Pemuda dengan segala karakter yang ada pada dirinya
membentuk sebuah wacana bahwa pemuda menyukai tantangan, hal-hal baru dan tidak
menyukai kondisi yang stagnan. Hal-hal yang beresiko malah disukai pemuda.
Mereka merasa tertantang untuk menaklukkannya. Ibarat para pendaki gunung.
Semakin dia mampu mendaki gunung maka ia akan merasa tertantang untuk mendaki gunung
berikutnya yang lebih tinggi lagi. Tidak peduli dengan resiko apa yang akan ia
temui. Sehingga berbagai hal akan ia persiapkan untuk keberhasilan
pendakiannya.
Demikian pula halnya dengan karakter pemuda yang menyukai
hal-hal baru. Hasrat untuk mencoba dan menerima hal baru lebih besar
prosentasenya pada pemuda dibanding dengan orang yang sudah tua. Hal ini bisa
jadi disebabkan kuantitas pertimbangan pemuda lebih simple dan singkat. Sehingga tidak banyak hal yang dipertimbangan,
bisa jadi ukuran yang dipakai adalah apakah hal baru itu menyenangkan bagi dia
atau tidak. Jika menyenangkan dan bermanfaat akan ia ambil, bila tidak akan ia
tinggalkan. Beda dengan orang yang sudah tua, meski hal itu bermanfaat belum
tentu akan diambil. Contohnya adalah pakaian you can see. Bagi pemudi bisa jadi pakaian ini bagus banget, karena
bisa menampakkan keelokan tubuhnya, tapi bagi bapak ibu kita akan berfikir ribuan kali untuk
memakainya. Mulai dari kesopanannya bagaimana, menurut ajaran agama bagaiamana,
kepantasannya bagaimana, Akibat bagi peradaban atau budaya sendiri bagaimana?
Dan pertimbangan-pertimbangan lainnya, jadi bukan sekedar memenuhi kata “aku
ingin”.
Demikian halnya dengan kondisi yang stagnan atau mandheg, suatu kondisi yang tidak
diminati pemuda. Vitalitas dan semangat pemuda yang begitu kuat menjadikan ia
energik dan inginnya selalu mobile. Banyak sekali contoh-contoh yang
menunjukkan hal ini. Misalnya adalah aksi demontrasi yang aktif dilakukan oleh
mahasiswa sebagai wujud kritik atas kebijakan pemerintah. Hal ini lahir dari
jiwa perubahan yang ada dalam diri pemuda. Jadi terasa aneh bila ada pemuda
yang pemalas.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa pemuda memiliki peranan
yang vital dalam menentukan maju mundurnya suatu peradaban bangsa. Segala
tindak dan tanduk pemuda akan mencerminkan peradapan bangsa tersebut. Sehingga
penting bagi pemuda untuk menyadari bahwa ia berperan dalam menentukan hancur
rusaknya peradaban bangsanya.
Pemuda,
Idealisme dan Perubahan
Ibarat sebuah rumah maka kokoh tidaknya bangunan itu
tergantung pada pondasinya. Demikian pula halnya pada diri pemuda. Pondasi
inilah yang mampu melahirkan pemuda yang memiliki komitmen kuat dan teguh dalam
pendirian. Pondasi itu tidak lain adalah Idealisme seorang pemuda. Idealisme inilah
yang menjadikan pemuda ingin selalu bergerak dan melakukan perubahan sesuai
dengan tuntutan idealismenya. Mengubah kondisi yang stagnan menjadi dinamis dan
bergairah.
Tentunya idealisme
yang dimaksudkan bukan idealisme yang lahir dari pemahaman yang salah. Missal
pemuda yang berpegang teguh pada ide hurriyah
atau kebebasan. Terkesan bahwa ide ini baik, karena memberikan kepada
setiap manusia untuk bebas mengekspresikan dirinya. Alih-alih menumbangkan
kedholiman, malah ide kebebasan inilah yang menjadikan pemuda kian nrunyam –tidak karuan-, dan tidak bisa
dikendalikan. Sedikit-sedikit mereka akan mengatakan “sekarangkan masa
kebebasan, terserah gue mau apa aja”. Bahaya sekali bila pemuda berprinsip
demikian. Buktinya adalah apa yang kita lihat saat ini, banyak pemuda yang
terjebak dalam pergaulan bebas, kehidupan yang hedonis dan serba materialis. Kebebasan
telah menjauhkan mereka dari kegiatan positif, seperti organisasi
kemasyarakatan, keagamaan, sosial dan lain-lain. Mereka lebih menyukai
aktifitas hiburan yang miskin manfaat, apalagi pahala. Sangat disesalkan bila
pemuda menjadi demikian, sehingga upaya refreshing pemikiran pada pemuda
haruslah dilakukan.
Idealisme yang shahihlah
yang harusnya dimiliki oleh pemuda. Yaitu sebuah idealisme yang lahir dari
kesadaran akan hubungannya dengan al Khaliq. Dengan kesadaran ini maka pemuda
dalam setiap amal atau perbuatan yang ia lakukan, akan menunjukkan ciri khas
tertentu. Perubahan yang ia harapkan dan perjuangkan bukan sekedar perubahan
biasa. Tapi sebuah perubahan yang senantiasa membawa pada perlawanan terhadap
kedholiman. Setiap bentuk kedholiman –ketidakadilan- akan ia tentang. Kebenaran
itulah yang akan ia suarakan. Tidak peduli dengan cercaan orang yang mencerca.
Dengan modal hujjah yang jelas, pemuda-pemuda ini menyuarakan kebenaran. Bukan
hanya panggilan hati nurani tapi benar-benar lahir dari kesadaran untuk
memenuhi seruan Ilahi yakni amar ma’ruf
nahi munkar.. hingga tegak syariat Allah swt di muka bumi ini. wallahua'alam..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar