Jika rakyat tidak mau perhatian pada penguasanya, padahal urusan ia di bawah kendali penguasa, maka itu suatu kekeliruan. Dalam Islam, menjadi kewajiban rakyat untuk muhasabah kepada penguasa. Menjadi kewajiban pula untuk amar ma'ruf nahi mungkar dengan sesama.
Adapun penguasa atau pemerintah sudah menjadi kewajibannya untuk mengurusi, memperhatikan, dan menerima kritik dan masukan dari rakyatnya.
Dimuhasabahi Untuk Perubahan
Setelah sekitar 1 bulan, akhirnya berkurang pertentangan rakyat terhadap kenaikan BBM. Rakyat miskin di kasih bansos tunai dan non tunai. Sedangkan pejabat dikasih instruksi percepatan pergantian kendaraan dinas. Infonya biaya pengadaan 1 unit kendaraan dinas pejabat eselon 1 adalah Rp 735, 34 juta. Sedangkan untuk yang di daerah, tertinggi di Sulawesi Tenggara sebesar Rp. 702, 27 juta, dan terendah di Riau yakni Rp. 567, 63 juta. (https://bisnis.tempo.co/amp/1634670/kemenkeu-siapkan-anggaran-untuk-mobil-listrik-pejabat-berapa-besarannya)
MasyaAllah, itu kalau untuk seluruh pejabat pusat dan daerah habis berapa triliun?
Dua kebijakan yang berbeda, dan membuat rakyat bertanya, kenapa bansosnya hanya 150 ribu perbulan? Sekitar 1/5000 dari harga mobil dinas pejabat eselon 1. Sepertinya harus belajar lagi, mana kebutuhan pokok negara dan mana keinginan. Jika demikian, kapan rakyat dan pejabat sejahtera bersama?.
Di pojok wilayah lain, masih tidak jauh dari ibu kota negara, ada 6 warga suku Badui meninggal dalam sebulan. Adapun penyebab pastinya masih dalam penyelidikan. (https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-6288792/6-warga-baduy-meninggal-dalam-sebulan-kemenkes-belum-pastikan-tbc-pemicunya)
Semoga penyebabnya segera diketahui sehingga tidak menjadi wabah. Bila berkenan mengikuti Nabi Muhammad SAW, sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, bahwa saat ada salah satu tentaranya -Sa'ad bin Muaz- dalam perang Khandaq terkena panah musuh, Beliau SAW mendirikan tenda di Masjid agar bisa menjenguknya dan memperhatikannya lebih dekat.
Betul dimasa Nabi SAW masih sedikit rakyat yang diurus, sehingga bisa menjenguk umatnya yang sakit. Adapun saat ini, yang rakyatnya ratusan juta, memang tidak mungkin pejabat sekarang menjenguk satu-satu rakyatnya yang sakit. Lantas bagaimana?
Pejabat saat ini bisa menyapa rakyat melalui media elektronik. Ditiap hari, ditiap pagi tanyakan kabar mereka melalui berbagai media dan berkirim doa untuk seluruh rakyatnya.
Menyapa rakyat maka akan ada doa kebaikan untuk negara ini. Tanyalah keadaan rakyat maka akan ada kemudahan dalam mengurus rakyat di negara ini. InshaAllah.
Semoga cara ini diterima Allah SWT sebagai bentuk perhatian penguasa disemua level kepada rakyatnya. Aamiin.
Selanjutnya, negara ini punya hutang, ternyata rakyatnya pun tidak sedikit yang terjerat hutang. Bahkan ada seorang karyawan akhiri hidupnya setelah terjerat hutang. Pemicu hutangnya adalah mengikuti judi online. (https://www.indopos.co.id/nusantara/2022/09/20/terlilit-utang-judi-online-buruh-pabrik-di-cikupa-gantung-diri/amp/)
Ada lagi yang terjerat hutang pada rentenir. Seorang warga Garut di robohkan rumahnya oleh rentenir, karena punya hutang 1,3 juta. https://www.detik.com/jabar/berita/d-6296981/rumah-warga-garut-dibongkar-rentenir-gegara-utang-rp-13-juta/amp
Jika melihat satu-satu siapa yang punya hutang diantara rakyat adalah mustahil, maka kebijakan bisa menjadi penyambung tangan antara penguasa dengan rakyat.
Rakyat makmur bersama pejabat jika kebijakan yang dibuat adalah untuk memudahkan dan membantu urusan rakyatnya. Kebijakan yang tidak membuat rakyat hidup miskin, atau mencari jalan haram untuk mencari nafkah.
Misal dibuat kebijakan pembentukan lembaga khusus untuk membantu rakyat yang punya hutang. Sumber pendanaannya bisa dari negara atau sedekah dari rakyat tajir. Adapun dalam sistem Islam, para gharim (pemilik hutang) termasuk asnaf (kelompok) yang berhak mendapatkan zakat.
Kabar selanjutnya, LPG 3 kg akan dikonversi ke kompor listrik. Hitung-hitungan angka diprediksi negara akan untung dengan perubahan ini. (https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20220922062315-85-851040/beban-berat-intai-warga-miskin-jika-lpg-dikonversi-ke-kompor-listrik/amp)
Kebijakan tersebut kabarnya tidak tahun ini diterapkan.
Hal yang harus dikritisi bahwa menggunakan pertimbangan keuntungan bagi negara sebagai landasan dalam membuat kebijakan adalah keliru. Seorang pengurus urusan rakyat, seharusnya yang menjadi pertimbangan dalam setiap kebijakannya adalah kesejahteraan bagi rakyat. Bagaimana rakyat bisa makmur. Bukan malah diposisikan sebagai pelanggan/pembeli dari kebijakan negara.
Berikut teladan dari Khalifah Umar Bin Khattab bagaimana beliau mengutamakan rakyatnya.
Dikisahkan ketika Umar bin Khattab kembali dari sebuah perjalanannya ia melewati seorang wanita tua yang tinggal di sebuah gubuk. Wanita tua itu bertanya, "Apakah Umar telah kembali dari perjalananya?"
Lalu Umar menjawab, "Umar telah kembali dengan selamat dari negeri Syam".
Wanita itu kembali berkata, " Allah tidak akan membalas kebaikan kepadanya, karena semenjak dia memegang jabatan kekhilafahan, dia tidak pernah memberikan apa-apa untukku. Wahai anakku, kamu dapat menyaksikan sendiri bahwa aku adalah seorang wanita jompo, miskin, dan tidak memiliki pekerjaan. Sedangkan aku juga tidak memiliki seorang keluargapun".
Kemudian Umar r.a berkata, " Wahai ibu, maafkanlah Amirul Mukminin karena dia tidak mengetahui keadaanmu".
Dengan penuh keputusasaan dan jengkel, wanita tua itu berkata, " Bukankah Amirul Mukminin penanggung jawab bagi seluruh orang muslim? Bagaimana mungkin dia sampai tidak mengetahui kondisiku ini?"
Mendengar perkataan wanita tua itu, Umar r.a menangis dan berkata, "Wahai Umar, andaikan ibumu tidak pernah melahirkanmu ke dunia ini...".
Kemudian ia berkata kepada wanita tua itu, "Berapapun akan kau jual harga kezaliman Umar terhadapmu, aku akan membelinya darimu. Mudah-mudahan bila aku beli harga kezalimannya, Allah akan mengampuninya"
Akan tetapi si wanita tua itu berkata, "Apakah kamu mengejek diriku?" Umar menjawab, "Demi Allah, wahai ibu, aku akan berikan kepadamu 25 dirham. Dan sebagai gantinya, berikan kepadaku secarik kain dari bajumu. Lalu kita tulis dikain tersebut kata-kata, 'Kamu telah lepas dari dosa'.
Ketika mereka tengah berbincang-bincang, Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin Mas'ud lewat tempat itu. Keduanya berkata, " Assalaamu'alaika wahai Amirul Mukminin!"
Mendengar ucapan keduanya, wanita tua itu terlonjak kaget dan berteriak, "Apakah anda Amirul Mukminin? Alangkah celakanya diriku karena mengumpat anda. Aku mencela dan mendoakan anda dengan hal-hal yang buruk, sedangkan anda adalah Amirul Mukminin. ".
Akan tetapi jawaban Umar r.a adalah "Anda adalah pemilik hak".
Kemudian diambilnya secarik kain dari baju wanita tua itu dan di atas kain itu ia tuliskan kata-kata, "Bismillahirrahmanirrahim, kain ini adalah sebagai saksi bahwa Umar Ibnu Khattab telah membeli kezaliman dirinya kepada wanita ini, sejak ia memegang kekhilafahan sampai ia bertemu dengan Tuhannya". Setelah itu ia berikan uang tebusan kezalimannya.
MasyaAllah, demikianlah karakter seorang pemimpin yang menjadikan Islam sebagai pemimpinnya dalam berfikir. Ia akan mengutamakan rakyat yang diurusnya untuk mendapatkan ridho mereka, sehingga jabatan tidak menjadi alat menzalimi/menyusahkan urusan rakyatnya.
Bila rakyat makmur, pejabat ikut makmur, negara pasti makmur. Tidak ada rakyat makmur, pejabat rugi, negaranya melarat. Jadi makmurkan rakyat, sejahteralah negara.
Fakta berikutnya tentang Papua. Komentar Pak Mahfudz MD, uang otonomi khusus Papua pada masa Lukas Enembe Rp. 500 triliun, rakyat tetap miskin, pejabat foya-foya. (https://m.metrotvnews.com/play/koGCV8J2-dana-otsus-papua-zaman-lukas-enembe-rp500-t-mahfud-md-rakyat-miskin-pejabat-foya-foya)
Penting bagi para pemimpin baik yang masih lelap duduk dikursi empuk atau yang sudah menyadari kursi itu adalah penentu surga nerakanya, untuk membaca kisah teladan berikut.
Suatu hari Umar bin Khattab menemui Baginda nabi Muhammad SAW. Didapatinya Nabi SAW sedang berbaring di atas tikar kasar yang terbuat dari pelepah kurma. Berbantalkan kulit kasar yang berisi serabut ijuk kurma. Melihat kondisi itupun Umar r.a menangis. Kemudian Nabi bertanya; " Mengapa engkau menangis?"
Umar r.a menjawab; " Bagaimana aku tidak menangis. Tikar ini membekas pada tubuhmu. Engkau adalah Rasulullah (utusan Allah). Kekayaanmu hanya seperti ini, sedangkan Kisra dan raja-raja lainnya hidup bergelimang kemewahan".
Lalu Rasulullah SAW menjawab, " Apakah engkau tidak rela, kemewahan itu untuk mereka di dunia, sementara untuk kita di akhirat nanti?" (HR. Bukhari Muslim).
MasyaAllah, kesadaran yang demikian inilah yang seharusnya dimiliki oleh para pejabat. Rakyatnya makmurkan dulu, pasti pejabat akan makmur juga. Jika demikian, rakyat akan makmur bersama pejabat, bi idznillah.
Khatimah
Berat mengurus urusan negara. Tapi kenapa di sistem demokrasi kapitalisme ini banyak orang merebutkannya.
Bahkan merogoh ratusan, milyaran, triliun uangpun tidak masalah. Inilah sebenarnya ayat-ayat atau tanda-tanda akan rusaknya pengurusan negara ini.
Semoga rakyat sadar, dan tidak mau dibeli suaranya oleh mereka yang tidak menggunakan iman, takwa dan syariat Allah SWT dalam meraih hasrat menjadi pejabat.
Wallahua'lam bis showab.