Kekuasaan Sekuler vs Islam
Sekulerisme paham yang memisahkan aturan agama dari kehidupan. Salah satu produk dari sekulerisme adalah memberikan kebebasan penuh kepada individu untuk menentukan perbuatannya. Sehingga orang lain tidak punya hak untuk ikut campur dalam urusan yang dianggap asasi. Seperti dalam hal beragama, berpenampilan, berpendapat, kepemilikan dan lainnya. Termasuk penguasa juga haram ikut campur dalam hal tersebut.
Lain hal nya dalam Islam. Allah 'azza wa jalla berfirman,
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya" (QS: Al Maidah: 2)
Rasulullah SAW bersabda: " ...Muslim yang satu adalah bersaudara dengan muslim yang lain..." (HR. Muslim)
Dalam riwayat yang lain Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang melihat kemungkaran hendaklah merubah dengan tangannya, jika tidak mampu maka hendaklah merubah dengan lisannya, maka jika tidak mampu maka hendaknya merubah dengan hatinya, itulah selemah-lemah iman" (HR. Muslim No 49)
Berdasar dalil al Quran dan Al Hadist di atas, jelas bahwa Islam bukan agama yang mengajarkan individualisme. Islam menghendaki umatnya menjadi umat yang bertakwa. Saling taawun -tolong menolong- dalam kebaikan. Dan setiap perintah Allah SWT dan RasulNya adalah kebaikan. Termasuk berjilbab dan berkerudung.
Melalui sabda NabiNya, seseorang yang ditangannya ada kekuasaan untuk menggunakan kekuasaannya itu untuk mencegah kemungkaran. Dan setiap pelanggaran syariat Islam adalah kemungkaran. Termasuk membebaskan individu muslim memilih berpakaian sesuai ajaran agamanya ataukah tidak. Yang seharusnya dilakukan penguasa/pemangku kebijakan adalah membuat peraturan yang menjadikan hukum-hukum Allah SWT terterapkan oleh setiap individu muslim. Bukan malah melemahkan ketaatan mereka dengan dalih kebebasan, HAM, toleransi dan keberagaman.
Jadi, tidak membuat SKB 3 menteri tentang Penggunaan Seragam Sekolah dan Atribut di Lingkungan Sekolah, jalan yang menyelamatkan. Karena keberadaan SKB itu representasi ketundukan kepada paham sekuler-liberal. Sedangkan sekuleriame dan liberalisme bertolakbelakang 180 derajat dengan Islam.
Kekuasaan dan Akhirat
Kesuksesan seseorang dilihat dari banyaknya bekal yang disiapkan untuk kehidupan abadi -akhirat-. Dari Abu Ya'la yakni Sadad Ibn Aus ra, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Orang yang cerdas adalah orang yang mampu mengintropeksi dirinya dan suka beramal untuk kehidupannya setelah mati. Adapun orang lemah ialah orang yang senantiasa mengikuti hawa nafsunya dan berharap kepada Allah dengan harapan kosong" (HR. Tirmidzi)
Dengan dasar tersebut, bagi seorang muslim, profesi apapun harus dikaitkan dengan akhirat. Termasuk penguasa, baik presiden, menteri, gubernur, kepala sekolah dan lainnya. Jika seorang penguasa berorientasi akhirat, setiap kebijakan yang dibuatnya akan sejalan dengan ketentuan syariat. Bukan ketentuan dengan standard manusia. Tapi standard syara' pedomannya. Dan penguasa yang demikian akan mengajak orang-orang yang dipimpinnya meraih keselamatan dunia akhirat.
Penguasa yang akhirat oriented akan amanah, menjalankan fungsi kekuasaan di dunia tapi visi tiap deferensi aturannya ditujukan untuk keselamatan hingga di akhirat. Inilah penguasa yang selamat dan menyelamatkan. Wallahua'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar