يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Tampilkan postingan dengan label Angkuh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Angkuh. Tampilkan semua postingan

Selasa, 03 November 2020

ANGKUH

Dalam diri tiap manusia, ada naluri baqa'. Yaitu naluri mempertahankan diri. Perwujudan naluri ini bisa berupa pembelaan tatkala dirinya disakiti oleh orang lain. Bisa juga berupa sikap tidak mau mengalah. Bisa juga sikap angkuh. 

Bahaya terbesar dari sikap angkuh adalah tatkala tidak mau menerima kebenaran. Menolak nasehat yang disampaikan. Meremehkan ajakan untuk mentaati Allah SWT dan RasulNya. 

Bagi mereka yang masih dikaruniai cahaya, masih mendapatkan sibghah Allah SWT akan segera kembali ke jalan Ilahi. Akan lekas istigfar dan memohon ampun kepada Allah SWT atas sikap angkuh yang dilakukannya.

Tapi, bila Allah SWT sudah melepas hamba itu maka ia tidak akan mengindahkan nasehat kebaikan tersebut. Ia akan memenuhi nafsunya. Mengikuti bisikan syetan untuk terus menjauh dari jalan yang lurus. Ia akan semakin sombong dan angkuh. Astagfirullah, semoga kita terlindungi dari sikap yang demikian. Aamiin.

Cerita pendek berikut ini hanya satu contoh. Semoga Allah SWT mengingatkan kita selalu sehingga tidak bersikap demikian. Memperbanyak memohon ampun kepada Allah SWT. 

Sore itu, ada seseorang berkata, "Rambut kamu terlihat dik". 
Jawab si adik itu, "Biar saja, panas, berkeringat".
Seseorang itu berkata, "Panasnya neraka lebih dari itu, apa tidak takut?"
Si adik itu menjawab, "Akhirat dipikir nanti". Dengan wajah agak sewot si adik ini menjawab. Nampak ketidak sukaannya ketika diberi nasehat.

Astagfirullah. Sungguh kata-kata yang tidak seharusnya terucap dari seorang mukmin. Kecuali saat itu ia dikuasai nafsu dan syetan. Saat tersadar harus istigfar dan mohon ampun atas kesalahan ucapan itu. 

Tapi bila ucapan itu lahir dari kesadaran penuh, dan dibawah pemikiran dia sendiri bahwa urusan akhirat dipikirkan nanti, maka sungguh itu bencana. Bencana bagi dirinya. Karena itu ada tanda jauhnya dari sibghah Allah SWT. Astagfirullah. Kita berlindung dari pemikiran keliru seperti itu. 

Dan jika perkataan itu muncul karena sentimen atau adanya ghil -kebencian, ketidaksukaan- atau prasangka terhadap orang yang memberi nasehat. Maka harus segera istigfar. Itu adalah penyakit hati. Perusak Akhlaq. Perusak amal. Perusak ukhuwah. Jika ada sifat yang seperti itu pada diri kita, segera mohon ampun kepada Allah SWT. Mohon dibersihkan dari penyakit hati seperti itu. Mohon kepada Allah SWT diberikan kelapangan. Sehingga bisa ridho dengan kondisi orang lain. Bukan ridho pada diri sendiri. Tapi ridho melihat kondisi orang lain. Jika kondisi orang lain itu baik. Semisal sikap seseorang yang memberi nasehat dalam cerita pendek diatas.

Belajar adalah Kata Kerja

Belajar untuk membenahi diri, akal, jiwa, perilaku tidak ada kata akhir. Sampai seseorang itu tua pun harus terus belajar. Belajar menjadi pribadi yang shalih. Pribadi yang meneladani perilaku Rasulullah SAW. Pribadi yang taat kepada Allah SWT dan RasulNya. 

Belajar melawan nafsu. Belajar meredam jiwa saat bisikan syetan menyesatkan. Belajar untuk selalu ingat kepada Allah SWT. Belajar untuk selalu ingat akhirat. Belajar dan terus belajar.

Angkuh, sombong, menjadikan syetan menerima kutukan Tuhan. Allah SWT mengusir syetan dari surga. Dan menempatkannya didalam api neraka. 

Sebagai hamba, seharusnya kita memohon kepada Allah SWT untuk dijauhkan dari kibr -sombong, angkuh-. Dijauhkan dari sikap menolak kebenaran. Dijauhkan dari sikap tidak mau menerima kebenaran. 

Ya Allah tunjukilah kami kejalan yang lurus. Jalan orang orang yang Engkau beri nikmat. Bukan jalan orang orang yang Engkau murkai. Bukan pula jalan orang orang yang tersesat. Aamiin aamiin yaa mujiibassaailiin.

Dipun Waos Piantun Kathah