik 
Diantara milyaran pengisi semesta Mu
Ditengah luasnya angkasa
Ditengah megahnya galaksi
Kami bersujud
Mengharap Rahmat dan kasih sayangMu

Tiadalah manusia hidup tanpa ruh dari Mu
Tiadalah manusia mampu tanpa riski Mu
Tiadalah manusia berdiri tanpa kekuatanMu

Rabbi,
Jadikan kami hamba yang bersyukur
Menyadari akan khilaf dan ketidakberdayaan 
Robbii auziqnii an asykuro ni'matakal latii an'amta 'alayya
Sejukkanlah relung hati kami dengan menyebut asma Mu
Allahu Robbi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dipun Waos Piantun Kathah