Manusi lhir ke dunia dilengkapi dengan potensi kehidupan. Salah satu bentuk potensi itu adalah potensi hawa. Potensi ini erupakan dorongan atau energy mental untuk mencapai apa yang diinginkan. Keinginan itu maujud dalam bentuk ambisi-ambisi yang ingin diwujudkan selama didunia. Ambisi yang ada ini harus dikendalikan sedemikian rupa sehingga tidak menghantarkan manusia pada sosok yang ambisius dengan memilih jalan yang arogan dan menyimpang dalam mewujudkan ambisinya. Ataupun tidak mengalami gangguan kejiwaan saat tidak tercapai apa yang menjadi ambisinya.
Adapun kunci pengendalian hawa itu terletak pada pikiran, keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan manusia itu sendiri. Maka bagi seorang muslim wajib menjadikan pikiran, keyakinan dan kebiasaan hidupnya didunia dibangun di atas rambu-rambu syariat Islam.
Berkaitan dengan dunia, Islam telah memberikan penjelasan yang gamblang sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala berikut;
“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan…” (QS. Al Hadid: 20).
Rasa takut kehilangan dunia adalah salah satu perwujudan dari potensi hawa nafsu. Ketika rasa ini mucul maka akan menimbulkan variasi berikutnya seperti melemahnya kesadaran akan hakikat hidup di dunia dan adanya negeri akhirat.
Apalagi hidup di zaman kapitalisme seperti saat ini. Dimana kebahagiaan diukur dari banyak sedikitnya materi yang dimiliki. Sehingga menimbulkan persaingan yang tidak sehat diantara pribadi dan kecemasan tersaingi oleh yang lainnya. Belum lagi peran Negara dalam memberikan asupan ruhiyah kepada warganya masih belum optimal. Maka wajar jika himpitan ekonomi yang tidak diimbangi dengan keyakinan bahwa riski hanya dari Allah semata menjadikan sejumlah orang mengalami kegalauan, ketakutan dan masalah kejiwaan.
Fenomena meningkatnya orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) ini bisa dilihat di Kota-kota besar. Dinas Sosial Kota Jakarta hampir setiap hari mengamankan orang dengan gangguan kejiwaan dimana mereka berkeliaran di jalanan ibu kota. Faktor penyebab terbesar penyakit ini adalah depresi mental yang dialami pasien karena tidak kuat dengan tekanan hidup dikota besar.
Sebagai seorang muslim mari kita lihat bagaimana mekanisme Islam dalam bidang ekonomi ini. Sistem Ekonomi Islam memberikan jaminan kesejahteraan kepada masing-masing individu. Hal ini bisa dilihat dari produk kebijakan yang dibuat oleh para Khalifah waktu itu. Seperti apa yang dilakukan oleh Umar bin Khattab dimana malam harinya dimanfaatkan untuk berkeliling meninjau apakah semua warganya sudah pada bisa tidur atau masih ada yang kelaparan.
Demikian pula dalam sistem Islam tidak dijadikan pajak sebagai income Negara. Sumber pendapatan Negara berasal dari pengelolaan sumber daya milik umum seperti emas, batubara, minyak bumi dan lain-lain. Kedua dari fai , kharaj, jizyah. Ketiga dari zakat dan keempat dari pemasukan kondisional seperti sedekah, infaq dan lainnya.Selanjutnya Pemberian lapangan pekerjaan kepada kaum adam sebagai penangungjawab nafkah keluarga. Dan nafkah bagi kaum hawa menjadi tanggungjawab walinya atau pun suaminya. Namun, kaum hawapun diberikan keluasan untuk mencari riski sendiri selama pekerjaannya tidak melanggar syariat dan tidak mengabaikan tugas utamanya sebagai ibu dan manager rumah tangga suaminya. Dan apabila dari pihak keluarga sudah tidak mampu menafkahi para wanita maka Negara yang akan menjamin kehidupan kaum hawa ini.
Selain dari aspek penjaminan kesejateraan ekonomi, sistem Islam juga memberikan penjagaan atas aqidah rakyatnya. Sehingga keimanan mereka terjaga, memiliki sikap optimis dalam hidup dan memilih jalan-jalan halal dalam mencapai riski yang telah Allah tetapkan.
Demikian pula pensuasanaan akan ukhuwah diantara sesame warga terkondisi. Dengan situasi yang demikian maka kehadiran orang-orang yang cemas dalam masalah ekonomi dapat dihindarkan karena fungsi Negara sebagai pengayom dan mensejahterakan rakyat dapat teraktualisasi secara benar tanpa ada tendensi kepentingan pribadi penguasa ataupun konglomerat lainnya, apalagi campur tangan asing.
Inilah kondisi yang harus diupayakan dinegeri ini sehingga kekayaan alam itu dikelola bangsa Indonesia sendiri dan hasilnya kembali kepada rakyat 100%. Penerapan kapitalisme dinegeri ini harus dihentikan dan harus ada proses pendidikan kepada setiap warga negara.Tentunya tidak ada orang yang ingin menjadikan ODMK sebagai pilihan hidup, tetapi bila dibentuk oleh system maka harus ada evaluasi atas sistem itu, mempertahankanya atau memnggantinya. Dan apabila Islam punya solusi yang tepat, mengapa tidak mengambilnya? Wallahua’lam.
Tulisan ini copas dari link berikut:
http://m.hidayatullah.com/artikel/mimbar/read/2016/10/24/103304/indonesia-darurat-odmk.html
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Dipun Waos Piantun Kathah
-
Kamu, Pasti punya orang tua Ada bapak, ada ibu Senang pastinya kamu, memiliki kedua orang tua Tenang hidup bersama mereka Semua kebutuhan ...
-
Terhitung dari hari ini, Indonesia dipimpin oleh presiden dan wakil presiden baru. Pak Prabowo dan Pak Gibran. Baarakallaahu fiikum. Sebaga...
-
Presiden Jokowi menandatangani PP No 28 Tahun 2024 tentang kesehatan. Pada pasal 103 ayat 1 disebut upaya kesehatan sistem reproduksi anak s...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar