Menghapus papan tulis itu umumnya dilakukan murid. Kalaupun dilakukan oleh guru itu dalam kondisi-kondisi tertentu. Bukan hal yang rendah ketika guru menghapus sendiri tulisannya dipapan. Namun bukan adab yang patut juga jika murid melihat gurunya menghapus papan tulis sendiri. Dan bukan pula menjadi teladan jika guru meninggalkan ruang kelas tanpa meghapus papan tulis dan tanpa ada pesan kepada anak didiknya untuk menghapus papan tulis.
Hem, mungkin ini adalah perkara sepele ya. Tapi ada nilai-nilai adab dalam soal ini.
Baiklah, lepas dari kondisi tersebut, terkait menghapus papan tulis ini, setelah beberapa kali saya jalani, ternyata ada hikmahnya. Apalagi bila yang dihapus tidak hanya satu papan tulis. Nah, hikmah dari hal yang sepele ini bisa jadi tidak dirasa oleh orang yang menghapusnya.
Nah, untuk bisa merasakan hikmahnya, baiknya, sebelum menghapus papan tulis baca dulu tulisan yang ada. Serap ilmu yang ditulis oleh bapak/ibu guru. Nah, dari kegiatan ini ada satu hikmah yang sudah di dapat. Yaitu dapat ilmu. Jadi, terimakasih buat bapak/ibu yang sudah meninggalkan tulisan di papan tulis.
Btw, jika yang dihapus tidak hanya satu papan tulis dalam sehari, berarti sudah berapa ilmu yang didapat dalam sepekan? Bisa diukur ya. Jadi, dari kegiatan meninggalkan tulisan di papan tulis sudah terjadi transfer ilmu ataulah recall ilmu yang dulu sudah pernah didapat si penghapus papan tulis.
Hem, hikmah yang bisa jadi tidak terpikir oleh si bapak/ibu guru. So, ajarilah murid sebelum menghapus papan tulis untuk membaca dulu apa yang hendak dihapus.
Kedua, nah hikmah kedua ini, mari kita kaitkan dengan sabda nabi saw. Dari Abu Hurairah rodhiallohu ‘anhu dia berkata: Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap ruas tulang manusia harus disedekahi setiap hari selagi matahari masih terbit. Mendamaikan dua orang (yang berselisih) adalah sedekah, menolong orang hingga ia dapat naik kendaraan atau mengangkatkan barang bawaan ke atas kendaraannya merupakan sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, setiap langkah kaki yang engkau ayunkan menuju ke masjid adalah sedekah dan menyingkirkan aral (rintangan, ranting, paku, kayu, atau sesuatu yang mengganggu) dari jalan juga merupakan sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Nah, bila menghilangkan aral rintangan dijalan disebut dalam hadist tersebut bisa menjadi sedekah, maka, jika menghapus tulisan dipapan artinya juga memudahkan bagi orang yang akan menggunakannya kemudian. Sehingga inipun bisa menjadi sedekah.
Oiya, pemahaman yang begini ini juga penting dipahamkan kepada murid, sehingga motivasi mereka menghapus bukan keterpaksaan, tapi mengejar pahala.
Hem, ternyata jika ditelusuri setiap perbuatan baik yang dilakukan manusia bisa menuai pahala. Walau itu dalam perkara yang dimata manusia rendah dan tiada artinya. Inilah pentingnya merenungi dari apa yang kita lakukan. Menelusuri jejak-jejak amal. Sehingga, kita membenarkan firman Allah SWT, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
Nah, pesan terakhirny, tiada amal baik yang rendah dimata Allah SWT, Allah SWT hargai. Jadi, tetap semangat mengajarkan ilmu kepada generasi Islam. Semoga menjadi jariah yang melimpahkan berkah. Aamiin
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Dipun Waos Piantun Kathah
-
Kamu, Pasti punya orang tua Ada bapak, ada ibu Senang pastinya kamu, memiliki kedua orang tua Tenang hidup bersama mereka Semua kebutuhan ...
-
Terhitung dari hari ini, Indonesia dipimpin oleh presiden dan wakil presiden baru. Pak Prabowo dan Pak Gibran. Baarakallaahu fiikum. Sebaga...
-
Presiden Jokowi menandatangani PP No 28 Tahun 2024 tentang kesehatan. Pada pasal 103 ayat 1 disebut upaya kesehatan sistem reproduksi anak s...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar