يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Senin, 04 September 2017

PENGEMIS

Sekitar awal tahun 2015 saya menjadi pelanggan bis. Sampai hafal dengan beberapa pengamen, wajah bapak bapak pedagang asongan, hingga kernet dan sopir bis saya ada yang hafal wajahnya. Hem.

Tapi ada juga yang membuat sedih. Bila melihat ibu itu. Secara lahiriah beliau masih muda dan saya yakin kalau mau bekerja pasti bisa. Tidak sekali atau dua kali saya bertemu dengan ibu ini di bis dengan kegiatan yang tetap. Dan selintas terlihat ibunya ini juga hafal dengan saya. Ada pertanyaan kiranya apa dan seperti apa keluarganya hingga ibu ini memutuskan untuk melakukan hal begitu bahkan bisa disebut menjadi pilihan pekerjaan.

Fenomena para peminta memang menyesakkan dada. Terlebih bila pelakunya adalah kaum laki laki yang tidak memiliki cacat apapun. Hem, jadi ingat kisah pengemis dimasa Nabi saw. Beliau tidak memberinya uang begitu saja. Tapi memintanya untuk dijadikan modal usaha. Apa yang diteladankan Nabi ini adalah pelajaran untuk umat Islam. Bahwasannya meminta minta bukanlah karakter seorang muslim sebagai umat terbaik. Selain juga merendahkan diri pribadi.

Bila laki laki yang tanpa cacat meminta minta menyesakkan dada maka bila pelakunya kaum hawa yang sempurna pula fisiknya sungguh menyedihkan. Wanita yang harusnya terhormat tapi terpaksa atau dipaksa untuk berkeliaran di tempat umum sebagai peminta.

Mengakhiri Peminta
Banyaknya pengemis memang tidak bisa dipandang dari satu sudut pandang demikian pula solusinya. Kerasnya hidup dijaman ini tanpa dukungan iman yang kuat dan juga skill yang mumpuni bisa menyuburkan sikap malas berusaha dan menyerah pada keadaan.

Memang tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk mengatasi kasus pengemis, karena memang jumlahnya tidak sedikit dan melibatkan sektor diluar ekonomi juga. Belum lagi ada pengemis yang terorganisir. Jadi ingat kasus pengemis yang sampai punya rumah mewah dan mobil bagus.

Secara personal, harus ada perubahan frame berfikir untuk tidak mengemis. Tapi usaha, berdoa dan tawakkal. Tiga hal ini harus dilakukan, karena manusia saat ini bukanlah sosok Nabi ataupun Ibunda Maryam yang dengan ibadah saja, Allah kirimkan makanan di mihrabnya.

Sisi keluarga harus saling membantu dan mendukung usaha saudaranya. Dengan tetap menetapkan fitrah laki laki sebagai penanggungjawab nafkah.

Negarapun memiliki tanggungjawab untuk mengeluarkan rakyatnya dari jurang kemiskinan dan sikap mengemis. Seperti dengan membuka lapangan kerja seluas luasnya, atau apabila ada suntikan dana yang diberikan harus diarahkan untuk modal usaha dan terus dilakukan monitoring perkembangan usahanya. Seperti kisah pengemis masa nabi itu setelah sekian waktu menemui Nabi lagi dan kondisi ekonominya sudah membaik.

Lebih dari itu negara harus memberlakukan pengaturan ekonomi yang memakmurkan dan mensejahterakan seluruh lapisan rakyat. Mau ambil sistem ekonomi dari barat atao timur atau Islam semuanya pilihan. Dan sebaik baik pilihan adalah sistem dari al Khaliq. Wallahua'lam. Allahumagfirlana. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dipun Waos Piantun Kathah