يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Tampilkan postingan dengan label iman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label iman. Tampilkan semua postingan

Kamis, 15 Februari 2024

Masih Ragu, Ciptakan Seekor Lalat!

Iman kepada Allah subhaanahu wa ta'ala tidak boleh tersisipi sedikit keraguan. Meski hanya 1% keraguan pun tidak boleh. 

Iman kepada Allah subhaanahu wa ta'ala harus 100%. Yakin adanya, walau mata tidak melihat Dzat Nya. 

Banyak hal yang tidak dapat dilihat manusia, tapi manusia meyakini adanya hal itu. Semisal kentut, angin, nyawa, jin. Kentut diyakini adanya karena ada penampakan suara atau bau. Angin diyakini adanya karena ada rasa sejuk saat angin menerpa, ada daun bergerak saat angin menyapa. 

Nyawa diyakini adanya saat manusia melihat sesamanya yang awalnya bergerak kemudian terbujur ketika nyawa dicabut dari badannya. Jin diyakini adanya saat melihat adanya manusia yang kesurupan.

Dan Allah subhaanahu wa ta'ala diyakini adanya dengan keberadaan alam semesta beserta isinya. Termasuk penciptaan manusia bukti adanya Allah subhaanahu wa ta'ala sang pencipta. 

Sebagaimana Allah subhaanahu wa ta'ala membuat bumi ada daratan dan lautan, maka suka-suka Allah subhaanahu wa ta'ala menciptakan manusia yang dibuat tidak bisa melihat Dzat Nya Allah subhaanahu wa ta'ala.

Begitulah pencipta, punya kuasa atas ciptaannya. Pemilik tunggal atas segala apa yang diciptakannya. 

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

ذٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ  ۖ لَآ إِلٰهَ إِلَّا هُوَ  ۖ خٰلِقُ كُلِّ شَىْءٍ فَاعْبُدُوهُ  ۚ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَىْءٍ وَكِيلٌ

"Itulah Allah, Tuhan kamu; tidak ada tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; Dialah pemelihara segala sesuatu." (QS. Al-An'am 6: Ayat 102)

Apa yang dipinta Allah ta'ala atas hambaNya adalah menyembahNya. Yaitu beribadah kepadaNya. Meski Allah ta'ala tidak dilihat mata. 

Allah subhaanahu wa ta'ala berfirman:

لَّا تُدْرِكُهُ الْأَبْصٰرُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْأَبْصٰرَ  ۖ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ

"Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus, Maha Mengetahui." (QS. Al-An'am 6: Ayat 103)

Nah melalui ayat tersebut Allah subhaanahu wa ta'ala konfirmasi bahwa Ia (Allah) melihat makhluknya dan semua yang dilihat makhluknya. 

Jadi, Allah subhaanahu wa ta'ala lihat siapa saja yang kerjaannya pada hal sia-sia, lihat siapa saja yang taat, lihat siapa saja yang setengah hati dalam beribadah, lihat siapa saja yang ingkar kepadaNya, lihat siapa saja dan apa saja yang dilakukan manusia. 

Bagaimana, masihkah ada keraguan dalam mengimani Allah subhaanahu wa ta'ala? Bila masih ragu, ambillah apa yang telah diambil lalat dari makananmu. Jika kamu mampu. Maka tidakkah kita berfikir?

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

يٰٓأَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُۥٓ  ۚ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُۥ  ۖ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَّا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ  ۚ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ

"Wahai manusia! Telah dibuat suatu perumpamaan. Maka dengarkanlah! Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah tidak dapat menciptakan seekor lalat pun walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Sama lemahnya yang menyembah dan yang disembah." (QS. Al-Hajj 22: Ayat 73)

Wallahua'lam bis shawaab.

Jumat, 31 Juli 2020

IMAN DAN PENGORBANAN

Hari Raya Idul Adha bukan sekedar hari raya. Bila dihari raya Idul Fitri selepas sholat Id kita berbahagia, berkunjung kesanak famili, makan aneka makanan lengkap dengan baju barunya. Namun berbeda di Hari Raya Idul Adha. Hari Raya Idul Adha untuk mengingatkan umat Islam akan bukti iman seorang hamba kepada TuhanNya. Iman sebenar benarnya iman. Yakin seyakin yakinnya akan keberadaan al khaliq sang pencipta. Pengatur alam semesta, penggengam segala urusan. Bahwa manusia hanyalah -sa dermo- makhluk ciptaan Allah subhanahu wa ta'ala.

Kita diingatkan akan keimanan yang sempurna dari Nabi Ibrahim. Ketaatan tanpa tapi. Subhanallah, sungguh sempurna pembuktian iman Nabi Ibrahim. Seandainya bukan iman yang berperan, maka tidaklah mungkin Beliau bersedia menyembelih putranya sendiri. Kalau bukan karena sadar akan arti kefanaan hidup tidak mungkin pisau mampu beliau pegang untuk diletakkan dileher anaknya.

Nabi Ibrahim telah memberikan teladan sempurna akan arti iman kepada Allah subhanallah wa ta'ala dengan ikhlas mengorbankan titisan darahnya.

Pelajaran berharga juga bisa diambil dari Ismail putra beliau. Bagaimana ayah dan anak ini begitu kompak menunjukkan iman mereka kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Seolah mereka selalu melihat akan keberadaan Allah subhanahu wa ta'ala. Sehingga sang anak pun rela disembelih demi memenuhi perintah Allah subhanahu wa ta'ala. Seandainya iman dalam dada mereka lemah atau muraqabah mereka rendah akan ada banyak cara untuk berkelit. Tapi hal itu tidak beliau berdua lakukan. Itulah buah dari sempurnanya iman, beningnya qalbu, jernihnya akal sehingga mampu menghadirkan dalam setiap desahan nafas akan pengawasan Allah subhanahu wa ta'ala.

Iman dan pengorbanan ibarat sekeping mata uang. Tidak bisa dipisahkan satu sisi dengan sisi dibaliknya. Selalu beriringan dan melekat bersama. Tiada iman tanpa pembuktian. Pembuktian itu berupa pengorbanan yang dipersembahkan untuk yang diimani yakni Allah subhanahu wa ta'ala. Melaksanakan perintah dan menjauhi laranganNya tanpa embel apa apa. Lillah fillah sebagaimana yang diteladankan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.

Nah adapun kita, dihari Idul Adha ini, mari muhasabah diri. Apa yang sudah kita korbankan untuk Allah subhanahu wa ta'ala dan RasulNya? Apa yang sudah kita korbankan untuk agama ini? Dan apa yang sudah kita korbankan untuk kemuliaan umat ini? Pengorbanan sebagai tanda iman dan taat kepada Allah subhanahu wa ta'ala.

Dipun Waos Piantun Kathah