يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Sabtu, 11 Agustus 2012

Pemuda dan Perubahan

Pemuda dengan segala karakter yang ada pada dirinya membentuk sebuah wacana bahwa pemuda menyukai tantangan, hal-hal baru dan tidak menyukai kondisi yang stagnan. Hal-hal yang beresiko malah disukai pemuda. Mereka merasa tertantang untuk menaklukkannya. Ibarat para pendaki gunung. Semakin dia mampu mendaki gunung maka ia akan merasa tertantang untuk mendaki gunung berikutnya yang lebih tinggi lagi. Tidak peduli dengan resiko apa yang akan ia temui. Sehingga berbagai hal akan ia persiapkan untuk keberhasilan pendakiannya.
Demikian pula halnya dengan karakter pemuda yang menyukai hal-hal baru. Hasrat untuk mencoba dan menerima hal baru lebih besar prosentasenya pada pemuda dibanding dengan orang yang sudah tua. Hal ini bisa jadi disebabkan kuantitas pertimbangan pemuda lebih simple dan singkat. Sehingga tidak banyak hal yang dipertimbangan, bisa jadi ukuran yang dipakai adalah apakah hal baru itu menyenangkan bagi dia atau tidak. Jika menyenangkan dan bermanfaat akan ia ambil, bila tidak akan ia tinggalkan. Beda dengan orang yang sudah tua, meski hal itu bermanfaat belum tentu akan diambil. Contohnya adalah pakaian you can see. Bagi pemudi bisa jadi pakaian ini bagus banget, karena bisa menampakkan keelokan tubuhnya, tapi bagi bapak ibu  kita akan berfikir ribuan kali untuk memakainya. Mulai dari kesopanannya bagaimana, menurut ajaran agama bagaiamana, kepantasannya bagaimana, Akibat bagi peradaban atau budaya sendiri bagaimana? Dan pertimbangan-pertimbangan lainnya, jadi bukan sekedar memenuhi kata “aku ingin”.
Demikian halnya dengan kondisi yang stagnan atau mandheg, suatu kondisi yang tidak diminati pemuda. Vitalitas dan semangat pemuda yang begitu kuat menjadikan ia energik dan inginnya selalu mobile. Banyak sekali contoh-contoh yang menunjukkan hal ini. Misalnya adalah aksi demontrasi yang aktif dilakukan oleh mahasiswa sebagai wujud kritik atas kebijakan pemerintah. Hal ini lahir dari jiwa perubahan yang ada dalam diri pemuda. Jadi terasa aneh bila ada pemuda yang pemalas.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa pemuda memiliki peranan yang vital dalam menentukan maju mundurnya suatu peradaban bangsa. Segala tindak dan tanduk pemuda akan mencerminkan peradapan bangsa tersebut. Sehingga penting bagi pemuda untuk menyadari bahwa ia berperan dalam menentukan hancur rusaknya peradaban bangsanya.

Pemuda, Idealisme dan Perubahan
Ibarat sebuah rumah maka kokoh tidaknya bangunan itu tergantung pada pondasinya. Demikian pula halnya pada diri pemuda. Pondasi inilah yang mampu melahirkan pemuda yang memiliki komitmen kuat dan teguh dalam pendirian. Pondasi itu tidak lain adalah Idealisme seorang pemuda. Idealisme inilah yang menjadikan pemuda ingin selalu bergerak dan melakukan perubahan sesuai dengan tuntutan idealismenya. Mengubah kondisi yang stagnan menjadi dinamis dan bergairah.
 Tentunya idealisme yang dimaksudkan bukan idealisme yang lahir dari pemahaman yang salah. Missal pemuda yang berpegang teguh pada ide hurriyah atau kebebasan. Terkesan bahwa ide ini baik, karena memberikan kepada setiap manusia untuk bebas mengekspresikan dirinya. Alih-alih menumbangkan kedholiman, malah ide kebebasan inilah yang menjadikan pemuda kian nrunyam –tidak karuan-, dan tidak bisa dikendalikan. Sedikit-sedikit mereka akan mengatakan “sekarangkan masa kebebasan, terserah gue mau apa aja”. Bahaya sekali bila pemuda berprinsip demikian. Buktinya adalah apa yang kita lihat saat ini, banyak pemuda yang terjebak dalam pergaulan bebas, kehidupan yang hedonis dan serba materialis. Kebebasan telah menjauhkan mereka dari kegiatan positif, seperti organisasi kemasyarakatan, keagamaan, sosial dan lain-lain. Mereka lebih menyukai aktifitas hiburan yang miskin manfaat, apalagi pahala. Sangat disesalkan bila pemuda menjadi demikian, sehingga upaya refreshing pemikiran pada pemuda haruslah dilakukan.
Idealisme yang shahihlah yang harusnya dimiliki oleh pemuda. Yaitu sebuah idealisme yang lahir dari kesadaran akan hubungannya dengan al Khaliq. Dengan kesadaran ini maka pemuda dalam setiap amal atau perbuatan yang ia lakukan, akan menunjukkan ciri khas tertentu. Perubahan yang ia harapkan dan perjuangkan bukan sekedar perubahan biasa. Tapi sebuah perubahan yang senantiasa membawa pada perlawanan terhadap kedholiman. Setiap bentuk kedholiman –ketidakadilan- akan ia tentang. Kebenaran itulah yang akan ia suarakan. Tidak peduli dengan cercaan orang yang mencerca. Dengan modal hujjah yang jelas, pemuda-pemuda ini menyuarakan kebenaran. Bukan hanya panggilan hati nurani tapi benar-benar lahir dari kesadaran untuk memenuhi seruan Ilahi yakni amar ma’ruf nahi munkar.. hingga tegak syariat Allah swt di muka bumi ini. wallahua'alam..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dipun Waos Piantun Kathah