يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Tampilkan postingan dengan label masjid. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label masjid. Tampilkan semua postingan

Senin, 16 Januari 2023

Andai Masjid Berteriak!


Pembicaaran tentang fungsi masjid kembali mencuat. Kali ini gara-gara pengibaran bendera Partai Ummat di salah satu masjid di Cirebon. 

Wapres Ma'ruf Amin memberikan komentar atas hal ini dengan mengatakan, "Dalam keutuhan jamaah tidak baik, kemudian juga aturan tidak membolehkan".(https://www.beritasatu.com/news/1015837/bendera-partai-amien-rais-berkibar-di-masjid-wapres-tidak-baik-bagi-jemaah/amp)

Persoalan Lain dari Masjid

Masjid sebagai fasilitas umum seharusnya setiap muslim boleh sujud dimasjid manapun, boleh menggunakannya kapanpun untuk syiar Islam. 

Fakta keumuman fungsi masjid itu saat ini diamputasi. Ada masjid  dibatasi untuk jamaah tertentu. Tidak semua kelompok Islam boleh menggunakannya. Sholat boleh di masjid itu, tapi tidak boleh dipakai untuk kegiatan keislaman. 

Bahkan ada masjid yang tidak cukup dengan nama masjidnya, tapi dilengkapi dengan nama pemilik masjid itu, yaitu milik ormas bla bla.

Selain pembatasan kelompok, ada juga  pembatasan konten  ceramah keislaman di masjid.

Jika masjid demikian, dikatakan mengalami kemajauan atau kemunduran?

Adapun masjid untuk syiar parpol untuk pemilu demokrasi memang tidak ada dalilnya, juga tidak ada contohnya dari Nabi SAW.

Masjid Kenapa Hanya Untuk Shalat?

Betul, secara definisi masjid memang tempat sujud, tempat mendirikan shalat. Shalat adalah salah satu ibadah mahdoh yang itu wajib dikerjakan setiap muslim yang sudah baligh dan berakal. 

Sebagai tempat ibadah, maka kegiatan di masjid tidak boleh keluar dari aktivitas ibadah. Dan setiap kegiatan yang ditujukan untuk taqarub ilallah, apakah itu taklim, halaqah, pengajian, kegiatan santunan, khatmil Qur'an, tabligh akbar, dll selama bukan maksiat  adalah ibadah, kategori ibadah ghairu mahdoh.

Artinya, fungsi masjid sebagai tempat ibadah itu tidak berhenti pada ibadah mahdhoh tapi juga ibadah ghairu mahdhoh. Dan inilah yang telah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW dan generasi setelahnya. Menjadikan masjid sebagai markas membangun peradaban Islam.

Lantas kenapa umat Islam saat ini, cenderung memfungsikan masjid untuk ibadah mahdhoh semata?

Pergeseran fungsi masjid ini seiring pergiliran kepemimpinan umat manusia saat ini. Setelah runtuhnya kepemimpinan Islam yakni kekhilafahan Islam, manusia saat ini di bawah kepemimpinan kapitalisme dengan asasnya sekulerisme.

Sekulerisme adalah paham yang memisahkan antara masjid dengan pemerintahan. Masjid dengan urusan dunia. Paham ini menempatkan Tuhan hanya dimasjid. Maksudnya syariahnya Tuhan tidak boleh dibawa untuk mengatur urusan pemerintahan, ekonomi, politik, pendidikan dll. Jadi, paham sekularisme ini menempatkan agama sampai batas ibadah ritual semata (ibadah mahdhoh).

Dan paham sekularisme inilah yang saat ini mengisi kepala-kepala sebagian kaum muslimin.

Maka, kita saksikan fakta saat ini. Masjid dengan banyak kegiatan kegamaan bisa dicurigai. Halaqah-halaqah di masjid bisa dibubarkan dengan berbagai dalih.  Masjid diawasi aktivitas di dalamnya. Kegiatan seputar ibadah mahdoh, membangun nafsiah dibolehkan, tapi kalau kegiatan yang itu bisa membangkitkan kesadaran politik Islam bisa dilarang.  

Pengurus masjidpun diwanti-wanti untuk selektif memilih kegiatan keislaman. Akhirnya mereka jadi takut kena tuduh masjid menjadi sarang gerakan radikal dll. Jadilah masjid dikunci, dan saat manjing shalat lima waktu baru dibuka. 

Inilah buah dari paham sekularisme. Umat Islam digiring pada Islam ritual (Islam moderat) dan anti Islam kaffah. 

Andai Masjid Bisa Teriak

Masjid harus menjadi kebanggaan umat Islam. Tempat ruku' dan sujud kepada Allah SWT, sudah seharusnya dirindukan dan dikunjungi selalu oleh umat Islam.

Dan inilah yang akan diteriakkan oleh masjid andai ia bisa teriak. Masjid akan memanggil umat Islam, "Kunjungilah aku, datangilah aku, ramaikanlah aku, ruku' dan sujudlah ditempatku".

Masjid tidak sebagaimana rumah yang mencukupkan dengan pendirinya sebagai penghuni. Tapi, masjid menginginkan dirinya dihuni, dikunjungi, dimanfaatkan oleh semua umat Islam tanpa sensi kepada warna kelompok tertentu. Sayang, masjid tidak bisa teriak. Hanya menanti kesadaran manusia untuk kembali memfungsikan dirinya sebagaimana yang diteladankan Nabi SAW dalam memanfaatkannya.

Nyalakan Kebangkitan Dari Masjid 

Nabi SAW memberikan teladan bahwa tidak berhenti dengan shalat di masjid.

Tapi, shalat yang diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri salam itu direalisasikan maknanya dalam kehidupan. Sehingga masjid menjadi markas untuk mewujudkan persatuan umat Islam dan membangun peradaban Islam.

Dari ikrar seorang muslim dalam bacaan iftitahnya, bahwa shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam, dibuktikan oleh Rasulullah SAW dan generasi sahabat dengan mendedikasikan hidup mereka untuk Allah SWT.

Ruku' dan sujud mereka dalam shalat, dilanjutkan dengan ketundukan mereka pada syariah Islam.

Mereka melaksanakan perintah sebagai khalifah fil ardhi (QS. Al Baqarah: 30), sekaligus melaksanakan tujuan penciptaan manusia untuk beribadah kepada Allah SWT (QS. Adz Dzariat: 56).

Pembentukan kesadaran yang menjadikan generasi awal menjadi generasi peletak peradaban Islam itu diawali dari masjid.

Masjid oleh Nabi SAW dijadikan magnet sehingga menjadi pelabuhan bagi seluruh umat Islam. Di masjid umat Islam melabuhkan pemikirannya untuk ditempa dengan tsaqafah Islam. Di masjid umat Islam melabuhkan jiwanya untuk dibentuk nafsiyah Islamnya. Di masjid umat Islam mengelilingi Nabi SAW untuk mendengarkan ayat-ayat Al Qur'an dan hadist nabi. 

Di masjid, Rasulullah SAW mengumpulkan shahabat untuk membicarakan persoalan umat Islam, menyusun strategi jihad yang menggentarkan musuh. 

Jadi, masjid di masa Nabi SAW adalah pusat pendidikan hingga pusat pemerintahan. 

Dan sekarang, umat Islam harus menghapus pemahaman sekuler dalam dirinya. Bukan Islam ritual yang Allah SWT tuntut dari hambaNya. Tapi Islam kaffah.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ کَآ فَّةً ۖ وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ 
الشَّيْطٰنِ ۗ اِنَّهٗ لَـکُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 208)

Masjid tidak boleh dibekukan fungsinya. Pemerintah harus mendorong umat Islam untuk menyalakan syiar Islam di masjid baik siang dan malamnya.

Umat Islam keseluruhannya harus menunaikan tanggungjawabnya untuk menghidupkan masjid. Sehingga masjid semarak dengan berbagai kegiatan pendidikan, pembinaan keislaman, tempat diskusi persoalan umat Islam baik politik, ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan dll. Masjid menjadi tempat membangkitkan kesadaran umat untuk ittaqullaha haqqa tuqaatih (bertakwa dengan sebenar-benar takwa kepadaNya).

Khatimah

Islam tidak akan padam bila umat ini menghidupkan masjid. Maka hidupkanlah masjid, maka hiduplah umat Islam bersama agamanya. 

Wallahua'lam bis shawwab.

Dipun Waos Piantun Kathah